[3] Jangan Sekarang

336 43 0
                                    

Saat menyadari Anugerah tidak ada di rumah, Mahesa dan Alin buru-buru menuju rumah Harith. Niatnya Mahesa ingin meluruskan masalah yang terlanjur terjadi. Selama dua puluh tahun lebih hidup bersama Anugerah, tentu saja Mahesa tidak ingin Harith macam-macam. Apalagi sampai mengambil Anugerah darinya. Ia tidak sudi memberikan Anugerah pada Harith. Sekarang Mahesa jadi menyesali mulutnya yang terlalu blak-blakan dengan mengatakan bahwa Anugerah adalah putra Maudy.

Tadi Harith ngotot ingin membongkar fakta mengenai latar belakang Anugerah yang sebenarnya. Harith merasa tidak adil karena Anugerah disembunyikan dari keluarga Hamizan. Namun, Mahesa berhasil membungkam mulut Harith dengan mengingatkan lagi bahwa kondisi Anugerah tidak memungkinkan untuk menerima fakta tersebut. Anugerah pasti akan hancur dan kecewa karena selama ini dibohongi. Harith bungkam setelah itu, tetapi Mahesa masih belum bisa tenang. Sebab Harith bilang ingin membawa Anugerah bagaimanapun caranya.

Mahesa dan Alin disambut oleh seorang perempuan seumuran mereka, sepertinya istri Harith. Perempuan tersebut menyambut mereka dengan ramah. Lalu pamit undur diri sejenak untuk memanggil Harith. Tak berapa lama Harith muncul dan langsung duduk tanpa banyak basa-basi.

"Apa kalian sudah berubah pikiran dan memutuskan untuk memberi tahu Anugerah yang sebenarnya?" tanya Harith to the point.

Sepasang suami istri yang ditanya hanya bisa saling tatap. Mahesa kemudian berdehem pelan. "Saya kemari bukan karena saya berubah pikiran, tapi saya ingin memperingatkan Bapak supaya tidak usah bertemu dengan Anugerah lagi. Saya—"

"Maksud Anda apa? Anugerah itu keponakan saya!"

"Tolong dengarkan saya dulu!" balas Mahesa penuh penekanan. Belum apa-apa sudah pakai emosi saja lawan bicaranya ini. Padahal Mahesa baru mulai berbicara. "Seharusnya saya mendengarkan Maudy. Maudy sendiri yang tidak ingin Anugerah sampai ketahuan keluarga kalian. Dia tidak setuju saat Anugerah bilang ingin ambil jurusan hukum, tetapi saya membela Anugerah karena anak itu kelihatan bersemangat sekali. Saya nggak tega. Begitu juga saat dia mau mendaftar ke firma hukum Bapak untuk magang. Saya nggak sampai hati untuk menolak keinginan dia. Padahal Maudy sudah memperingatkan saya berulang kali. Maudy tau kalau keluarga Bapak tau keberadaan Anugerah, Anugerah pasti akan dirampas dari kami."

Dari nada bicara Mahesa, terdengar sekali kalau pria itu tulus menyayangi Anugerah. Untuk sejenak Harith merasa bahagia karena Anugerah hidup dengan orang baik. Namun, ia tetap dengan keinginannya untuk bisa tinggal bersama Anugerah. Lelaki yang bak pinang dibelah dua dengan sang adik itu dapat mengobati rindu Harith pada Ezar. Setidaknya dengan adanya Anugerah, Harith bisa lebih tenang dalam menjalani hidup. Tidak terus-terusan dihantui rasa bersalah.

"Saya paham kalau Anda menyayangi Anugerah seperti anak sendiri. Namun, saya juga punys hak atas Anugerah. Anda sendiri pasti sadar kalau Anugerah mirip sekali dengan adik saya. Dia pasti senang kalau tau ternyata saya adalah pamannya."

Mahesa malah tertawa mendengar penuturan Harith. Menggelikan, pikirnya. "Bapak harus tau kalau kehidupan Anugerah sejauh ini baik-baik saja tanpa kehadiran Bapak dan keluarga Bapak. Dia bahagia sebagai anak saya. Walaupun keluarga saya dari keluarga biasa-biasa saja, saya berhasil membesarkan Anugerah dengan baik. Justru kalau Bapak mau membeberkan fakta itu sekarang, hidup bahagia Anugerah akan hancur."

"Tapi semua itu adalah tipuan yang Anda buat. Sampai kapan Anugerah harus hidup dalam tipuan itu?" tukas Harith dengan tegas.

Jemari Mahesa mengepal sempurna. Ia segera berpaling. Sejak awal memang salah Mahesa karena tak menceritakan yang sebenarnya pada Anugerah. Mahesa terlalu mendalami peran sebagai ayah Anugerah sampai lupa kalau Anugerah hanyalah keponakan yang dititipkan. Sampai Anugerah besar dan terlanjur dilabeli sebagai anak Ayah Mahesa, bukan anak Mama Maudy.

Melodi Tak BeriramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang