prolog

3 1 0
                                    

"Dit, boleh minta tolong ga?" Tanya Inka pada kekasihnya lewat telepon
"Minta tolong apa Ka?" Jawab Adit dengan suara khas bangun tidur
"Bisa jemput aku ga? Aku pulang kemaleman, pesen ojek online daritadi gadapet. Kamu bisakan jemput dan anterin aku pulang?"
"Di Butik ibu kan?, sebentar aku siap-siap dulu. Kamu tunggu sebentar".

Tuut...

Panggilan telepon itu terputus sepihak. Inka hanya memandang kosong ke arah handphone yang tak lepas digenggamnya.

Sudah hampir satu jam Inka menunggu kedatangan Adit yang tak kunjung datang.

"Panggilanmu sedang dialihkan"

Terhitung sudah 10 kali aku menghubungi Adit, namun tak ada jawaban.

Suara rintikan hujan yang setia menemani, satu jam sudah aku menunggu kedatangannya. Namun nihil, tak ada tanda-tanda dia datang. Padahal jarak dari rumahnya kebutik hanya berkisar antara 20 menit. Mungkin macet -pikirku.

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.11 malam, tapi Adit masih belum datang juga. Hujan semakin deras mengguyur bumi, suara nyaring jatuhnya air sebagai pengisi malamnya yang sepi menunggu Adit yang entah ada dimana sekarang. Mungkin masih kejebak macet? Atau melanjutkan tidurnya kembali dan kejadian tadi dianggapnya sebagai bunga tidur belaka. Entahlah, yang Inka lakukan hanya menunggunya. Meski tanpa kejelasan ia akan datang atau tidak.

Malam semakin larut, hujan masih deras membuat teras butik yang ditempati Inka mulai tergenang air.

"Ni Adit ga datang-datang kemana si. Mana dingin lagi. Coba telepon lagi deh"

Tuut.. tutt...tuut... nomor yang anda tuju sedang tidak aktif cobalah....

Telepon dimatikan dengan perasaan kesal. Inka mengirimkan beberapa pesan kepada Adit, ya meski pada akhirnya tak mendapat balasan.

"Coba deh sekali lagi, kalo masih ga aktif awas aja"

Tuut...tuut...tuutt...

"Halo"
"Halo, Dit. Kamu dimana? Aku udah dar.."
"Tunggu" potong Adit dari seberang sembari memutuskan telepon sepihak.

Lagi, dimatikan secara sepihak. Ucapan Adit dengan suara tegasnya tak bisa ia bantah atau sekedar menyela untuk mengabari bahwa ia terlalu lama menunggunya. Ia kedinginan ditengah hujan, juga kesepian.

"Berapa lama lagi Dit aku harus nunggu kamu? Ga cukup ya waktu itu aku habiskan cuman buat nunggu kamu? Kenapa sekarang aku harus nunggu lagi, Dit?

Ditengah lamunannya, handphone yang sejadi tadi ia genggam berbunyi

"Halo, Ka. Kamu pulang telepon temenmu ya, minta tolong anterin dia. Aku gabisa jemput kamu, Norah demam. Aku gabisa ninggalin dia kasian"

"Dit, aku berjam-jam nungguin, sampe kedinginan terus kamu main nyuruh gitu aja? Kenapa ngga dari awal aja bilang kalo kamu emang gabisa jemput aku. Kenapa kamu harus nyuruh aku buat nunggu kamu kalo akhirnya kamu mgecewain aku terus, Dit".

"Gausah kaya anak kecil deh, Ka. Udah ya aku mau jagain Norah".

Tutt...

Lagi dan lagi, kamu kaya gini Dit.


****

14 july 2023


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

kenapa harus Ancala yang jadi tujuanmu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang