02-End

174 19 0
                                    

‼️⚠️⚠️⚠️⚠️‼️

‼️⚠️⚠️⚠️⚠️‼️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


























































































©pacargigi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©pacargigi












































































Dalam hatiku, rasa benci itu mengakar. Aku membenci dia.

Dikatakan hanya mereka yang berada dalam cengkeraman Thanatos yang berhak melihat reaper. Dan dia, dia bisa melihat reaper. Itulah alasan mengapa setiap kali matanya terpaku pada sesuatu (reaper), rasa benci merebak di dalamku. Matanya seakan terpesona oleh keindahan yang tak pernah kukenali. Seolah-olah, dia mencintai dunia yang tak terlihat lebih dalam daripada aku, kekasihnya yang telah ia janjikan cintanya.

Setiap kali aku mencoba meyakinkannya bahwa reaper hanya ilusi, dia selalu memancing argumen tentang kemampuannya melihatnya, dan bagaimana reaper selalu mengikutiku dalam setiap momen kita. Seperti yang kulihat sekarang, ketika aku membuka pintu apartemen 1LDK-nya, dia duduk di tepi tempat tidurnya, seorang diri, erat memegang sebotol racun dalam genggaman tangannya. Ketika pandangan kami bertemu ketika aku berdiri di ambang pintu, matanya memandangiku dengan rasa kerinduan-atau mungkin lebih tepatnya, terfokus pada sesuatu di belakangku (reaper).

Reaper membentuk diri sebagai apa yang menarik hati mereka yang dikuasai oleh Thanatos—ia menjelma menjadi seseorang, mungkin sosok yang menjadi gambaran ideal di mata mereka...

Hanni akan selalu melihat kehampaan di belakangku, seakan-akan ia telah merasakan cinta yang tak terbalas.

Namun, bagaimana jika yang membuatnya jatuh cinta bukanlah aku, melainkan reaper yang selalu berada di belakangku?

Thanatos'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang