Chaos

1.7K 241 17
                                    

Jeno menatap heran pada pesannya yang tidak Renjun balas. Seingatnya, hubungannya dengan Renjun sudah membaik. Ingin bertanya pada Rean, tetapi Jeno khawatir akan menimbulkan masalah di masa depan. Jeno tidak ingin Renjun menjauhinya lagi.

"Jen, lo liat Renjun?"

Jeno menoleh saat suara Jaemin mengusik indera pendengarannya.

"Ngapain lo nanya-nanya soal pacar gue?" selidik Jeno.

"Gue cuma mau mastiin kalau bagian Renjun udah selesai. Kita ada presentasi lusa nanti dan dia tim gue." Jaemin balas menatap Jeno dengan wajah datar.

Melihat Jeno terdiam, Jaemin mengerutkan kening.

"Jangan bilang lo gak tau di mana Renjun?"

"Cari tau sendiri. Gue sibuk." Jeno menjawab asal sebelum meninggalkan Jaemin.

Kalau Jaemin tidak melihat Renjun, besar kemungkinan kekasihnya tidak masuk kuliah.

Dengan langkah lebar, Jeno menuju motornya dan melajukannya cukup kencang menuju kediaman Nakamoto. Mendadak ada perasaan khawatir menyergap.

Jeno tidak ingin  terjadi sesuatu pada Renjun.

.

Begitu tiba di rumah Renjun, Jeno menunggu dengan sabar di depan pintu. Berharap Renjun akan menyapanya sambil tersenyum lebar. Namun, saat pintu rumah terbuka dan menampilkan wajah Yuna, Jeno dibuat kecewa.

"Jeno, mau jenguk Rean? Rean tadi ngabarin kamu, kan? Dia kalau lagi sakit emang suka rewel," ucap Yuna sambil mempersilakan Jeno masuk.

Tanpa menjawab, Jeno mengekor pada Yuna. Dia duduk di sofa ruang tamu dengan pandangan menyelidik, berharap menemukan Renjun.

"Jeno, kamu dateng?" sapa Rean sambil duduk di seberang Jeno dengan dibantu ibunya.

"Rean sakit apa?" tanya Jeno.

"Hanya demam dan radang tenggorokan. Dia memang harus hati-hati sekali kalau makan," jawab Yuna.

Jeno mengangguk. Dia menatap sekeliling rumah itu sekali lagi sebelum kembali bersuara, "Tante, maaf, di mana Renjun?"

Yuna melengos, "Kuliah."

"Tapi Renjun tidak ada di kampus hari ini," ucap Jeno.

Yuna terkejut, tetapi segera kembali bersikap biasa.

"Anak itu bolos? Benar-benar keterlaluan," ujar Yuna.

"Saya mencoba menghubunginya, tetapi tidak aktif. Apa mungkin Renjun dengan Om Yuta?" Jeno kembali bertanya.

Mengingat Yuta, Yuna menjadi khawatir karena suaminya itu sempat marah-marah dan mengancamnya sebelum pergi.

Mungkinkah terjadi sesuatu dengan Renjun?

Melihat Yuna hanya diam, Jeno memilih untuk pamit. Dia harus mencari Renjun. Perasaannya tidak tenang. Namun, belum sempat beranjak, pergelangan tangannya ditahan oleh Rean.

"Jeno jangan pergi. Aku mohon temani aku dulu. Mama mau bikin makan malam. Aku gak mau sendiri," rengek Rean.

"Jeno, maaf merepotkan. Tolong jaga Rean sebentar, ya. Saya harus memasak makan malam terlebih dahulu dan saya tidak tega kalau harus meninggalkan Rean sendiri." Yuna menambahi.

Menghela napas panjang, Jeno akhirnya mengangguk. Dia duduk di samping Rean.

Tangannya sibuk memainkan ponsel, mencoba menghubungi Renjun. Benar-benar mengabaikan Rean yang sejak awal merengek dan mencoba bersandar di bahunya sambil memeluk lengan Jeno. Hingga jam makan malam tiba, pintu depan akhirnya terbuka, Jeno harap itu Renjun. Namun, yang dia temukan adalah Yuta dengan penampilan berantakan.

Tanpa menunggu lama, Jeno segera menghampiri Yuta.

"Om, di mana Renjun?" tanya Jeno.

Yuta menatap Jeno cukup lama sebelum menepuk bahu kekasih putranya itu.

"Jeno, boleh antarkan om setelah ini? Om akan mempertemukanmu dengan Renjun."

Tanpa menjawab pertanyaan Jeno, Yuta segera melesat ke lantai dua. Meski kebingungan, Jeno tetap menunggu dengan sabar. Hingga 30 menit setelahnya, Yuta keluar dengan membawa satu tas besar.

"Ayo, Jeno," ajak Yuta.

Yuna dan Rean yang melihat itu menatap bingung. Yuna mendekati Yuta dan menahan lengan suaminya.

"Kamu mau ke mana dengan tas besar itu?" tanya Yuna.

Yuta menatap datar istrinya, tidak punya tenaga untuk menjawab.

"Pa, jawab. Kamu mau ke mana?" Yuna kembali bertanya.

"Mau menemani putraku," jawab Yuta singkat.

"Apa maksud kamu? Rean di rumah. Justru Renjun yang entah ke mana karena belum pulang sampai jam segini," ucap Yuna.

"Putraku Renjun. Aku mau menemaninya. Temani Rean kalau kamu memang tidak peduli dengan Renjun." Yuta kembali melangkah, tetapi ucapan Yuna membuatnya berhenti.

"Memang ke mana anak itu? Dia pasti mencari perhatian dengan pura-pura kabur dari rumah."

Yuta menoleh, matanya memerah, membuat Yuna dan Jeno terkejut.

"Putraku! Anakmu Nakamoto Renjun, dia sekarat! Dia saat ini mengalami koma dan kalau dia tidak bisa melewati masa kritisnya malam ini, Renjun akan sekarat! Renjunku terancam mati, Lee Yuna!" teriak Yuta mengagetkan Yuna, Jeno, bahkan Rean.

"Kalau kau tidak bisa bersimpati denganku, maka cukup tutup mulutmu." Yuta keluar dari rumahnya tanpa berkata lagi. Dia berjalan cepat menuju mobilnya, menyadarkan Jeno yang tadinya terdiam di tempat karena begitu terkejut.

Sementara Yuna, untuk pertama kalinya, merasakan jantungnya berdebar sangat kencang karena Renjun.

TwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang