I want to play with mom!

3K 213 21
                                    

- selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

- selamat membaca

Bangun di pagi adalah hal yang biasa dilakukan Zayyan. Ia terbiasa bangun pagi-pagi karena dulu letak sekolahnya lumayan jauh dari rumahnya. Ditambah ketika itu ia bergantung pada kendaraan umum seperti bus.

Orang tua meninggalkannya ketika ia mulai masuk sekolah menengah. Tidak ingin merepotkan kerabatnya, Zayyan memilih bekerja sambilan. Bahkan di sekolah ia membantu kantin. Terkadang membantu teman-teman dengan kemampuan menggambarnya. Lalu menjaga perpustakaan sekolah yang selalu sepi.

Di perpustakaan itu pula ia bertemu dengan Sing. Saat itu Sing adalah adik kelasnya. Jarak mereka sekitar 2 tahun. Sing sering membolos dan tukang tidur. Beberapa kali Zayyan memergoki Sing yang tertidur di sudut perpustakaan.

Hubungan mereka tidak dekat. Hanya sebatas kakak dan adik kelas. Tapi meski begitu Sing dulu selalu berusaha mendekatinya. Ya secara agresif. Zayyan tentu saja risih. Ia lebih menyukai kehidupan yang tenang dibandingkan bersama Sing yang selalu penuh dengan keramaian.

Maka saat laki-laki menyatakan perasaan pada saat ia lulus. Dengan tegas Zayyan menolak dengan alasan klasik bahwa ia tidak ingin sesuatu yang menganggu pekerjaannya kelak. Ya aneh si. Tapi sing dengan mudah menerima alasan itu.

Setelah lulus keduanya tidak pernah bertemu lagi. Zayyan hanya mendengar beberapa kabar dari teman-temannya semasa sekolah tentang laki-laki itu. Hanya kabar bahwa Sing mengambil alih perusahaan yang seharusnya diurus adiknya itu. Ya laki-laki itu tidak tertarik dengan dunia berbisnis. Ia lebih memilih membaur dengan seni. Tapi, ketika kabar bahwa adiknya tewas dalam kecelakaan mau tidak mau, laki-laki itu harus mengisi posisi yang kosong.

Kepergian adik sing mengagetkan mental laki-laki itu. Adiknya pergi tanpa berpamitan ataupun memberikan pelukan terakhir. Hanya meninggalkan bayi yang tampak masih merah. Sing mengurus bayi itu seperti anaknya sendiri. Ya sebenernya itu keponakannya si. Tapi sing tidak mempersalahkannya. Ia menyayangi bayi itu dan memberi nama Saka.

Entah bagaimana, wajah saka sama sekali tidak mirip dengan orang tua kandungnya. Malah lebih mirip Sing. Ayah bayi itu bunuh diri tak lama setelah kematian istrinya. Kematian tersebut mengguncang mental Sing.

Sing sempat tidak bisa tidur. Ia dipenuhi oleh rasa takut akan kepergian keluarganya lagi. Saka yang masih bayi itu sempat tidak terurus. Hanya baby sitter yang ia sewa yang mengurus bayi itu. Terkadang ibunya juga datang.

Ketika Saka mulai menjadi balita, Sing menitipkannya di penitipan anak. Awalnya Saka tampak murung. Balita itu tidak banyak bersuara sebab sing sendiri jarang mengajaknya bicara. Hanya bertanya secara singkat lalu pergi ke kamar. Meski begitu Saka tetap menghormati dan menyayangi sing sebagai papanya.

Layaknya seorang balita, Saka selalu menyimpan imajinasinya sendiri. Membayangkan jika suatu saat nanti Sing akan lebih hangat padanya. Menunjukkan kasih sayang pada dirinya. Balita itu amat iri ketika melihat anak-anak lain bergembira karena dijemput oleh orang tua masing-masing. Sementara ia hanya dijemput supir.

Please Be My Mom?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang