Content warning : kekerasan, tindakan menyakiti diri sendiri.
Sebagian adegan mungkin dapat men-trigger para pembaca, jadi dimohon kebijaksanaan dalam memilih bahan bacaan. Terima kasih🙏🏻🫶🏻
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lihat dirimu, Rei! Akhirnya aku bisa bicara denganmu tanpa harus menatap wajah murung orang-orang!"
Sosok yang dipanggil Rei itu melayang pelan ke arah dua sosok yang berkumpul di atas dahan pohon evergreen tua di sudut jalan. Sosoknya berpendar pelan, sedikit berkilau akibat bias cahaya yang menembus tubuhnya. Ia mengagetkan seekor tupai yang sedang berdiam diri di salah satu cabang, membuat makhluk malang itu lari tunggang-langgang ke bagian pohon yang lebih tinggi. Dengan satu gerakan lembut, Rei mengikuti arah embusan angin dan duduk menghadap dua sosok lainnya.
"Kukira kau senang meledek ekspresi mereka." sahut Rei seraya menatap orang-orang yang berlalu lalang di bawah mereka.
"Kau benar, tetapi lama-lama aku juga bosan. Para manusia itu seolah tidak menikmati kehidupan mereka."
"Yujin benar," ucap sosok di sebelahnya. "Para manusia itu menuntut kesempurnaan dalam banyak hal sampai-sampai mereka lupa caranya untuk hidup."
"Meski begitu, kita membutuhkan energi mereka untuk bertahan." ujar Rei seraya memperhatikan Yujin yang sedang bermain dengan anak-anak burung. "Lagi pula, kita juga pernah menjadi manusia. Benar kan, Chaewon unnie?"
Sosok yang dipanggil Chaewon itu mengayunkan tangannya perlahan, membuat sebuah ranting patah dan jatuh tepat ke atas kepala seorang pria yang sejak tadi mengganggu seorang gadis untuk meminta nomor teleponnya. Ia terkekeh pelan dan menatap Rei di seberangnya. "Itu sudah lama sekali, Rei. Tetapi aku bersyukur tidak meninggalkan penyesalan yang besar. Tidak seperti bocah yang lebih memilih untuk bermain bersama burung ketimbang menyelesaikan masa lalunya."
"Hei!" Yujin sontak menjentikkan jarinya, membuat sebuah dahan pohon berayun kencang ke arah Chaewon dan menembus sosoknya. Rei tertawa pelan melihat Chaewon memuntahkan daun yang tersangkut dari mulutnya. "Aku sedang mencoba menyelesaikannya, oke?!"
Rei menatap Yujin dengan kilatan jahil di kedua matanya. "Jadi, bagaimana dengan yang semalam? Apa kau berhasil menghentikan Wonyoung bertukar pesan dengan gebetannya?"
Yujin mendengus pelan dan kembali menarik perhatian anak-anak burung di pangkuannya. "Ternyata hubungan mereka berjalan dengan baik. Kukira, Wonyoung akan jijik dengannya setelah aku membuat pemuda bodoh itu ketakutan hingga terkencing di celananya."
"Kalau begitu, kau harus meningkatkan permainanmu, Yujin." ucap seseorang dari atas pohon. Ketiga sosok itu menengadah, mendapati sesosok roh lain yang melayang turun dengan ringan.