"Renaaa.. Aduh, lo denger gak sih dari tadi gue teriakin lo?!"
"Eh? Maaf, Lul. Gak denger gue. Lagi dengerin lagu pake headset nih."
"Elah, pasti lagu barunya bigbang yah? Yang Bang Bang Bang itu, lho! Tenar juga itu lagu, ya. Padahal baru rilis."
"Iya, emang langsung tenar. Biasanya boyband korea emang kaya gitu lagunya. Lo sih taunya cuma Super Junior, Peng,"
"Iyedah, gue kan ELF sejati. Rifah Adellina Fathina hanya punya satu untuk selamanya! Hahaha."
"Dasar sinting. Masih pagi udah ketawa ngakak aja. Ayodah ke kelas, lo kaya orang gila tau, gak?"
"Salak lo!"
________________________________________________
Rifah Adellina Fathina dan Irena Izzahyah ialah dua orang sahabat yang perbedaannya mencolok.
Rifah Adellina Fathina memiliki perawakan kecil dan sedikit berisi, mata sedang berwarna coklat terang, hidung pesek dan mungil, rambut sepunggung, suara nyaring bak toak yang tidak ada merdunya sama sekali, ribut, tomboi separuh, dan terkadang bolot.
Sedangkan, Irena Izzahyah seorang cewek bertubuh tinggi semampai, mata hitam pekat, hidung mancung yang tegas, rambut sebahu, suara merdu, lembut, pendiam, dan usil.
Tetapi, mereka tetap saja memiliki kesamaan, yaitu, cerdas dan penyuka korea. Mereka juga sama populernya di sekolah. Irena karena kecantikannya, sedangkan Rifah karena ribut dan suara nyaring.
Bukan rahasia umum lagi, kalau Irena sudah memiliki pacar sementara Rifah masih setia jomblo. Tetapi, mereka adalah sahabat yang sangat kompak. Dimana ada Rifah disitu pasti ada Irena, begitu pun sebaliknya.
"Lul, jadi Super Junior kapan comebacknya?"
"Ish, apaan dah Ren! Lo manggil gue bahlul melulu! Lo tuh yang bahlul!"
"Lo!"
"Bahlul!"
"Lo bahlul!"
"Salak!"
"Anggur!"
"Timun!"
"Itu bukan nama buah, Ipeng bahlul!"
"Seterah apa kata lo dah."
Rifah berlalu meninggalkan Rena yang masih bersungut-sungut karena dikacangi. Rena berlari mengejar Rifah yang lebih dulu masuk ke kelas.
"Kenapa, ya, si Ipeng? Lagi galau kali tuh anak! Ngajak berantem sambil merengut. Biasanya juga sambil marah-marah." Rena berkata pelan saat masuk ke kelasnya.
Dilihatnya Rifah sedang berkelut dengan sebuah novel berjudul Ototo wa koibito. Rena mengernyit heran. Sahabatnya itu benar-benar aneh.
Bagaimana tidak? Rifah itu orangnya sangat ribut dan tidak bisa diam. Tapi kenyataannya, sekarang ia sangat tenang dengan buku bacaannya. Walaupun, sebenarnya Rifah memang kutu buku, tapi ia tidak akan setenang itu saat membaca.
'Sepertinya memang ada masalah.' batin Rena.
Rena kembali memerhatikan Rifah yang telah selesai dengan bacaannya. Rifah menumpukkan kedua tangannya diatas meja, matanya menerawang seakan menembus pintu kelas yang tertutup.
Pintu terbuka. Seketika kelas yang tadinya ribut menjadi hening. Semua mata serempak memandang ke arah pintu yang terbuka. Mereka melihat dua orang lelaki.
Tetapi, mata mereka hanya fokus ke satu orang tidak dikenal. Semua mengernyit heran.'Anak baru kah?'
'Jarang banget dapat anak baru disekolah ini.'
'Iya ya. Secara, tes masuknya ketat banget!'
'Hebat ya dia. Tampan pula!'
'Akhirnya ada cowok ganteng disekolah!'
Semua asyik dengan hipotesis mereka. Tapi, Rifah hanya memandang lelaki itu dalam diam. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Rena. Rena menatapnya dengan tatapan bertanya. Rifah menggeleng pelan, lalu kembali bergelut dengan novelnya.
"Oke, anak-anak! Saya harapkan kalian diam. Kamu! Masuk!" Pak Dwi memerintah dengan ketegasan. Guru olahraga yang merangkap menjadi wali kelas X-2 itu merupakan guru termuda di SMA Plus Tangerang, walaupun sebenarnya banyak guru muda disana.
Langkah kaki lelaki tidak dikenal itu memecah keheningan kelas. Semua mata menatapnya dengan berbagai tatapan.
"Perkenalkan diri kamu," Pak Dwi berkata sambil bersender di meja guru.
"Saya Rifqi Hamizan Putra. Bandung," suara dingin nan berat terdengar saat anak bernama Rifqi itu berbicara.
"Oke, jadi Rifqi ini dari Bandung. Berteman baiklah dengannya. Ada pertanyaan?"
"Gak ada, Pak," koor X-2.
Rifah mengangkat tangannya. Wajahnya terlihat sangat bingung.
"Ada kok, Pak! Saya ingin bertanya," Pak Dwi mempersilahkan Rifah berbicara.
"Kok dia masuknya dua minggu sebelum ulangan semester, sih? Aneh," Rifqi memasang wajah tak suka atas pertanyaan yang dilontarkan Rifah.
"Dia ikut dengan orangtuanya. Lagipula dia saingan kamu, kok, nanti. Rifqi, kamu duduk di sebelah kiri Rifah, orang yang tadi bertanya. Oke, sekian. Lanjutkan pelajarannya."
Sontak semua siswa langsung mengerubungi meja Rifqi setelah Pak Dwi keluar dari kelas, mengajak berkenalan. Tentu, minus Rifah dan Rena.
"Ren, lo gak merasa aneh ya?"
"Aneh apanya? Kalo lo sih, iya aneh!"
"Lah, kok jadi gue?"
"Lo sih diem mele. Gak kaya biasanya,"
"Yaelah, emang salah kalo gue diem? Malah baguskan?"
"Gak rame! Gak asik lo!"
"Elah? Dianya pergi. Salak emang tuh anak,"
Rifah mengambil headsetnya di saku, lalu memasangnya di kedua telinga. Kemudian ditumpukkannya kedua tangan diatas meja dan berbaring disana. Tak sampai sepuluh menit, nafasnya telah terdengar teratur. Menandakan sang empunya telah jatuh ke alam mimpi.
________________________________________________
Oke gimana nih pembukaannya? Maap jelek yaaaaaaahhhh :*
Vote dan comment dibutuhkan untuk kelanjutannya :*
Dear, Sfielf
KAMU SEDANG MEMBACA
Nice Love
Teen FictionSebuah cerita cinta manis antara seorang cewek yang gak cantik dan seorang cowok yang ketampanannya diatas rata-rata dan perbedaan sifat yang mencolok dengan satu kesamaan cewek cerdas dan cowok yang jenius.