.
.
.
Keyri tak bisa tidur semalaman, perutnya sakit terus-menerus dan mual disertai dengan muntah yang tak kunjung hilang.
Masalahnya, ia sendiri di mansionnya. Ibu dan ayah nya sedang ada urusan, keyri tak sanggup menahan mual ini.
Di raihnya ponselnya yang ada di nakasnya dan segera menelvon sang kekasih.
"h-hallo?" ucap keyri menahan muntahnya di telvon.
"kenapa lo? Kok gitu suaranya?" tanya bian bingung.
"plis ke mansion gw, perut gw gaenak banget— hoek.."
Belum selesai bian menjawab perkataan sang kekasih, keyri lebih dulu mematikan telvon dan berlari kearah kamar mandi.
Bian yang di landa kecemasan pun segera berangkat ke mansion keyri, ahkir ahkir ini sangat banyak sesuatu menimpa sang kekasih. Ada apa ini?
Keyri meraih minyak kayu putih dan di hirupnya, di oles kannya ke sisi perutnya lalu mencoba menarik nafas.
Di tutupnya mata nya sekejap sembari mencoba menghilangkan rasa mual yang melandannya. Ia mencoba bangkit dari duduknya menuju arah kasur dan duduk di tepi kasur.
Keyri memegang perutnya, apakah dia diare? Pikir keyri.
Tak butuh menunggu waktu lama, bian datang dan mendapati keyri yang lemas sedang duduk sembari menutup matanya.
Di hampirinya lalu di sadarkannya, keyri membuka matanya dan mendapati bian.
"kamu kenapa hm? Mau makan nggak?" tawar bian.
Gelengan kecil ia dapatkan sebagai jawaban, lalu ia mengecek suhu badan keyri menggunakan punggung tangannya.
"ke rumah sakit ya?" ajak bian sekali lagi.
"nggak mau." lirih keyri menolak.
Tanpa pikir panjang, di gendongnya tubuh keyri membuat keyri sontak mengalungkan tangannya di leher bian.
Keyri di bawah kedalam mobil dan di letakkan bian di kursi samping pengemudi dengan posisi kursi yang sudah di turun kan agar nyaman.
Lalu di nyalakan mobilnya dan membawa laju kearah rumah sakit terdekat. Tak peduli rumah sakit mana yang penting sang kekasih mendapatkan pertolongan.
Bian ini bisa termasuk suka memilih-milih rumah sakit jika ia tak suka dengan pelayanan serta tampilan rumah sakit, jadi ia terkadang memilih yang tertentu saja. Tapi kaliini tidak sama sekali.
.
.
.
Bian tak bisa diam sedari tadi sembari menunggu kelinci itu selesai di periksa, lalu di lihatnya lagi keruangan pengecekan keyri tapi semuanya tertutup.
Ia mengigit jarinya takut terjadi sesuatu, lalu perawat keluar sembari memanggil nama bian.
"permisi, apakah tuan bian disini?" panggil perawat.
Bian menghampirinya "bagaimana keadaan keyri?" tanya bian cepat.
"baik, untuk lebih lanjut mari ikut saya keruangan dokter yang memeriksa pasien keyrian." ajak perawat dan bian mengangguk.
Bian masuk keruangan itu dan bertemu dengan salah satu dokter pria bernama Alogous atau sering di panggil dr. Algo.
"silahkan duduk dulu tuan bian." ajak algo dan bian duduk.
"jadi, gimana dok?" bian lansung ke inti nya.
"pasien keyri keracunan makanan, makanan itu belum bisa kami pastikan bentuknya karena proses USG belum di laksanakan." jelas algo.
"pasien keyrian sebelumnya ada memakan apa saja tuan bian?" sambung algo.
"dia hanya memakan ayam kecap malamnya, ketika merayakan pesta sekolah. Apa itu penyebabnya?" jawab bian.
"baiklah, jadi. Pasien keyrian ini harus di rawat inap dulu untuk beberapa hari, karena keadaannya yang tak memungkinkan." algo.
"iya dok, saya boleh datangin dia?" bian.
"tentu." balas algo dan bian pamit dari ruangan sang dokter.
Bian datang ke ruang pemeriksaan keyri, dan mendapati keyri sedang ketakutan karena infusnya akan di pasang.
"kak lian.." lirih keyri ketika mendapati bian yang mendekat.
Jantung bian berdegup cepat saat keyri memanggilnya dengan sebutan 'kak', ia memegang bagian yang berdegup kencang lalu menahan senang dalam dirinya.
"iya sayang? Aku disini kok." jawab bian sembari mengusap pucuk rambut keyri.
"tarik nafas ya.." ucap suster dan infus akan di pasang.
Keyri menarik bian, membuat bian bungkuk dan memeluk setengah badan keyri.
Keyri sempat menangis di dekapan bian ketika jarum itu menusuk daging dan kulitnya, bian menengkan keyri dengan cara mengecup bagian wajahnya.
"udah udah, gapapa. Yang penting sehat oke?" bisik bian sembari mengecup kening keyri.
"ttapi s-sakit.." gumam keyri dan bian tersenyum.
"wajar dong?" bian.
Keyri melepaskan dekapan bian, bian terkekeh dan meraih tisu dan menglap wajah keyri menggunakan tisu. Wajah putih itu di balur dengan air mata yang deras tadi, serta wajah yang memerah tak karuan.
"mau apa? Teh hangat mau?" tawar bian dan keyri menggeleng.
"biskuit? Sereal atau bubur?" sambung bian dan keyri menggeleng lagi.
Bian menggeleng kecil melihat tingkah laku keyri, masalahnya keyri tak ada makan dari pagi tadi sedangkan ini sudah jam 3 sore!
Kenapa sangat cepat jam 3 sore? Bian dan keyri menghabiskan waktu menunggu kepastian dari dokternya.
Tiba tiba suster datang "permisi tuan, pasien akan di pindahkan di ruangan rawat inap. Tuan bian bisa tanda tangani kertas yang ada di sini tuan." imbuh suster sembari mengajak bian ke salah satu meja.
Ia menulis semua kepastian dan ahkirnya keyri dibawa ke ruang rawat inapnya.
Ketika sampai, ruangan itu cukup luas dan bian memiliki tempat tidur sendiri?
Ya, itu VIP level tertinggi. Jadi wajar saja jika ruangan itu luas, tak heran lagi jika bian memilih-milih rumah sakit karena ia juga melihat fasilitas.
Di hampirinya suster yang ingin pergi tadi, membuat suster itu menghentikan langkahnya.
"tolong siapkan makanan berupa bubur, kekasih saya belum makan sedari tadi pagi soalnya." pinta bian dan suster itu tersenyum.
"baik tuan, silahkan di tunggu ya." jawab suster dan bian mengangguk lalu suster itu keluar.
Bian melirik ke keyri yang sedang menutup matanya, ia terlihat sangat damai dengan situasi saat ini. Bian tersenyum tanpa sadar ia hampir meneteskan air matanya, tak sanggup melihat sang kekasih sakit.
Sekitar beberapa menit bubur datang, tapi bian membiarkan bubur itu dahulu dan menunggu keyri bangun dengan sendirinya.
Jam 5 tepat, keyri bangun dan mendapati bian yang tertidur karena kelelahan. Keyri tak sengaja batuk membuat bian terbangun.
"eh udah bangun? Makan dulu ya?" ajak bian dan keyri yang melihat raut wajah lelah pada bian pun mengangguk.
Bian tersenyum dan meraih bubur itu, anehnya bubur itu masih hangat apa karena pembungkusnya?
Di buka nya pembungkus yang menghalangi mangkok bubur itu. Ketika berhasil di buka, bian mengadukny sebentar dan menyuapkannya ke mulut keyri. Keyri spontan membuka mulut walaupun tidak selera.
"jangan sering sakit ya sayang? Aku nggak bisa lihat kamu gini, aku hancur ngelihat kamu sakit. Nggak kebayang kalau kamu sakit aku nggak ada di samping kamu." tutur bian membuat keyri tersenyum menunjukkan mulutnya yang terisi oleh bubur. Bian tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
- My Possessive Boyfriend
Random"lo milik gw, semua yang ada di dalam lo hak gw." - Byrvian Lianka Chivarroe.