"Enak kali, ya, kalo belajar di sekolah? Main bareng sama temen-temen di bawah sinar matahari ... ngebayanginnya aja udah seneng banget. Tapi gue yang dari lahir udah musuhan sama yang namanya matahari bisa apa?"-Bagas Rafardhan.
"Jika gue terlahir...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Sebuah sorot cahaya menyilaukan penglihatan Jaffan. Perlahan Jaffan membuka matanya dan mengedarkan pandangannya ke segala arah. Memandang ruangan berdinding putih tanpa ujung. Lalu tiba-tiba terdengar suara-suara yang saling bertabrakan. Di antara suara-suara itu, terdengar jelas suara Ardhan, Harsa, dan Gara. Namun, Jaffan tak tahu dari mana asal suara itu. Ketiga sahabatnya tak terlihat sama sekali.
"Jaffan, makasih udah jadi sahabat pertama gue."
"Jaffan, jangan kapok ya pernah temenan sama gue."
"Jaffan, gue mungkin banyak diam di sekitar lo, tapi yang harus lo tau, gue peduli sama lo."
"Jaffan, lo adalah orang yang paling berarti bagi gue."
"Jaga kesehatan, ya."
"Jangan nangis lama-lama."
"Jika lo butuh gue, lo tau gue ada di mana."
"Jaffan, makasih banyak buat semuanya."
"Jaffan, sekarang kita semua gak akan merasakan sakit lagi."
"Jaffan, gue pamit, ya."
Jaffan membuka kedua matanya lebar-lebar sekaligus. Pemuda itu terduduk, napasnya tersenggal-senggal seolah ia telah berlari sejauh seratus meter. Lalu denging suara itu kembali terdengar, membuat Jaffan meringis sakit dan sigap menutup kedua telinganya. Saking sakitnya, air mata pemuda itu jatuh begitu saja.
Terisak kecil, Jaffan kemudian membatin, "Kalian gak akan bener-bener pergi ninggalin gue sendiri, kan?"
***
"Sampai sini, ada yang ingin ditanyakan?" kata Pak Riki, Guru paling baik sedunia.
Seseorang mengacungkan tangannya. "Menurut bapak, bagaimana kita menyikapi seseorang yang kita amat cintai akan pergi tapi dalam hati kecil kita, tak rela untuk membiarkannya seperti itu?"
Pak Riki diam sesaat sebelum terkekeh entah karena apa. Pria lajang berumur dua puluh lima itu tersenyum. "Kenapa, nih? Kamu mau ditinggal LDR atau gimana?"
Terdengar sorakan "cie" dari seluruh penjuru kelas membuat si penanya mukanya memerah seperti tomat masak.
"Oke, Bapak akan bilang kalau datang dan pergi itu sudah menjadi kebiasaan manusia. Gak ada yang abadi di dunia ini," lanjut pak Riki. "Lalu bagaimana cara kita menyikapinya sedang dalam hati kita gak rela orang itu pergi? Ya, terima saja. Iya, tahu, hal itu pasti menyakitkan dan sulit dilakukan, tapi seperti apa yang tadi bapak bilang: semua yang kita punya di dunia ini gak akan selamanya kita pegang. Akan ada saat di mana kita akan kehilangan sesuatu yang berharga itu. Maka dari itu, kita sebisa mungkin harus menjaga apa yang membuat kita bersyukur memilikinya, kita harus melindungi sesuatu yang berharga itu selagi kita memilikinya, selagi belum terlambat."