Saat aku benar-benar tidak mengenalmu, kamu datang dengan sedikit kata.
Seperti aku kembali dan tidak pernah kembali ketika waktu yang begitu nyata.
Waktu itu senyummu terbit tatkala matahari yang akan mencuat, dan ketika kamu mengeluarkan kata untuk sekedar bicara.
Malam itu aku tidak berpikir akan bertemu kamu dalam alam bawah sadar ku, kamu datang dengan sedikit bicara.
Saat itu aku berada dalam kondisi menghawatirkan, ketika aku tahan untuk buang air kecil dan berlari kecil mengitari bangunan yang aku sendiri asing berada di sana.
Setapak jalan pada ujung bangunan aku menanyakan pada pria tua yang datang dari belakang punggungku, suara ku mengecil. " pak, dimana letak wc? "
Hal yang bodoh menanyakan seperti itu. Ia tertawa. " nak, ini bukan yang kamu sebutkan tadi. Disini hanya ada anak yang sedang galau. "
" hah? " Beo ku seketika, sekilas orang yang disebutkan tadi keluar dari balik lemari. Ia tidak peduli, malah menatapku datar.
" tuh kan neng, diamah orangnya gitu. "
Aku mengangguk kecil dan berpamitan. setelah aku berbalik. Posisi ku sudah berubah, aku tengah berada di depan area yang tertulis kamar mandi.
Aku meneguk ludah ini kedua kalinya, yang pertama aku mengabaikannya. Aku melihat kamar mandi yang tak ada closet dan terbuka, hanya ada jejeran air keran disana dan memiliki pagar sebatas dada orang dewasa.
Mencoba berpikir positif, apa tempat ini berlaku untuk mandi bahkan tak ada kamar mandi? ahh jelas itu terlintas dalam benakku.
Lamunanku buyar setelah seseorang menepuk pundak dari belakang, itu sepupuku. Mei.
Ia mengawasiku. " Ga papa. " Kilahku. Setelah itu ketika seseorang melintas pandanganku buram dan normal ketika ia tak ada.
' itu dia. 'Selepas kami berjalan cukup jauh sampai pertigaan jalan raya dan aku yang tadinya menahan buang air seketika hilang begitu saja.
Mei dengan pandangan pada benda pipihnya sedangkan aku hanya menatap kendaraan yang berlalu lalang. Kaki ku saat ini tak beralaskan apapun dan dengan pdnya aku berjalan sedari tadi.
Tak lama seorang datang dengan motornya menggunakan jaket kuning menghentikan lajunya saat di sampingku, aku terkejut.
Pria yang aku tak harapkan datang dengan senyum tipisnya. " kamu. "
Aku diam seribu bahasa.
Mei menatapku untuk menyuruhku duduk di tengah antara dia dan mei, aku mengiyakan.
Saat laju motor kian menjauh, kakiku yang tak memakai apapun pun segera memakai kaos kaki berwarna biru muda dan mei setia menenteng heels ku. Aku pun aneh sendiri.
Dan langkah terakhir tinggal heels yang belum terpakai, ntah keberanian dari mana tiba-tiba aku sedikit memaaf dan mengalungkan kedua kakiku untuk memakai heels pada pinggangnya. Ia tak menggubrisku sampai kakiku turun perlahan.
Sebelum aku berada dari sini, hari itu aku kedatangan sial saat pria paruh baya mempersesat arah tujuan aku dam mei ia dengan mimik muka tak bersahabat menurunkan kami berdua.
Kendaraan yang berhenti pada bangunan yang dipenuhi berbagai jenis makanan malang, aku melihatnya seperti grosir atau pun toserba.
seperti aku sudah mengenal lama, dan kami menyutujui kalau dia akan memberi tahu tentang malang.
Mei yang sudah memilih oleh-oleh yang akan ia bawa sedangkan aku mematung lebih tepatnya bingung.
" boleh bantu aku, aku bingung mau belia apa. " Kataku saat ia datang di sebelahku.
Berbagai makanan ia tawarkan dari berbagai khas makanan disini, pandanganku tertarik pada mochi disini tak lebih jauh dari kota ku sedangkan satu lagi ia menawarkan satu entah apa itu bentuknya seperti kerupuk mentah yang sedang viral saat ini dan terakhir pilihanku jatuh pada satu makanan yang asing bentuknya aneh hanya rempahan tak lurus yang ramping.
Begitu selesai kami pulang dan keesokan harinya aku ditambah satu personil temanku entah siapa tapi aku mengenalnya.
Batinku pernah mengatakan jika jodoh tak pandang umur, dari situ aku memiliki pandangan lain namun aku menganggapnya seolah biasa saja.
Saat kami menunggu ia datang kami bercengkrama beberapa saat, pandanganku beralih pada ia yang datang seperti biasanya.
Mungkin ini sedikit aneh, dan jika benar ini akan kena tilang.
Aku yang mendudukan pada jok pertama dan temanku setelahnya mei dia paling belakang, bayangkan saja kami duduk berempat pada satu motor.
Mei dengan ia tengah mengobrol sedangkan aku terlebih dahulu dengan temanku tengah membahas aplikasi oren sembari tertawa.
Saat kami melewati jalan tikus tiba-tiba tubuh kami berada pada satu rumah dengan halaman sempit namun, pohon jambu air menjulang tinggi dengan cat hijau disebelahnya satu garasi ber pintu putih.
Aku menatap sekeliling dan menemukan seseorang yang pergi menjauh ternyata itu dia.
Brakk
garasi itu tertutup rapat, dan hanya aku. Temanku sudah terlebih dahulu menghilang antah berantah.
Aku syok ini rumah siapa? aku yang mulai panik membuka room chat dengan dia, diriku yang sesungguhnya bertanya-tanya sejak kapan aku mempunyai nomornya dan beberapa pesan disana. Sepertinya ia datang, dan aku mengetahui jika mei yang aku kenal menyukainya.
Hari terakhir untuk kembali ke kotaku, ia tahu aku akan pulang dengan yang lainnya di bis yang aku tumpangi. Ia mengantarkan ku dan mei aku sudah tak tahu dimana dia.
Setelah aku berada pada bis, rencananya bis akan berjalan 30 menit lagi. Aku berdiam diri membuka room chat dengan dia.
WhatsApp- kemarin
Me : aku akan pulang besok.
Tak ada jawaban namun ia datang menjemputku tanpa sepengetahuan siapapun.
Tak lama satu pesan masuk.
" iya, aku tahu. Rumahmu seperti istana ya. Terimakasih sudah mengenalmu. " Tiba-tiba.
Aku tersadar jika Dia-itu tidak ada dan aku tidak mengenalnya walau aku pernah bertemu saat aku berada di jp menuju bromo waktu itu.
Namun itu seperti nyata, jantungku berdetak kencang.
___________________________________ʕ◠•ᴥ•◠ʔ
Haiii buat kamu,,,
Terimakasih sudah membaca ceritaku dan semoga sehat selalu🌜🌜
((Cerita di atas adalah pengalamanku saat ini)) Jika kalian suka jangan lupa ikuti aku. Soo, jangan lupa bagi juga pengalaman kalian>>