Ada yang bilang, wanita itu harusnya dikejar, ya?- chocomintean -
______
Shila menyeruput kopi nya untuk kesekian kalinya. Kopi hangat yang telah menjadi dingin itu ia seruput sekaligus. Well, terkadang seseorang melakukan hal tersebut. Memesan kopi panas dan meminumnya sekaligus ketika dingin. Mata Shila menerawang setiap kata yang termuat dalam sebuah postingan pada akun menfes kampus.
Kalian tahu Menfes? Yup, pesan rahasia dari seseorang untuk orang lain. Singkat istilahnya, kamu hampir akan merasa kesulitan untuk menebak siapa pengirimnya. Kamu bisa menebaknya, kecuali memang benar-benar ada yang mengirimnya untukmu. Tidak berlaku bagi Shila. Tidak pernah ada yang mengirim menfes untuknya.
"Gue kurang caper kali, ya?" Monolog Shila sembari memasang wajah kesal.
Tiba-tiba ia merasa bahunya ditepuk oleh sebuah tangan yang besar dan kekar, sontak iya langsung menampar si empunya tangan tanpa melihat ia siapa.
Lelaki yang mengaduh kesakitan tersebut langsung memegangi pipinya yang hampir kemerahan, mengapa tidak? Shila anggota UKM Bela Diri.
"Alus bener tangan lo kalo mukul."
Shila menampakkan deretan giginya yang rapi dengan dua gigi kelincinya sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lo sih Za, gue kan refleks. Maklum," elak Shila.
Lelaki bernama Reza tersebut langsung mendudukkan pantatnya dikursi seberang meja yang sedari tadi diisi oleh tas ransel Shila. Reza memindahkan tas ransel Shila dengan menaruhnya dibawah lantai.
"Itu tuh maksudnya apaan? Laptop gue anjir, harta yang pualing berharga."
Reza langsung menaruh tas ransel tersebut dikursi samping Shila.
"Lo lagi ngapain sih? Fokus amat, ampe gue tepuk tuh pundak lo. Gue malah kena gampar."
"Nih nih, scroll Instagram doang. Liat-liat reels."
"Mana ada, lo pasti liat-liat akun menfes kampus sambil bilang 'Apa gue kurang caper ya? Gue harus secaper apa lagi biar ada yang kirim Menfes?'."
Kali ini Shila menjentikkan jarinya tepat pada kening lelaki berbadan tegap itu.
"Mana ada, jangan fitnes. Fitnes itu dosa." Elak Shila.
"Fitnes mana yang bikin dosa? Kecuali lo tebar pesona ama laki orang lain di gym."
"Gak begitu juga, Samsul!"
"Ape lo nyebut-nyebut nama bapak gue!"
Dari kejauhan tampak seorang gadis pendek melambai-lambaikan tangannya kepada Reza dan Shila.
"Fans lo tuh, Za."
"Diem, gak usah bacot."
Gadis periang tersebut langsung duduk disamping Reza sembari memandang wajahnya yang membuat Reza tersenyum kikuk.
"Udah Len, muka dia mah banyak komedonya gitu. Segitunya amat lo liatinnya." Ucap Shila memulai perdebatan. Karena, ia merasa bosan.
"Mau tumbuh kutil bernanah juga dia tetep ganteng kok."
Perkataan Hellen membuat Shila tertawa renyah, sedangkan Reza langsung menyentuh wajahnya dan bercermin.
"Lo sekata-kata amat, ya ampun Hellen. Gak habis thinking gue ama lo."
Hellen juga ikutan tertawa.
"Makanya jangan bergaya lo nolak gue lagi, gak ada yang mau sama lo nanti baru tahu rasa."
"Acie, harus jadian gak sih. Amit-amit kan Za, nanti muka lo bernanah beneran, gimana?" Kompor Shila.
Reza langsung menjauh dari Hellen, dan komat-kamit tidak karuan.
"Shil, lo lagi apa? Nanti sore sibuk gak? Kalo nggak, temenin gue, ya?"
Shila langsung menoleh ditengah aktivitasnya melihat-lihat Reels Instagram yang berseliweran.
"Apaan tuh?"
"Kemarin gue ketemu cowok, oh my god ganteng banget. Anak fakultas sebelah, prodi HI. Gue modusin bentar, terus dapet nomornya deh. Nanti sore rencananya mau ketemu di Kafe deket tempat nongkrong dia, kata gue kan agak canggung gitu kalo ketemu berdua. Terus dia bilang yaudah, sama-sama bawa temen aja. Makanya gue mau ajak lo." Kata Hellen menerangkan.
"Heh pendek, lo paham kan kenapa gue nolak lo terus?"
"Sangat mudah dipahami, semoga hari lo secerah jidat lo!" Hellen menjulurkan lidahnya dan menarik tangan Shila untuk pergi dari sana meninggalkan Reza.
"Gue cabut dulu bray! Lain kali ngopi bareng! STARBUCEK"
"Starbucks, anjir." Umpat Reza.
Reza pun melangkahkan kakinya menuju pintu keluar karena kelasnya akan segera dimulai.
_____
Hay semua, semoga suka. Jangan lupa vote dan follow yaa^^
Have a nice day<3
KAMU SEDANG MEMBACA
WAKTU KITA
Teen FictionKisah Perjalanan Antara Aku, Kamu dan Waktu Kita Bersama