"Selamat pagi, Non— ya ampun Nona, anda kenapa?" Begitu memasuki kamar Serena, Agda dikejutkan oleh keadaan wanita itu.
Serena tersenyum-senyum dengan lingkaran hitam di bawah matanya. Tentu saja itu membuat Agda ketakutan.
Benar, kenyataanya Serena sama sekali tidak bisa tidur. Semalaman suntuk ia hanya berimajinasi mengenai akan setampan dan secantik apa nanti putra-putri dirinya dan Hugo.
"Apa maksudmu kenapa? Aku baik-baik saja."
"Anda tidak tidur?" Agda secara alamiah menghampiri Serena yang duduk di tempat tidurnya.
"Apakah sejelas itu?" Ia perlahan beranjak dari tempat tidurnya menuju cermin di sudut ruangan.
Ia meringis kecil begitu melihat pantulan dirinya di cermin. "Kurasa kau harus bekerja keras, Agda."
"Ya, saya memang akan melakukannya, Nona." Dengan cekatan ia segera menuju kamar mandi dan mempersiapkan segala kebutuhan Serena.
Begitu selesai, Agda mempersilakan Nonanya dan ia segera meninggalkan wanita itu menuju lemari, memilihkan baju yang akan wanita itu kenakan hari ini.
"Jangan terlalu mencolok, aku akan pergi keluar pagi ini." Serena berteriak dari kamar mandi.
Begitu selesai dengan mandi dan pakaiannya, ia duduk di meja rias dengan Agda yang menatapnya dari cermin.
"Akan kemana anda hari ini, Nona?"
Sambil memulas kuas di wajah Serena, pelayan itu bertanya."Aku akan ke Toko Roti Tuan Baker. Beberapa cemilan kurasa bisa membantu seseorang untuk sembuh."
"Memangnya siapa yang sakit, Nona?"
"Charlie, beritanya belum tersebar ya?" Serena menjawab seraya memejamkan matanya karena Agda sedang memulas kelopak matanya.
"Tuan Charlie terkena perundungan lagi? Kasihan sekali dia." Mimik wajahnya menunjukkan betapa prihatinnya pelayan itu.
"Begitulah, ternyata pemberian izin membawa pelayan bagi dirinya yang merupakan siswa tahun pertama juga tidak membuahkan banyak hasil. Kalau tidak salah ini sudah keenam kalinya sejak semester awal dimulai."
"Kurasa Komite Keamanan Universitas perlu menindak langsung orang-orang yang terlibat." Agda menjawab sembari memberi pulasan pada pipi wanita itu.
"Entahlah, kurasa kasus Charlie sedikit berbeda. Pelakunya selalu hilang sebelum sempat ditindak. Ia seolah-olah bukan pelajar disini. Kau tahu, semacam masalah yang melibatkan keluarganya dan musuh yang mereka miliki." Suara Serena mengecil, ia menatap serius Agda melalui cermin di depannya.
"Hmm, anda perlu membicarakannya dengan tuan Hugo kalau begitu. Nah, sudah selesai."
Agda menarik diri dari Serena lalu bangkit membereskan peralatan yang telah ia gunakan."Tolong panggilkan kereta untukku. Aku akan mengantar laporan ke ruangan Nyonya Duff terlebih dahulu."
Perkataan Serena hanya diangguki oleh Agda. Mereka lalu berpisah didepan pintu.
***
"Selamat pagi, Nona. Ada yang bisa saya bantu?"
Begitu masuk ke Toko, semerbak bau roti menyerang hidungnya. Ia mendadak lapar dan baru teringat kalau ia belum makan apapun tadi.
Pelayan itu mengikutinya, ia menunjuk sebuah roti berbentuk kepangan rambut, lalu berkata "Dengan selai kacang dan madu. Kalian menyediakan susu?"
"Tentu saja, Nona. Susu segar selalu tersedia disini."
"Kalau begitu dengan susu, aku akan duduk disana. Apakah kalian menyediakan kudapan ringan yang cocok untuk orang yang sedang sakit?"
"Ada, Nona. Biasanya orang-orang memesan 5 macam. Itu populer akhir-akhir ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Allow Me To Out Of This Fate
FantasySerena sudah tahu pasti tujuan hidupnya. Sedari kecil ia sudah dididik untuk menjadi ibu dari sebuah wilayah di Utara, menjadi pendamping bagi Haar Wagner di masa depan yaitu, Hugo Wagner. Ia mengorbankan segalanya untuk menjadi calon istri yang bai...