1. She Smile

31 2 1
                                    

Tidak tahu bagaimana seseorang. Kadang mereka tertawa terbahak-bahak padahal orang yang paling merasakan sakit.

Kadang mereka hanya tersenyum karena sudah bosan dengan hidup.

Terkadang ada yang sangat atau bahkan lebih dalam harta, namun masih merasa kosong dan hampa.

Ada pula orang yang berusaha tegar dan tabah, padahal ujian terus bertambah.
Dan banyak kadang-kadang lainnya.

Banyak hal terjadi di dunia, namun manusia hanya bisa melihat ke arah satu sisi dengan sebelah matanya. Mereka terkadang lupa seribu kebaikan dan hanya mengingat satu kesalahan.

Mudah menyuruh orang untuk baik, namun sulit jika mendidik diri sendiri menjadi lebih baik.

Kala itu, semilar angin menerpa rambut gadis yang tengah tertidur pulas di bawah rindangnya pohon.

Tidak tahu bagaimana dia bisa tidur disana, suasana di kelas membosankan, teman-temannya sudah berpencar entah kemana. Sebagian mencari perhatian ke kelas-kelas lain, sebagiannya ke kantin, dan sisanya dangdutan, mungkin.

Buku berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck karya Buya Hamka tergeletak di sampingnya begitu saja. Terlihat ia sudah menyelesaikan satu buku itu karena pembatas buku sudah mencapai akhir halaman.

“La! Ella!” Seru seseorang memanggil.

Ella mengerjakan matanya. Tidurnya pulas hingga tidak sadar seseorang berkali-kali memanggilnya.

Tak!

“Aww! Kenapa Din?” Adinda, perempuan berjilbab putih itu sudah berjongkok di hadapan Stella.

“Lo jangan tidur mulu, lo kan perangkat kelas. Noh, si Farhan berantem lagi.”

“Hah? Yaudahlah, biarin aja. Kayak lo gatau Farhan aja. Tenang Din, cowok emang selalu bagitu, kalau gak begitu, bukan cowok namanya.”

“Yuk tidur lagi.” Tanpa gelisah sedikitpun, Ella malah tenang dan ingin mengajak Adinda untuk tidur juga.

Sialan Ella, batin Adinda.

“Lo tenang-tenang gini ya, La. Yang diajak berantem Farhan tuh ketua OSIS bego! Lo dipanggil wali kita dongo! Cepetan La!” Adinda menarik tangan gadis itu, mau tak mau tanpa ba-bi-bu, Ella bangun dan langsung berlari menuju ruang BK meninggalkan buku karya Buya Hamka tergeletak begitu saja.

~••~

“Saya tidak beri kalian kesempatan lagi jika kalian mengulangi perbuatan tadi! Sekali kalian mengulangi, saya panggil kedua orang tua kalian!”

“Terutama kamu Farhan! Kamu suka sekali langganan di ruangan saya, kemarin Dino anak kelas IPA 1. Punya masalah apa sih kamu?”

Farhan hanya menunduk, ia sudah malas karena selalu berhadapan dengan Ibu Nillah, guru BK yang selalu mendapatkan langganan siswa-siswi semacam Farhan.

“Permisi Bu. Saya sekretaris kelas dari Farhan.” Ucap Ella setelah mengetuk pintu ruangan itu.

“Iya silahkan. Kamu bicara dulu dengan teman kamu, karena saya akan bicara dengan wali kelas kalian!” Ella membatin, sembari menatap tajam Farhan. Bu Nilla berjalan keluar ruangan, meninggalkan mereka bertiga.

Belum kakinya menyentuh lantai ruangan itu, seseorang dari belakang tanpa permisi langsung masuk ke dalam ruangan, diikuti oleh perempuan lain, yang sepertinya petugas PMR, terlihat dari emblem di seragam putihnya. Ia menyenggol bahu Ella, namun tidak minta maaf sedikitpun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sequoia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang