[1. after separation]

280 28 3
                                    


Hari ini bandara terlihat lengang, seorang perempuan dengan rambut sebahu keluar dari pintu kedatangan menarik koper hitam di tangan kanannya, lalu memilih untuk duduk di sebuah kursi tunggu.

Perempuan itu meraih ponsel pintarnya dari dalam tas, menekan tombol turn off di bagian airplane mode. Beberapa detik kemudian masuk sebuah pesan singkat.


Kalo udah sampe kabarin gue ca!! maka gue akan langsung meluncur ke bandara.


Caca tertawa pelan membaca pesan dari sahabat satu - satunya, Roro, dan langsung mengetik pesan balasan.


Gue udah sampe nih, buruan!!

Depan arrival gate terminal 3.


Caca menyandarkan punggungnya dengan rileks ke sandaran kursi tunggu. Menatap sekelilingnya, lengang— tidak begitu banyak orang di Bandara hari ini.

Lima tahun berlalu setelah ia memutuskan untuk melanjutkan sekolah pascasarjana dan berkarir di Amerika Serikat. Lima tahun yang sama sekali tidak mudah bagi gadis itu, karena kepergiannya diawali dengan perpisahan dengan seseorang yang ia cintai, lelaki yang tekah bersamanya semenjak di bangku SMA.

Javi Adiwilaga.

Kapanpun mengingat nama tersebut mampu membuat Caca merasakan pahitnya kisah cintanya sendiri. Mereka kandas begitu saja, tepat lima tahun lalu saat Caca mengatakan,

"Aku pikir lebih baik kita putus saja."

Adalah saat itu juga Javi mengangguk diam, tidak bertanya alasannya, tidak menahannya, tidak terlihat terkejut sama sekali dan berkata,

"Kalau tidak ada lagi, aku pergi dulu."

Dan pergi begitu saja meninggalkan Caca sendirian di apartemen mereka.

Perempuan duapuluh delapan tahun itu tersadar dari lamunan masa lalunya, dan menyadari bahwa waktu lima tahun pun tidak bisa membuatnya benar – benar melupakan sosok Javi.

Caca melihat sebuah HRV putih berhenti tepat di depannya, si pengemudi yang tengah sumringah itu membuka satu kaca mobil dan berteriak,

"WELCOME BACK ALISSAAA!!!! HAVE YOU BEEN WELL?!!"

Caca tergelak melihat kelakuan Roro yang ternyata tidak berubah sedikitpun, ia mulai menggeret kopernya dan memasukannya ke bagasi mobil.

Sepanjang perjalanan sepasang sahabat sehidup semati itu sibuk life update, membahas hidup masing masing dan hidup orang lai dari A hingga Z, tertawa terbahak bahak hingga mengumpat oknum yang sedang dibicarakan.

Setelah membahas banyak hal, Roro berusaha membuka topik baru.

"Lo ga mau tau kabar Javi, Ca?" tanya perempuan blonde itu pelan.

Caca yang ditanyai hanya tersenyum kecil, "Emangnya gimana kabar Javi?"

Roro berpikir sebentar, ia paham bahwa Caca memang tidak tahu kabar Javi setelah tinggal di Amerika.

"Hmm, gue bisa bilang dia ga baik – baik aja." Mulai Roro menjelaskan.

"Seminggu setelah lo berangkat ke US, dia masuk Rumah Sakit. Sejak saat itu sampai beberapa waktu terakhir ini dia jadi sering bolak – balik masuk RS. Gue ga paham banget sebenernya kenapa, karena dia dihandle sama Tim VVIP."

"Dia ga baik baik aja, Ca."

Caca hanya diam mendengar penjelasan Roro.

Bagi Caca, begitu besar tembok diantara dia dengan Javi. Keluarga Javi yang notabene adalah keluarga yang berada di puncak status sosial, berdarah aristokrat, dan nobel-- tidak menyetujui hubungan keduanya.

Sementara itu perempuan dengan nama lengkap Alissa tersebut percaya dengan dirinya, ia yakin bisa diterima oleh Keluarga Adiwilaga dengan kemampuannya sendiri.

Namun ketika Caca sudah memiliki karir yang cemerlang, ketika hubungannya dengan Javi sudah berjalan tujuh tahun, seorang wanita terhormat dari Keluarga Adiwilaga, yang tidak lain adalah ibunda Javi datang menemuinya,

Dan menghancurkan kepercayaan dirinya dengan mudah.

"Cuma kamu saja yang terlalu cinta dengan Javi."

Adalah ucapan perempuan paruh baya tersebut yang selama lima tahun terukir jelas di pikiran Caca.

Caca mengalihkan pandangannya dari jendela mobil dan menatap lurus ke depan, ia berkata,

"Gue dan Javi, mungkin udah broken beyond repair, Ro."


***


Seorang lelaki tampan tengah duduk menatap ke luar dari kaca jendela ruang kantornya. Ruangan yang terletak di lantai empat puluh sebuah gedung pencakar lagit itu memperlihatkan potret Kota Jakarta yang tengah dilanda hujan.

Lengan kiri pria tersebut dipenuhi dengan tattoo, yang ia dapatkan ketika perempuan tersebut pergi dari hidupnya.

Sebuah pengalihan rasa sakit.

Terdengar ketukan pintu dari luar, seorang pria mengenakan suit masuk membawa dokumen, meletakannya tepat dihadapan sang boss yang sibuk memandang keluar jendela.

" Nona sudah mendarat, sesuai dengan jadwal pesawatnya." Lapornya.

Melihat bosnya masih diam, ia kembali melanjutkan,

"Apartemennya sudah dibersihkan, Pak. Tapi Nona tidak kembali ke Apartemen."

Pria itu masih diam, sang sekretaris yang memandanginya sedari tadi sudah terbiasa melihat atasannya seperti ini selama lima tahun. Di matanya Javi seperti hidup tanpa jiwa.

Pria itu masih pulang ke Apartemen yang ia dan perempuan itu tempati, mengurus kucing mereka.

Javi seperti menunggu Caca pulang, ia menunggu setiap hari selama lima tahun. 


***



Author Note:

Hai!!!! 

bikin work baru padahal work sebelah terbengkalai~

ini jadi kumpulan os dan prompts yaaa, updatenya sesuai kapan datangnya khayalanku. Btw, aku bikin ig guys(usn: withlove.dyaz), bakalan diisi sama update works2 (upcoming and ongoing), prompts, au dan imagine.

Karena huru hara kuliah udh kelar, jadi kedepannya aku bakalan lumayan rajin update (ril no fek fek)

okayyyyy, see u semua!! <3

drops of fiction [os collection]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang