9 : Sepiring Nasi Goreng

673 116 9
                                    

Terdengar kegaduhan dari arah dapur di pagi hari ini. Jam belum sampai pada pukul 06.00, tapi Haidar sudah menyibukan diri dengan segala peralatan dapur. Kata bibi, Haidar ingin memasak nasi goreng spesial untuk sarapan hari ini. Jadi bibi terusir dari dapur dan kini memilih untuk membereskan baju kotor di belakang. 

"Ini udah semua di taruh di meja. Terus diapain bu?" 

Sejujurnya, Haidar pun tak terlalu pandai memasak tapi demi kedamaian di rumah ini ia rela menghubungi Ibu nya pagi pagi untuk menanyakan resep nasi goreng spesial dan berujung diomeli. "Mbok ya kalo tanya tuh pas malem gitu lho dek. Ibu kan mau siap siap juga buat kerja. Ini malah ditanyain resep nasi goreng. Gak dimasakin to kamu sama bapakmu?"

Tapi dasarnya Haidar yang pintar merayu, dengan jurus manja dan imutnya ia membujuk sang ibu akhirnya luluh juga perempuan itu. Memilih mengalah dan mengajarkan anaknya memasak nasi goreng. 

"Ini udah dikeluarin semua bahannya. Terus apalagi?" Tanya Haidar pada ibunya yang ada di seberang sana. 

"Potong dulu sosis sama udang nya jadi kecil-kecil. Udang nya dikupas dulu kulitnya terus di cuci. Abis itu bumbunya, bawang putih, cabe rawit, sama garam yang tadi di ulek aja. Ada ulekan gak?"

"Oke bentar, sabar ya ibu ku yang cantik. Jangan cepet cepet, anakmu ini skill masaknya gak sepandai dirimu cantik,"

"Halah halah mulutnya lhoo manis banget. Udah banyak pasti cewek Jakarta yang digodain nih pasti ya," ibunya tak kalah menggoda anak lanangnya itu. Dari seberang sana sang ibu memperhatikan setiap gerak gerik anaknya. Ia yakin Haidar bisa memasak sebetulnya, tapi memang butuh pengawasan lebih jika ia berkegiatan di dapur. Jika lengah, dapur berubah jadi kapal pecah. 

Hati hati sekali tangan Haidar mengayunkan pisaunya. Urusan memotong sosis dan udang sudah selesai. Kini ia beralih menghaluskan bumbu lainnya. Belum pernah lihat kan kalian Haidar ngulek pakai cobek? Nasi goreng ini cukup spesial untuk mereka. Hidangan ini yang sering mereka makan dulu ketika sarapan. Hasil tangan sang ibu ini tidak pernah gagal rasanya dan selalu menjadi favorit orang rumah. Maka dari itu, Haidar ingin mencoba memasakkan ini untuk mereka yang tengah berperang dingin. Harapannya, akan membaik seperti dulu ketika mereka masih bersama sama.

"Dek, mas udah pulang belum? Kemarin ibu telfon enggak diangkat, chat ibu juga enggak di balas sama mas. Sebenarnya ada apa sih? Kalian berantem ya?"

"Udah pulang semalem. Cuma ketiduran aja sama aku jadi gak buka HP lagi. Itu masih tidur paling di kamar,"

"Berantem sama adek? "  "Enggak, lagi putus kali sama pacarnya jadi gak pulang. Ini terus gimana?"

"Tumis bumbunya sampai harum, abis itu masukin sosis sama udang nya. Kalau udah mateng semua, masukin nasi sama ditambah kecap. Kecapnya sedikit aja, abis itu di aduk sampai rata. Ini adek masak sendiri apa buat mas juga?"

"Buat mas juga," "Kalo buat mas juga nanti gak usah dikasih telur ya, mas gak bisa makan telur,"

Haidar mengangguk atas instruksi ibunya. Dalam fikirannya tidak mungkin ia mengatakan jika Mas Jeno tengah bertengkar dengan Papa. Tidak mungkin juga ia mengatakan itu alasan masnya tidak pulang ke rumah. Aroma harum bumbu nasi goreng menguar dari arah dapur. Ia merasa bangga pada diri sendiri, karena dari aroma saja sudah mirip dengan masakan ibunya. 

"Ahh yakin aku iki enak sih. Ibu kudu ne bangga karo adek!"

(Ah yakin aku ini sih enak. Ibu harusnya bangga sama adek!) 

Ibu hanya tersenyum melihat tingkah tengil anak bungsunya itu. Ia baru sadar kalau anaknya itu sudah semakin dewasa. Sudah berani tinggal jauh dari nya. Bohong jika ibu bilang ia ikhlas, hatinya masih setengah tak rela Haidar berasa disana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Chandra Twins || 00L NohyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang