San Francisco, 10.00 Am.
Bunyi air yang terjun ke dalam gelas tak jadi satu satunya hal yang di lihat saat ini. Mungkin semua objek tidak ada artinya untuk di lihat selain tangan lentik yang bergerak menuangkan minuman tersebut dengan perlahan.
Tenggorokan bergerak menelan ludah dengan sorot teliti. Melihat setiap detail dari rupa wanita yang saat ini duduk di sebrang.
"Kau begitu cantik sampai rasanya aku akan gila, Luna." pujian tersebut terlontar dengan nada rendah. Netranya menelisik setiap pahatan wajah yang begitu sempurna itu.
"Aku mengakui itu, Mr. Damian." balasan yang di hiasi dengan wajah angkuh itu berhasil mendebarkan jantung Damian, menghasilkan gejolak panas yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
"Yeahh, itu cukup memuaskan." Damian berdehem, sekali lagi menelan ludah sambil terus menatap sosok di depannya.
"Tapi, bisakah kau berhenti menatapku dengan sorot nakal itu? Aku tidak menyukai matamu."
Damn!
Damian seketika berkedip, melirik ke arah kanan lalu terkekeh begitu saja.
Sial. Wanita ini memang terkenal angkuh dan kasar, tapi bukan kah ini terlalu terang terangan? Bagaimana bisa ia berkata seperti itu pada orang seperti dirinya?
"Kau tidak menyukai ku?" Damian duduk tegap, menarik segelas alkohol lalu menenggaknya perlahan sambil melirik wanita tersebut.
"Apa itu kurang jelas? Harus kah aku menuangkan minuman ini ke atas kepalamu juga?"
Itu jelas keterlaluan. Meski ia mengatakan hal tersebut dengan wajah tenang, matanya tak bisa berbohong dengan tersorot tegas, mengatakan bahwa ia memang tidak menyukai pertemuan ini.
"Sial." Damian mengusap bibirnya dengan selembar tisu, kembali menatap wanita itu yang dengan santai memakan daging yang terhidang.
"Kau membuang waktu berharga ku hanya untuk ini."
Tangan lentik yang semula memotong daging terhenti, beralih mengambil segelas minuman dan menenggaknya dua kali.
"Kau terlalu berlebihan, Luna." Damian menggigit pipi dalamnya. Sempat melirik arloji yang menunjukkan pukul sepuluh pagi.
"Ya, aku akan pergi karena makanannya kurang enak. Aku tidak menyukai ini, dan juga kau, Mr. Damian."
Damian mengerutkan keningnya, tak Terima akan penolakan yang kejam tersebut dan berdiri meraih tangan lembut itu segera.
"Katakan sekali lagi, Luna." Mata Damian menajam, cekalan tangannya mengencang begitu sorot mata wanita itu ikut menyorot hal yang sama.
"Don't touch me! Damian."
Penolakan lagi.
Damian mengeraskan rahangnya, menatap mata yang tajam itu dengan dingin.
"Sialan!" Damian melepaskan tangan itu. Ia mundur dua langkah dengan mengusap wajahnya yang dengan kasar.
Di tatapnya wanita itu yang masih berdiri di tempat, berdiri angkuh sambil meraih beberapa lembar tisu dan mengelap tangan yang semula di pegang.
Harga diri Damian seakan runtuh saat itu juga, nafasnya memburu tak teratur, kepalan tangannya mengeras kukunya menekan telapak begitu dalam.
"Aku sudah mengatakan jika aku tak menyukai mu sedikit pun, berhentilah mengejarku, Damian. Kau seperti anjing gila yang mengemis untuk mendapatkan perhatian."
Tutur kata tajam dengan mata arogan yang begitu jelas. Berhasil meruntuhkan harga diri Damian sepenuhnya.
Damian diam di tempat, terus menatap mata biru itu dengan tajam, hingga tubuh ramping nan seksi itu berbalik meninggalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
111 Days ; Love Me At Night
RomanceMembunuh adalah aktivitas yang tak terlewat setiap tahunnya. Bagi seorang Matteo Louis Killian, hal itu tak pernah memiliki titik akhir yang jelas. ia menghabiskan masa hidupnya untuk menjadi pembunuh bayaran rahasia. juga, tak ada cara lain untuk b...