Waktu bergulir tergesa hari itu, menyulap senja menjadi malam yang hadir terlampau awal. Langit sore terasa lebih muram dari biasanya, lebih gelap dari seharusnya. Awan kelabu pekat membola di pucuk-pucuk raga seorang Asta dan tak menyisakan semburat matahari jingga yang semestinya menyapu halus siluet pegunungan.
Duduk bersila di kursi, kakinya menyentuh dinginnya lantai balkon, berteman dengan secangkir teh hangat di tangan dan dengan seorang lawan bicara yaitu ibunya.
menyenderkan kepalanya di sandaran kursi. Ia menatap langit-langit balkon dengan pandangan menerawang. Tak lama, kedua matanya mulai tertutup rapat.
"bu, maaf ya, orang yang kemarin ku kenalkan kepada ibu sekarang orang nya udah ga sama aku lagi"
Ibunya menatap Asta yang masih bergeming. Ia paham betul apa yang kini tengah dipikirkan anaknya itu. Wanita itu menepuk pundak Asta.
"Ngak apa-apa kok, masa lalu kan memang ada buat dijadikan ingatan sekaligus pelajaran, asal jangan lupa pulang, pulang kemasa kini, tapi sayang nya, masa kini kamu belum di rilis." ujarnya.
mendengar jawaban ibunya, Asta mengarahkan pandangan nya kembali pada sumber suara. sepasang bola mata kecoklatan sudah terlebih dahulu mengamatinya.
Asta tersenyum sesaat, Asta mengetahui bahwa ibunya tau mengapa sosok yang ia kenalkan pada ibunya tak pernah datang lagi. Asta yakin ibunya paham bahwa anaknya tengah merasakan luka.
"tadi aku ke Sleman sama temen-temen, kota itu ga pernah sepi ya bu." Ujar Asta bermaksud mengalihkan pembicaraan
"Iya, Sleman emang ga pernah sepi, selalu ramai. Persis kayak seorang Senjana yang lagi ramai sekali di pikiran kamu"
"Senjana?" Respon nya bingung dengan perkataan wanita itu barusan.
Ibunya tahu, pikiran Asta kembali dibawa menuju saat-saat kebersamaan bersama gadis masalalunya itu. Gadis yang kini sedang berada di pelukan pria lain.
"Tidur ya malam ini? jangan terus-terusan dihantui yang lalu. Jangan biarkan orang itu merusak kehidupan kamu, dan jangan biarkan kenangan lama membuat kamu gak bisa berjalan maju untuk memulai kisah yang baru." Ucap wanita tersebut, setelah ia terlihat sedang merajut benang yang ada di pangkuannya itu.
Asta terdiam sejenak, perkataan ibunya selalu mampu membuat perasaan rindu itu semakin menguar. Ia sudah bertekat untuk melupakannya, namun tentu saja tidak semudah itu.
Pria itu menghela napas nya. Jadi, seperti ini rasanya merindu. Pikirannya terus menuju pada Senjana. Dimana gadis itu sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Apa ia akan kembali? Dan segala pertanyaan lainnya.
"Belajar menerima ya nak? Dan yakin pasti ada alasan dibalik semua ini" sambung ibunya lagi.
"Alasan? Apa alasannya?"
"belum tau, kita pasti akan menemukan alasannya nanti, alasan yang akhirnya bikin kita ngerti, Oh emang itu harus terjadi kemarin"
"hidup sering ajak bercanda diwaktu yang gak tepat" ujar Asta
"Hidup memang begitu, seringkali memberi luka disaat diri belum siap. Tapi, kita bisa apa selain menerima jika akhirnya akan tetap sama. Asta, lelah itu wajar, itu semua biar kamu paham bagaimana caranya mengikhlaskan walaupun gagal, karna semua itu perlu waktu. Sakit ya? Capek ya?"
Asta tak menjawab pertanyaan ibunya karena ia yakin ibunya tahu apa jawabannya
wanita itu tersenyum melihat Asta. Sehingga membentuk senyuman pada matanya dengan sedikit kerutan di daerah
"Orang kuat itu bukan karena dia memang kuat, melainkan karena dia bisa lapang melepaskan, jangan biarin kamu dihancuri sama yang lalu." sambung ibunya lagi
"aku ga hancur kok bu, tapi lagi dibentuk."
"dibentuk lebih hancur lagi?" ibunya terkekeh sembari memukul pelan lengan Asta.
Asta mendecak dan terkekeh malas, ia menenguk kopi nya hingga tetes terakhir
Sudah dua minggu Asta begitu merindukan Senjana disaat hubungan mereka benar-benar putus. Namun rasanya Asta tidak bisa berhenti memikirkan sosok yang kini berstatus sebagai mantan ke-lima nya.
Ibunya tahu, sekarang, anak sulungnya itu terlihat jelas menjadi seorang bucin. Bucin mantan.
"Ibu tidur duluan ya" ujarnya sambil beranjak dari duduk.
"Ga kecepetan bu?" tanya Asta
"Besok banyak job. Ga kayak kamu, job nya nge bucinin dia mulu. Jangan terlalu bucin sama orang yang udah jelas-jelas gabakal balik lagi."
-
Asta mungkin masih membutuhkan waktu untuk melupakan kenangan lama. Namun kenangan kemarin akan terus melekat sampai Asta merasa bahwa dirinya sudah cukup baik dan mampu memulai kisah yang baru.
YOU ARE READING
BERTAMU
Teen FictionDia yang memulai kembali agar terlepas dari kenangan masa lalu. SEBASTA NASTAPA PUTRA Pria ter-brengsek di sekolah. Orang-orang selalu memanggilnya dengan panggilan, Asta. Seseorang yang belum bisa move on dari mantan kekasih, dua tahun menjalin hub...