"Horee!!!" Suara teriakan anak-anak itu terdengar. Suasana desa sangatlah sejuk dan segar bagaikan di surga. Semua anak-anak desa nampak sangat begitu senang bermain berlari di jalanan setapak yang menjadi batas dari rumah mereka.
Semuanya, namun tidak dengan Minho. Anak yang bernama lengkap Lee Minho itu kini hanya bisa berdiri di depan pintu rumahnya. Menatap mereka bermain dari sana. Bukan karena kedua orang tuanya tidak mengizinkan Minho untuk keluar. Tapi hal tersebut dia lakukan karena merasa malu dan canggung menemui orang baru.
Minho baru saja pindah sekitar seminggu ke desa ini. Hal tersebut dikarenakan, sang ayah yang menjadi pejabat penting pemerintah ditugaskan untuk mengelola desa tersebut.
Mata besar itu kini mengintip lewat lubang pintu kayu tersebut. Anak berusia 7 tahun itu menggenggam dua buah permen lolipop di tangannya. Pikirannya sangat ingin keluar, namun tubuhnya seperti masih menolak melakukan hal itu.
"Minho !" Suara itu terdengar dari dalam rumah membuat si manis menoleh sekejap namun tidak menjawab. Itu adalah ibunya dari dalam rumah.
Ketika Minho kembali mengintip, tubuhnya langsung terpental ke belakang karena terkejut. Dari lubang terlihat ada yang mengintip dari luar. Minho mengambil lolipopnya yang jatuh ke tanah dan berusaha bangun.
"Itu lolipop ya?" Suara itu terdengar dari luar. Minho pun memandang dua permen di tangannya.
"Aku suka lolipop" suara itu seperti anak lelaki seusianya. Minho pun memberanikan dirinya untuk bangun dan membuka pintu. Seorang pria kecil yang lebih tinggi di depannya menatap permen di tangan Minho.
"Kau mau?" Tanya Minho. Mata sipit itu kini semakin menyipit ketika anak itu tersenyum padanya. Minho pun memberikan lolipopnya satu.
"Terima kasih, aku Bang Chan. Kau siapa?" Tanya pria kecil itu. Minho tak menjawab, kini dia hanya menunduk malu dan takut.
"Karena kau baik, mulai sekarang kau akan menjadi teman ku" katanya langsung menarik tangan Minho keluar dari rumah. Seharian itu Minho bermain dengan Bang Chan, anak yang pertama kali dia lihat hari ini.
Chan sangat berbeda dengan Minho, pria itu sangat banyak bicara dan begitu rendah hati. Mentalnya juga sangat kuat, tak seperti Minho. Walaupun kadang didiamkan oleh Minho tapi tak membuat Chan menjadi risih dan tidak suka.
"Besok kita jalan-jalan lagi ya" kata anak itu setelah mengantar Minho kembali. Pria manis itu mengangguk pelan dengan wajah malu.
Saat Minho kembali, dia melihat kedua orang tuanya kini menatapnya. Chan tadi mengajak Minho bermain di sawah sehingga pakaian si manis menjadi kotor.
"Dari mana kau sayang?" Tanya sang ibu terkejut. Minho tiba-tiba memegang pakaiannya yang kotor.
"Maaf ibu, tadi aku bermain di luar bersama teman" katanya. Bukannya marah mereka langsung tersenyum dan mengusap rambut hitam legam milik putra sematawayangnya.
"Jadi kau sudah punya teman ya, bagus Minho" kata sang ayah mengancungkan jempolnya. Minho menaikan wajahnya dan tiba-tiba tersenyum tipis yang membuat wajahnya semakin imut dan menggemaskan.
"Siapa nama teman mu, besok ajak dia ke sini ya ibu akan membuatkan kue untuknya" kata wanita itu.
***
"Chan ini dari ibu" kata Minho ketika mereka duduk di sebuah pohon apel yang berada di dekat sawah. Chan tersenyum dan langsung mengambilnya.
"Ini juga untuk mu" kata Chan memberikan sebuah apel berwarna merah yang besar dan mengkilat. Minho memegangnya dengan wajah bingung.
"Itu hadiah untuk mu" katanya. Minho mengusap buah itu sambil tersenyum tipis. Untuk pertama kalinya dia menerima hadiah dari seorang teman.
"Kita habiskan waktu kita untuk bermain ya, karena satu minggu lagi kita akan segera pergi ke sekolah" kata Chan. Minho pun tak keberatan dengan itu. Bukan bermain bersama semua anak, sejak saat itu Minho hanya bermain dengan Chan. Ke mana pun mereka selalu bersama. Namun pada suatu hari. Ketika usia pertemanan mereka menginjak satu tahun seseorang hadir.
Minho kini tengah membantu ibunya untuk merapikan kebun di belakang rumah mereka. Berbagai sayuran dan buah-buahan mereka tanam termasuk. Pohon apel yang kini sudah mulai berbunga.
Minho selalu memperlakukan apel itu dengan sangat baik. Ingin rasanya agar pohon itu segera berbuah dan menghasilkan buah yang manis. Karena benih dari pohon apel itu berasal dari hadiah sahabatnya dulu. Bagaimana pun caranya Minho akan menjaganya dengan sangat baik.
"Nanti Chan datang kan?" Tanya sang ibu sambil memetik beberapa buah timun.
"Ya dia mengajak ku pergi ke sungai" kata Minho. Wanita itu pun mengangguk, dia merasa tidak khawatir karena sungai di sana memiliki aliran air tak cukup deras dan dalam. Di sungai itu juga pasti ramai orang dikarenakan tempat itu merupakan pusat sumber air di desa mereka.
"Hati-hati saja ya jangan nakal" katanya. Seperti biasanya Minho hanya mengangguk paham mendengarkan nasihat dari sang ibu.
Hari mulai menipis, Minho kini sudah siapa dengan bekalnya. Ketika dia keluar dari rumah. Chan datang ke sana, tak sendirian dia membawa seorang anak kecil yang mungkin seusianya.
"Minho! Ini adalah Hyunjin, dia tetangga baru kita" katanya. Pria kecil itu tersenyum ramah dan memberikan tangannya pada Minho. Minho pun mengangguk melihat anak baru itu.
"Mulai sekarang kita akan bermain bertiga ya" kata Chan. Di tangan Minho kini ada dua permen. Padahal dia hanya menyiapkannya hanya untuk mereka berdua. Setelah itu mereka pun bermain bersama.
Awalnya Minho mengira kedatangan pria ini akan mengganggu persahabatan mereka. Namun sepertinya salah, malah keduanya kini sangat akur dan melakukannya semuanya bersama. Mulai dari masuk sekolah, dan bermain.
Semuanya berubah ketika mereka tahu gender kedua mereka masing-masing. Dari ketiga teman itu, hanya Chan yang merupakan seorang Alpha. Hyunjin dan Minho adalah omega. Setelah mereka menginjak usia remaja. Minho merasakan sikap Chan semakin lama semakin berubah begitu juga dengan Hyunjin.
Saat berkumpul bersama Minho merasakan aura yang sangat aneh pada kedua sahabatnya. Hal itu membuat Minho menjadi tidak nyaman. Namun dia tak ingin mengucapkan semuanya, Minho berusaha bersikap seperti biasa di depan mereka.
Melihat Hyunjin yang selalu bergelayut manja bersama Chan membuat hati Minho merasa aneh. Rasa sedih dan kecewa Minho. Apa Minho iri dengannya? Apa dia merasa jika Hyunjin kini mulai mencoba untuk merebut Chan darinya dan menyingkirkan Minho dari persahabatan mereka? Semua itu terus muncul di kepala Minho.
Pikiran itu selalu muncul di kepalanya membuat Minho sering menjadi jatuh sakit Rasa gak rela jika sahabatnya direbut oleh orang lain? Apakah itu perasaan yang wajar?
TBC
Jangan lupa vote dan komen ya
Gimana ni ges? Lanjut gak?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wonderwall of Eross ✔️
FanfictionMemiliki wajah cantik dan manis membuat Minho menjadi rebutan dua pria yang sangat berpengaruh di tempat itu.