Bahagia

1.6K 104 18
                                    

Malamnya keluarga Pak Samsul datang ke rumah Amira karena ajakan Rania. Adik Rama itu mendengar dari mulut orang-orang jika Amira baru saja di ruqyah syar'iyyah. Belum ada sehari, beritanya cepat sekali menyebar.

Amira yang rebahan di kamar bersama Nindi dipanggil Bu Halimah jika ada tamu yang datang.

"Ada siapa sih Bu?" Tanya Amira sambil memakai kerudung instannya.

"Iya, Tan. Ada siapa emang?" Nindi juga penasaran.

"Nanti kalian juga tahu sendiri." Jawab Bu Halimah tersenyum penuh arti membuat Nindi sedikit curiga.

"Ayo keluar." Ajak Bu Halimah ketika Amira mengambil ponselnya di atas ranjang.

Di ruang tamu itu, terlihat Pak Samsul, Pak Hadi dan Rama mengobrol ringan. Sementara Rania lebih memilih memainkan ponsel sambil menunggu Amira keluar.

"Mas Rama, Rania." Panggil Nindi ketika yang datang Rama sekaluarga. Amira cukup terkejut.

Yang punya nama langsung menoleh dan mengulas senyum. Amira tersenyum ramah saat Rama mengangguk menyapa.

"Ra, Mas Rama malam ini ganteng banget ya." Bisik Nindi akan menampilan casual Rama.

Amira menjawab dengan anggukan.

"Amira, Nindi, ayo duduk. Sini samping Ibu." Bu Halimah menepuk sisi kosong di sebelahnya.

Tapi sebelum duduk. Amira mencium tangan Pak Samsul diikuti oleh Nindi. Meski penasaran dengan kedatangan Pak Samsul yang begitu lama telah memutuskan hubungan dengan keluarganya. Karena perilaku buruknya dulu. Namun sekarang pria paruh baya itu ada di rumahnya dan mengobrol dengan ayahnya. Sepertinya mereka sudah kembali akrab.

"Amira, apa kabar Nak?" Tanya Pak Samsul sekedar basa-basi.

"Alhamdulillah baik Pak Dhe." Jawab Amira.

Pak Samsul tersenyum. "Pak Dhe sudah tahu semuanya mengenai diri kamu. Pak Dhe minta maaf ya karena waktu itu benci kamu." Sesalnya.

"Harusnya saya yang minta maaf sama Pak Dhe. Karena waktu itu saya tidak bisa jaga emosi saya. Sikap saya sangat keterlaluan_"

"Karena itu bukan kemauan kamu sendiri." Sela Pak Samsul, memotong ucapan Amira.

"Jadi, semua kesalahpahaman sudah selesai ya? Sekarang nggak ada lagi benci-bencian segala?" Tanya Rania.

"Nggak ada!" Geleng Amira mantap. Yang lain tersenyum senang. Semua masalah akhirnya terselesaikan satu-persatu.

"Dan jika Pak Dhe melamar kamu untuk kedua kalinya. Apa kamu bakal terima?" Tanya Pak Samsul.

Nindi menyikut Amira. "Jangan kebanyakan mikir Ra. Langsung terima aja." Bisik Nindi.

Amira menatap satu persatu orang di sekelilingnya dan semuanya serentak menganggukkan kepala.

Bismillah

"Saya terima Pak Dhe." Jawab Amira pelan dengan kepala tertunduk.

"Alhamdulillah." Serempak mereka menjawab.

"Apa? Aku nggak dengar?" Tanya Rama usil.

"Iih, Mas Rama pura-pura budek padahal udah denger juga." Kesal Rania.

"Bercanda Dek." Rama mengacak rambut Rania.

                                  🍁

Di saat para orangtua memilih hari yang pas untuk acara pernikahan. Amira dan Rama justru duduk di teras. Berdua tanpa ada yang ganggu.

"Terus gimana sama Arumi?" Tanya Amira.

"Dari awal saya tidak tertarik sama dia. Ayah saja yang suka menelponnya untuk datang ke rumah. Saya juga tidak bisa mengusirnya karena Arumi juga tidak tahu apa-apa. Dan setelah saya kasih tahu penjelasan panjang lebar, Arumi cukup mengerti dengan penolakan yang saya berikan." Jawab Rama.

"Kejem banget. Kasihan kan Arumi." Amira memukul lengan Rama.

"Kejam dari mananya? Kecuali kalo saya pacaran sama Arumi terus saya selingkuhi dia. Itu baru kejam."

"Pinter banget jawabnya." Cibir Amira. Tanpa mereka sadari, Nindi dan Rania mengintip mereka di balik pintu.

"Saya kira, saya tidak bakal bisa miliki kamu, Ra." Ucap Rama serius.

"Maaf untuk semua sikap dan sifatku." Mata Amira berkaca-kaca.

Rama tersenyum tipis. "Saya juga minta maaf, karena saya tidak peka sama kamu."

Ada keheningan sesaat ketika mata mereka saling tatap.

"Jangan nangis, saya tidak suka kamu jadi cengeng gini." Rama menghapus setetes air mata itu.

"Boleh peluk?" Pinta Amira. Ia jadi terbawa perasaan akan sikap dewasa dan perhatiannya Rama.

Nindi dan Rania saling pukul tangan ketika melihat sikap romantis Rama. "Aduh Mbak.. jadi pengen punya pacar deh." Bisik Rania agar tidak ketahuan.

"Hush, masih kecil. Belajar dulu biar pintar." Tegur Nindi membuat Rania cemberut.

"Kita ini belum sah. Peluknya kamu tahan dulu?" Rama mencubit pelan hidung bangir Amira karena gemas.

"Nggak ada orang yang lihat kok. Boleh ya?" Pinta Amira lagi setelah mengawasi keadaan sekitar.

Rama terkekeh kecil. "Ya sudah sini." Rama merentangkan kedua tangannya.

"Hayo.. kalian ketahuan!" Teriak Nindi dan Rania, keluar dari persembunyiannya.

Tentu saja dua sejoli yang lagi mabuk kasmaran itu kaget. Amira segera melepas diri dari pelukan Rama. Sementara dua gadis pengacau suasana itu malah terkekeh.

.

~ Tidak ada hal yang membahagiakan bagi Amira setelah bebas dari belenggu tak kasat mata yang menjeratnya. Dan apa yang ia harapkan tergapai. Kini ia dan Rama akan menjadi satu dalam ikatan ~

.

.

.

17 Juli 2023




Jin Nasab (Warisan sang leluhur)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang