Si Bebek Bercula

21 5 0
                                    

"Kenapa kembali di saat kita sudah terbiasa untuk tak saling mengenal?"

Hampir seluruh murid SMA Nusantara mengerubungi papan mading yang ada di koridor tengah sekolah. Allen yang kali ini berkesempatan untuk maju ke depan, menatap lekat-lekat sekumpulan nama yang terpatri di ata kertas. Dia menggeser jarinya dari atas ke bawah dan melewati hampir tiga kertas namun dia tak kunjung menemukan namanya.

Pada akhirnya namanya muncul di kertas kelima. Allen tak peduli kelas berapa dia akan tinggal dan dengan siapa saja dia akan menimba ilmu untuk setahun ke depan. Hal yang terpenting baginya adalah dia harus segera menjauh dari kerumunan yang menyesakkan ini dan segera menemukan kelasnya agar dia bisa segera bermalas-malasan.

Setelah berhasil meloloskan diri, Allen berpapasan dengan Kenzie yang berada 10 meter dari kerumunan itu. Kenzie hanya menggelengkan kepala melihatnya aneh.

"Lo itu pinter, tapi kadang otak Lo nggak dipakai dengan benar. Punya teman anggota OSIS. Bukannya nanya langsung masuk kelas mana, malah sibuk dempet-dempetan di sana ckckck."

Lagi-lagi Allen hanya mentap Kenzie sinis, "Emang tuh mading ada hubungannya dengan OSIS?"

"Emang lo pikir tuh kertas bakal nempel sendiri? Buat apa anak-anak OSIS datang pagi kalo bukan buat nempelin tuh kertas!"

Allen mendengus malas, "Malas aja gue ke ruang OSIS cuman buat nanya ke Lo", Allen memang tidak terlalu suka dengan anak-anak OSIS yang terkadang sok sibuk menurutnya. Allen satu-satunya orang yang tak mendukung Kenzie menjadi OSIS saat itu.

"Hadeh, terus apa gunanya benda elektronik berbentuk segiempat ini diciptakan? Lo bisa chat Gue." Kenzie mengeluarkan handphonenya. Merasa kalah debat dari Kenzie, Allen menjauh dan segera pergi ke kelasnya. Kenzie pun masih mengekorinya.

"Ngomong-ngomong, gue rasa tahun ini kita bakalan mengalami hal yang tak terduga." Mereka masih berjalan dan Kenzie memasang senyum lebar, "Lo tahu, Gue sekelas sama Lunaaaa!!! Kenzie tiba-tiba histeris.

"Itu lo aja yang ngalamin, Gue biasa aja." Allen menimpali kata-kata Kenzie.

"Lo juga kali karena....," Kenzie menggantungkan kalimatnya dan membuat Allen merasa sedikit penasaran, "pokoknya goodluck deh buat tahun ini!"

Kenzie tidak melanjutkan perkataan dia tadi dan segera masuk ke ruangan yang memiliki papan bertuliskan kelas 12.IPA.1. Allen masih melanjutkan perjalanan hingga dia mencapai kelas 12.IPA.5 yang berada paling ujung. Kursi kosong masih banyak tersedia di kelas ini. Langsung saja, dia mengambil tempat paling belakang.

Satu-persatu murid mulai berdatangan. Sekolah Nusantara memang masih menganut perpindahan kelas tiap tahunnya sehingga pemandangan murid-murid yang saling mengakrabkan diri satu sama lain bukanlah hal yang langka. Namun, hal-hal seperti ini yang membuat Allen malas. Akhirnya dia hanya meletakkan wajahnya di atas meja.

Merasa sedikit bosan, Allen mengeluarkan handphonenya, memasang headset dan memutar lagu kesukaannya. Lanjut dia buka instagram dan menscroll beranda yang rata-rata isinya berita tentang basket.

Allen tidak suka orang yang terlalu berisik sehingga headset adalah barang yang wajib dia bawa ketika pergi kemanapun. Terkadang dia tidak mendengarkan lagu dan hanya menjadikan benda itu tameng agar orang-orang enggan bercerita dengannya (ditambah muka datarnya). Seperti saat ini, Allen mematikan lagunya karena bosan.

Keinginan Allen untuk mendamaikan pikirannya lenyap seketika. Suara melengking nan nyaring terdengar dari pintu masuk kelas. Beberapa murid wanita menghampirinya dan mulailah percakapan bising yang seakan bisa memecahkan gendang telinga.

"Waaaaaaaahh!! Kita satu kelas Fio!!!" Teriak salah satu wanita yang ikut rombongan yang mengerubungi wanita yang baru datang tadi.

"Nanti siang kita ke kantin sama-sama ya!" Teriak wanita lainnya yang tak kalah heboh, "Btw gue invite Lo ke grup kelas ya!"

Allen Punya CeritaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang