6.

33 14 14
                                    

6. Models dan Malam



Sepulang sekolah Arumi langsung membersihkan diri dan duduk santai di taman belakang dengan beberapa alat lukis yang di siapkan pelayan.

Arumi mengenakan dress putih polos selutut dan rambut di gerai dengan sisi bagian depan di tarik kebelakang dan di ikat dengan pita.

Terdapat dua pelayanan yang dengan setia berdiri di belakang Arumi untuk menemani, kalau kalau saja Arumi membutuhkan sesuatu. Tak jauh dari tempat duduk Arumi terdapat juga meja bundar berisikan makanan ringan seperti dessert dan cookies.

"Aku ingin bertanya".

"Iya, Nona".

Tanpa menoleh dengan tangan yang masih mencoret kanvas, "Menurut kalian, apa aku pantas memiliki teman?."

"Tentu saja, Nona, semua orang pantas memiliki teman."

Kedua wajah pelayanan itu tegang saat tangan cantik Arumi berhenti mencoret kanvas.

Arumi terdiam lalu tersenyum tipis tanpa mereka tahu, "Benarkah? Lalu kenapa aku tidak memiliki nya satupun?."

Terdengar lembut tapi menakutkan di telinga kedua pelayanan itu.

Nina menyikut lengan Talita, menyuruh teman kerjanya itu untuk menjawab.

Talita mendelik takut tapi dari pada membuat nona nya menunggu jawaban dia berdehem pelan lalu tersenyum untuk mengatur suara nya.

"Nona akan segera memiliki nya, bukan kah nona sudah bertemu banyak orang di sekolah? Mereka semua akan menjadi teman anda, nona". Jawab Talita mencoba menenangkan pikiran nona nya.

Kekehan kecil keluar dari mulut Arumi, gadis itu kembali melukis, "Kenapa jawaban mu begitu berbeda dengan kak Revan?".

Tidak ada lagi kekehan kecil yang keluar dari mulut Arumi, raut wajah gadis itu berubah datar seperkian detik, "Mereka yang seperti apa yang akan menjadi teman ku? Kenapa Kak Revan selalu menyuruhku berhati hati pada siapa pun?."

Diam, kedua pelayan itu hanya bisa diam dan mendengarkan setiap perkataan Arumi dengan kepala tertunduk.

"Lagi pula, mereka siapa? Aku tidak mengenal mereka, begitupun sebaliknya, bagaimana mereka bisa mencelakai ku?."

Ini, ini adalah salah satu momen yang di takuti para pelayan, suasana hati Arumi yang buruk akan menjadi bencana bagi mereka.

Jika Arumi yang biasa nya hanya berbicara sedikit dan lebih banyak tersenyum tipis, tiba tiba sekarang banyak bicara dengan mengutarakan berbagai pertanyaan yang tidak bisa para pelayan jawab.

Ini jarang terjadi, karena biasanya Arumi akan melampiaskan emosi nya dengan hobi dan kesendirian.

Bermain alat musik, balet atau melukis di ruangan khusus, jadi para pelayan akan lebih aman jika Arumi bermain dengan benda mati di banding mereka yang jadi pendengar Arumi bisa terancam mati.

Setelah ini mereka pasti akan di panggil untuk menemui tuan muda mereka.

Tamat sudah riwayat mereka.

Arumi tersenyum lebar, "Lagipula apa yang bisa mereka lakukan padaku?."

Itu benar, Arumi memang selalu terancam bahaya tapi Revan memberikan banyak pelindung untuk Arumi, banyak bodyguard yang langsung di pilih oleh Revan dan Opa Panji untuk menjaga Arumi.

Mereka ada yang bekerja secara terang terangan dan sembunyi.

Satu wajah hampir selesai di lukis, jelas di lihat lukisan itu menunjukkan seorang perempuan dengan rambut pendek sebahu dengan wajah tanpa senyum bahkan terlihat sedikit jutek, gadis itu mengenakan seragam sekolah yang sama seperti Arumi.

Mereka tahu itu seragam sekolah nona nya meski tidak ada warna di lukisan itu.

Lagi, Arumi juga melukis dua laki laki di samping gadis itu. Mereka mengenakan seragam yang sama membuat Nina dan Talita berfikir mungkin saja itu teman baru nona nya.

Jika iya, di lihat dari lukisan saja sangat tampan walaupun tanpa ekspresi, bagaimana jika dilihat secara langsung? Pasti sangat tampan!

Yang satu menggunakan kaca mata dan membawa sebuah buku dan satu nya lagi hanya berdiri tegak dengan satu tangan masuk di saku celana nya.

Arumi kembali melukis dua orang di belakang tiga orang itu, membuat Arumi hanya melukis setengah badan, kedua nya laki laki yang tersenyum lebar, laki laki dengan tahi lalat kecil di bawah mata kanan dan merangkul laki laki di samping nya yang terdapat headphone yang melingkar di leher.

"Selesai". Arumi bersandar di kursi.

"Bagaimana menurut kalian?".

"Tentu saja bagus, nona, anda melukis dengan indah". Puji Talita.

Dia tidak berbohong, tidak ada hasil lukisan yang gagal di tangan Arumi.

"Mereka mungkin akan menjadi teman ku". Arumi terdiam memandang lukisan nya dengan senyuman tipis di wajahnya.

"Jika Kak Revan mengizinkan nya".

🌻🌻🌻

Jam menunjukan sepuluh malam tapi Arumi belum juga tidur, gadis itu sudah merebahkan badan nya di tempat tidur tapi matanya masih terbuka lebar dan segar, tidak seperti biasanya.

Karena tidak merasakan kantuk di hari yang sudah larut malam, Arumi bangun dari tempat tidur melangkah menuju pintu kaca yang terhubung dengan balkon.

Arumi menggeser kain tebal untuk melihat langit malam. Dan sekarang Arumi di buat terpana begitu melihat langit malam ini yang sangat indah dengan taburan bintang di langit.


Arumi ingin keluar ke balkon untuk melihat lebih jelas lagi. Di buka nya secara perlahan pintu kaca menuju balkon agar tidak menimbulkan suara, gawat jika kakak nya tahu dia keluar kamar saat malam hari.

Meski nantinya juga akan ketahuan, tapi tidak apa apa Arumi akan menanggung resiko nya, lagipun Arumi hanya ingin melihatnya lebih jelas.

Begitu keluar, hembusan angin langsung menyentuh kulit Arumi di bagian yang tidak tertutup gaun tidur.

Dingin, hangat dan indah itu yang Arumi rasakan,  pancaran hangat dari rembulan masih begitu terasa meski tubuh nya di selimuti angin malam yang begitu dingin.

Gadis itu mendongak kan kepalanya sedikit, senyum Arumi perlahan terpatri dengan mata terpejam. rambut serta gaun tidur nya bergerak selaras dengan arah angin.

"Maaf, Arumi melanggar peraturan lagi." Gumam nya lalu kedua mata nya terbuka.

"Tapi kali ini Arumi tidak menyesal."

Malam ini, Arumi benar benar tidak menyesal sudah melanggar satu peraturan itu, karena Arumi puas dengan apa yang dia dapatkan.

🌻🌻🌻

Lama banget nggak update hehehe

Nggak berharap banyak yang nunggu cerita aku, mau gimanapun cerita ini udah lama nggak update dan mungkin sedikit peminatnya.

Tapi nggak apa apa, aku sebenarnya nggak terlalu mikirin seberapa banyak yang baca, vote dan komen, yang penting aku bisa terus berbagi imajinasi aku dalam bentuk cerita, sebagaimana itu adalah hobi aku dan semoga tersampaikan dengan baik😇

Aku juga benar benar terimakasih yang udah baca cerita ini, walaupun silent reader🤭

See you next chapter!!

Sunflower : ArumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang