Semilir angin dingin perlahan menusuk pori kulit, di sertai dengan suara deburan ombak yang berhasil memecah kesunyian malam yang sepi. Ku disini berdiam, menjajakan ke dua kaki telanjang ku tuk menyusuri setiap sudut pantai, seolah mencari sesuatu yang entah apa ku tak tahu.
Berjalan gontai kesana-kemari hanya tuk lampiaskan rasa, akibat meratapi setiap jerat takdir yang seakan terus mempermainkan diri.
"Aaaaaaaaaaaa!" Teriak ku lantang, saat emosi yang tak lagi bisa ku bendung perlahan meluap menuju batas sembari menendang angin malam dengan asal, dengan harap dapat menenangkan diri.
"Hiksss... Bagaimana bisa ini terjadi? " keluh ku kepada sang rembulan yang nampak berdiam menyaksikan setiap gerak dan suara yang ku timbulkan.
"Huaaa! Maafkan aku! Ini semua salahku.... Hiks... " Tangis ku pecah kala itu, melampiaskan semua emosi yang terus bersarang dalam hati, tak menyadari ada sepasang mata yang memandang ku iba dalam sorotnya.
"Mengapa kau menangis?" tanya si pemilik pasang mata itu tiba-tiba sesaat setelah tangis ku mulai mereda.
"Hah?! Siapa kau?!" tanya ku panik, pasalnya tempat ini begitu gelap sekarang, sehingga aku tak bisa melihat wujudnya dengan jelas, belum lagi buliran air mata yang dengan sialnya masih mengenang dalam pelupuk mataku.
"Jangan takut! Aku juga sama dengan mu, kau pasti salah satu anak yang terpilih sebagai makhluk itu bukan?" tanyanya dengan tenang.
"K-kau.. "
"Iya, aku juga terlahir dengan wujud sepesial, aku seorang mermaid.. " ucapnya sembari berjalan kian mendekat, menampilkan sosoknya yang nampak telah menua terkikis usia. "Lebih tepatnya sekarang aku seorang mermaid tua... " sambung ucapannya sembari tersenyum tulus menatap tepat ke arah wajahku yang nampak dilanda rasa kalut.
"Ikutlah denganku! aku berjanji akan menjaga mu hingga sisa waktu ku." tawarnya.
Namun aku hanya berdiam diri tak bergeming saking terkejutnya, terlalu bingung harus merespon apa menimpali ajakan si nenek tua yang mengaku sebagai seorang mermaid kepada dirinya.
"Tak perlu khawatir, rahasia mu akan tetap aman dari para manusia yang mengejar mu."
Mendengar kalimat aman dari para manusia, dengan tergesa perlahan ku langkahkan kedua kaki ku mendekat ke arahnya. Karena memang itulah hal yang harus ku lakukan sekarang. Bagaimanapun caranya aku harus bisa bersembunyi dari para manusia, agar aku tak celaka seperti keluarga ku yang telah mengorbankan nyawa untuk dirinya.
"Kau sungguh tak akan mencelakai ku?" Tanya ku yang masih curiga, memberi pandangan menyelidik padanya.
"Tentu saja tidak!"
"K-kalau kau memang sungguh seorang mermaid, bisa kau tunjukkan padaku wujud mu!" Pintaku padanya takut-takut.
"Hahhhh.... Baiklah, tunggu di sini!" Balas nya sembari berjalan ke arah laut walau terlihat terseok-seok dibuatnya.
Byur, ombak bergulung seakan menelan dirinya saat ia telah sampai di bibir pantai. Dan hening, kini hanya suara deburan ombak yang dapat ku dengar. "Eh? Mengapa ia tak menampakkan dirinya lagi?" Monolog ku dalam hati panik sembari berlari ke arah ombak yang terus saja masih bergulung tinggi itu.
"Kau mencariku?!" ucap si nenek tua itu yang kini berada diatas sebuah batu karang berukuran besar dengan wujud mermaid nya.
"Indah... " Gumamku tanpa sadar begitu melihat wujud lainnya.
"Hahaha, sungguh? Terima kasih, walau wujudku sudah tak secantik dulu."
"Jadi bagaimana? Kau sudah percaya bukan? Ingin pergi dengan ku?" tawar nya lagi yang masih berlanjut.
Akhirnya dengan memantapkan diri, ku gerakkan kembali kaki ini mendekati nya.
"Bagus.. kalau begitu lekas ubah wujud mu! dan kita berenang ke arah pulau kecil di sana itu."
Dengan cepat ku anggukan kepalaku mengikuti instruksi nya. Merubah wujud ku dan berenang menuju tempat dirinya menunggu.
"Berhati-hatilah agar tak terseret ombak laut, aku akan memimpin didepan."
Dengan mantap aku mengerahkan tenaga, ternyata peringatan nya agar tak terseret ombak laut benar adanya, meski dirinya telah merubah diri dan dalam wujud merman. Dirinya masih kesulitan untuk berenang mengikuti.