When I Go

634 66 10
                                    

Teruntuk aku dan kamu yang sudah tidak lagi bisa untuk menjadi kita.

Yuno..
Hai, apa kabar?
Aku? Hmm, tidak terlalu baik belakangan ini. Aku masih merindukanmu. Hehe

Setelah sekian lama, maaf jika sekarang aku kembali, aku hanya ingin mengatakan maaf.

Maaf...

Maaf karena aku sudah dengan lancangnya melepaskanmu dengan segala egoisku.
Maaf untuk kenangan buruk yang ku tinggalkan dihari itu.

Yuno..
Apa kau merasakan kesepian seperti yang ku rasakan setelah melepaskanmu?

Kesepian ini seperti memelukku selamanya. Masih terarsip di kepalaku setiap kenangan lama. Apa ini yang dinamakan menyesal?

Yuno..
Tak ada yang lebih menyenangkan dibanding mengetahui bahwa aku adalah orang pertama yang kau cari untuk kau bagi seluruh ceritamu. Disayangi, selalu menjadi hal paling membahagiakan—apalagi olehmu.

Aku rindu, ketika kita bingung harus bercerita tentang apa lagi, tapi tetap ingin melanjutkan percakapan.
Aku rindu, ketika kita bertengkar lalu saling mendiamkan, tapi tetap ingin peduli satu sama lain.
Aku rindu, ketika kita berhadapan dengan kondisi yang payah, tapi tetap ingin ada di sisi saling mendukung.

Bertahun-tahun, aku jatuh pada orang yang sama. Aku tidak pernah tahu mengapa hati rela membatu dan mata rela membuka hanya untukmu.

Orang yang sama itu adalah kamu. Beberapa waktu berlalu, aku tidak menghitung ini jatuh yang keberapa. Yang pasti, semua rasa tetap utuh seperti pertama kali aku tahu kamu ada.

Aku tidak pernah meminta untuk pergi. Sungguh itu bukan kehendakku. Aku hanya diminta untuk lebih cepat pindah oleh Tuhan. Dengan begitu, aku mengajarimu cara mengatasi kesendirian dan kesepian.

Atau mungkin, aku ingin kamu hidup lebih bahagia?

Tapi, pernahkah kamu tahu bahwa aku selalu menjaga nyala harap dalam hatimu? Barangkali tidak terang benderang, tapi kupastikan tidak akan meredup. Dan, bisakah kamu tidak berkata demikian? Sebab aku pun tidak tahu caranya mengatasi duka.

Selamanya, luka terindah itu adalah kamu.

Apa kau tau, satu hal bodoh yang pernah kulakukan adalah berdiri mengintip disamping pintu besar sebuah gereja. Mendengar suaramu yang fasih melafalkan ikrar dihadapan Tuhan untuk seseorang yang bukan aku.

Yuno..
Selamat atas pernikahanmu.
Maaf karena aku bodoh yang sudah melepaskanmu dengan begitu mudah.

Sekali lagi aku menyesal karena sudah melepaskanmu.

Aku ingin menyampaikan ini secara langsung, tapi ku rasa kau sudah terlanjur membenciku bukan?

Terima kasih karena pernah, sedang, atau masih mencintaiku.
Terima kasih karena pernah melibatkanku ke dalam hal-hal hebat yang kau alami.
Terima kasih karena pernah dengan bangganya memperkenalkanku di hadapan teman-teman dan keluargamu sebagai orang yang kau sayangi.

Apakah sekarang sudah waktunya untukku mengucapkan selamat tinggal?

Perpisahan, semenyakitkan apa pun, akan lebih melegakan jika diikuti dengan ucapan selamat tinggal yang tegas dan jelas. Bukan begitu?

Baiklah... Selamat tinggal Yuno.

Mungkin saat kau membaca surat ini, kelopak bunga terakhir favoritku sudah gugur dan layu diatas pembaringan tidur terakhirku.

Maaf, Aku hanya tidak ingin membagi sakit ini. Aku hanya tidak ingin merepotkanmu.

Berbahagialah dengan pengantinmu.

Dari aku, yang tidak pernah berhenti mencintaimu.

—Asta.

DARK & WILD • YUNOASTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang