6. Seminar Proposal Magang

24 8 8
                                    

▪︎ Happy reading
▪︎ Kalo suka like, komen, sama share, ya.

~~~

Pagi-pagi sekali Uci sudah bangun dan bersiap mandi. Dia harus bertemu dengan dosen pembimbing magang untuk meminta persetujuan seminar proposal. Setelah dua hari mendekam di kamar indekos untuk menyiapkan bahan, akhirnya dia bisa menyelesaikan proposal tersebut dan siap menggelar seminar. Wanita yang hari ini mengenakan kaus polos berwarna kuning dan ditutupi blazer cokelat serta dipadukan dengan rok selutut itu berdiri di teras menunggu driver ojol yang dipesannya.

Tiba di kampus, Uci bergegas ke ruangan sang dosen. Dia sengaja datang lebih awal supaya bisa menemui dosennya sebelum pria paruh baya itu memulai kelas. Wanita itu tersenyum saat berpapasan dengan dosen pembimbingnya tepat di depan ruangan.

"Pagi, Pak. Maaf, saya dateng pagi-pagi. Saya mau ngasih proposal magang yang sudah siap untuk seminar sekaligus bimbingan, Pak."

Dosen tersebut melihat jam tangan sebelum memberikan jawaban. "Ya udah. Saya masih punya waktu sepuluh menit sebelum masuk kelas. Ayo, masuk."

"Makasih, Pak." Uci mengekor di belakang sang dosen sambil tersenyum lebar. Tidak sia-sia dia memcari tahu jadwal mengajar dari pria itu.

Uci langsung meletakkan proposalnya di meja saat pria itu baru saja mendudukkan diri di kursi kerja.

Dosen itu mulai membaca isi proposal yang telah ditulis oleh Uci. Sementara wanita itu, duduk dengan cemas sambil meremas tangan. Uci mengedarkan pandangan untuk mengurangi rasa cemasnya. Ruangan itu tidak terlalu besar, mungkin ukurannya sekitar dua kali tiga meter. Tidak banyak juga perabotan di dalamnya. Hanya aja sebuah meja kerja lengkap dengan kursi, lemari di belakang kursi kerja, dan sebuah meja panjang di sisi kiri bersandar di dinding. Di atas meja kerja sang dosen terdapat beberapa tumpukan yang sepertinya laporan skripsi dari mahasiswa semester tujuh dan delapan.

Uci kembali menatap dosen saat pria itu berdeham. "Gimana, Pak? Ada yang perlu saya perbaiki?"

"Ini udah bagus, kok. Udah lengkap. Tapi, saya rasa ada benerapa hal yang perlu ditambahkan. Seperti, alasan kamu memilih Salon Momski sebagai tempat magang dengan judul proposal yang kamu ajukan. Terus kaji lagi kenapa harus menggunakan bahan-bahan ini. Kamu juga udah melampirlan uji coba pertama, itu bagus. Nanti tinggal kaji lagi hasilnya. Apa benar efektif. Itu aja dari saya."

Uci menerima proposal magang miliknya yang sudah terdapat catatan dari dosen.

"Baik, Pak nanti saya tambahkan. Untuk seminar proposal saya gimana, Pak?"

"Setelah kamu perbaiki, kamu temui saya lagi dan langsung minta jadwal seminar ke TU. Sepertinya saya ada jadwal kosong hari Jumat."

"Oh, baik, Pak. Kalo gitu akan segera saya selesaikan proposalnya biar lusa bisa langsung seminar. Kalo gitu, saya permisi, Pak. Terima kasih."

Uci keluar dari ruangan dosen setelah dipersilakan. Wanita itu tidak membuang-buang waktu lagi dan langsung kembali ke indekos untuk memperbaiki proposalnya. Dia memesan ojol lagi dan sempat mampir ke warung untuk membeli makanan.

Sesampainya di indekos, dia bergegas ke kamar dan mulai semedi lagi agar besok proposalnya bisa selesai.

Hari Jumat, Uci sudah siap memakai almamater kampus. Setelah sehati sebelumnya dia disibukkan dengan persiapan seminar proposal. Mulai dari izin menggunakan ruangan, memesan kue untuk dosen pembimbing dan dosen penguji, menyebar undangan melalui chat WA, sampai menyiapkan moderator untuk dirinya.

"Weh, mau ke mana pakek almamater segala, Ci?"

Uci yang baru menginjakkan kaki di lantai satu langsung disambut oleh pertanyaan dari Nanang yang baru ke luar kamar.

"Mau seminar proposal magang, Mas. Doain lancar, ya."

"Oh, jelas. Doa terbaik buat Dek Uci pokoknya."

"Makasih, Mas Nanang."

"Eh, mau ngampus Dek Uci?" Kini giliran Naka yang bertanya.

Pria itu sudah siap narik dengan jaket kebanggaannya.

"Iya, nih, Bang. Mau seminar proposal magang."

"Ya udah, sama Bang Naka aja ke kampusnya. Apa perlu Abang kerahkan seluruh penghuni kos buat dateng ke seminar lo?"

"Ya elah, Bang. Ini cuma seminar proposal magang, kali. Bukan acara wisudaan kayak kapan hari. Yang ada gue makin gerogi entar diliatin anak satu kos."

Naka dan Nanang tertawa melihat wajah Uci yang cemberut.

"Iya-iya. Nggak usah ngambek, Dek Uci. Yok, berangkat."

Uci mengikuti Naka yang berjalan lebih dulu ke teras. Rupanya, pria itu sudah memanasi mesin motor. Wanita yang mengikat tinggi rambutnya itu menerima helm yang diberikan oleh Naka lalu naik ke jok belakang.

"Udah siap, Dek Uci? Jangan lupa berdoa."

"Siap, Bang. Bismillah."

Naka melajukan motornya menuju kampus. Pria itu menurunkan Uci tepat di depan gerbang kampus. Setelah mendengar ucapan terima kasih dan menerima helmnya kembali, mahasiswa yang merangkap driver ojol itu meninggalkan kampus untuk mencari penumpang lain.

Uci menarik napas panjang lalu mengembuskannya sebelum berjalan memasuki kampus dan menuju ruangan tempatnya melangsungkan seminar.

Wanita itu langsung menyiapkan perlengkapan seminar dibantu dengan teman sekelasnya yang akan menjadi moderator hari ini.

"Tenang, Ci. Nggak usah tegang. Ini masih seminar proposal magang. Bukan seminar skripsi," ucap temannya itu.

"Ih, tetep aja gue gerogi, tau. Kalo ada yang keliru gimana? Masak iya gue ngulang lagi? Kagak kelar-kelar nanti magang gue."

"Makanya santai, jangan tegang. Biar yang udah lo persiapkan nggak ilang dari memori."

Lima menit kemudian, dua dosen uang akan mengujinya datang. Ruangan tersebut hampir penuh dengan kedatangan teman sekelas Uci dan beberapa dari adik tingkat serta kakak tingkat yang ingin menyaksikan seminar proposalnya.

Moderator mulai membuka seminar tersebut. Setelah memberikan salam dan sapaan kepada dosen dan mahasiswa yang hadir, dia mempersilakan Uci untuk mempresentasikan proposal magang.

Kurang lebih sepuluh menit Uci memaparkan isi proposalnya. Kemudian, dia menyerahkan kembali kepada moderator yang langsung mempersilakan peserta seminar untuk bertanya.

Ada beberapa pertanyaan dari peserta mengenai isi proposalnya. Uci bisa menjawab dengan percaya diri dan sangat jelas. Tiba pada pertanyaan yang diajukan oleh dosen penguji. Sesuai prediksi, muncul pertanyaan mengenai alasannya memilih Salon Momski sebagai target tempat magang.

"Terima kasih atas pertanyaannya, Pak. Sebelumnya, saya sudah menargetkan beberapa salon yang cukup terkenal di dekat daerah kos saya. Saya juga sudah memastikan para pelanggan yang datang ke salon-salon itu. Dan Salon Momskilah yang memenuhi syarat sesuai dengan target judul proposal yang saya buat. Selain itu, di sekitar kos juga banyak ibu-ibu dan pelanggan paruh baya yang memiliki masalah dengan uban serta rambut rontok. Jadi, saya memilih Salon Momski agar bisa menarik para pelanggan paruh baya ini untuk mencoba ramuan yang saya buat."

Uci tersenyum puas saat dua dosen pembimbing mengangguk-angguk menerima jawabannya. Akhirnya, moderator menutup acara seminar proposal magang itu dengan diiringi tepuk tangan dari para peserta.

Satu langkah terlawati. Kini, dia harus berjuang selama magang enam bulan ke depan.

Jumlah kata: 1036

Bersambung

Lima RodiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang