Di dalam markas darurat, seluruh dewan keamanan negara berkumpul. Kepanikan terasa pekat di langit - langit ruangan.
"Rapat darurat ini kita buka... Bagaimana keadaan seluruh titik kekuasaan negara berdasarkan data terbaru?" ucap Kepala Dewan Keamanan Negara. Monx.
"Berdasarkan seluruh informasi yang didapatkan. Para pemberontak berhasil menguasai 6 titik krusial negara dari 10 titik yang diamankan oleh para pejuang. Jalur bantuan telah diputus, para pejuang mengalami sebagian besar mengalami luka yang cukup serius, dan amunisi kekuatan persenjataan negara sudah menipis" Sekertaris Dewan Keamanan menutup pembacaan data dengan suara melengking menahan tangis.
Keheningan kembali menguasai ruangan, perasaan yang mengalir halus mengelilingi seluruh anggota dewan. Membuat seluruh harapan jatuh.
"Kota apa saja yang jatuh ?" Tanya Kepala Dewan memastikan dengan suara tersenggal.
"Kota A, C, D, E, F, dan J" Jawab sekertaris
"akha..." Kepala Dewan melotot. Panik.
"Kota A dan C adalah harapan untuk makanan, logistik, dan persenjataan para pejuang. Sudah jelas tidak ada harapan lagi. Kita harus menyerah dan memberikan pemerintahan kepada para pemberontak"
Timpal Jendral Pasukan Darat.
gbrakkk...!
"PENGECUTT!!! KITA HANYA AKAN MATI DAN DIBUNUH OLEH PARA BAJINGAN TERSEBUT KALAU KITA MENYERAH!". Ucap Jendral Pasukan Udara sembari memukul meja.
Ruangan dipenuhi oleh keributan, cacian dan saling mengutuk satu sama lain terlontar antar aliansi pasukan darat dan udara.
"Hhuuft" Kepala Dewan mengangkat tangan.
"DIAMMMM!!!" Teriak pengawal Kepala Dewan kepada seluruh anggota rapat dewan. Memecahkan keributan yang sedang terjadi.
"Bagaimana dengan anda ?" tanya Kepala Dewan sembari menatap kearah meja Aliansi Pasukan Laut.
Seluruh mata tertuju kepada Jendral Pasukan Laut. Terlihat Jendral pasukan laut menatap dingin menuju arah dinding ruangan.
Trdreet...
Jendral Pasukan Laut berdiri.
"Kepala Dewan yang saya Hormati. Jendral Pasukan Darat dan seluruh pasukanya, Jendral Pasukan Udara dan seluruh pasukanya, jika anda semua ingin mendengar pendapat saya maka saya mohon jangan ada yang memotong saat saya sedang berbicara..."
Seluruh mata menatap serius, tertuju kepada Jendral Pasukan Laut.
"Sebenarnya apa tujuan hidup ini? untuk kekayaan? untuk kekuasaan? atau untuk tuhan?. Mengapa saya merasakan ketakutan dari pada jiwa setiap insan. Bukankah kalian bertempur untuk mati dan tidak berharap untuk kembali? bukankah kehidupan akhirat lebih baik dari buruknya dunia ini? Lalu mengapa kalian merengek seperti pengecut!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rylee Wasima Zaakiyah
PertualanganPahitnya Fakta Kehidupan Cahaya Kebenaran Menembus Kegelapan