☯︎00.05 Warna mata berbeda..

33 13 2
                                    

WELCOME!

***

Rully datang dengan tergesa-gesa, dia mendorong pintu dengan keras, membuat mereka yang berada di dalam terlonjak kaget. Tak terkecuali Chelsea yang masih tidak mengerti dengan keadaannya, Calvin menatap Rully sinis karena sudah membuat kegaduhan, dan Dara meringis pelan dengan sikap kakaknya ini.

Rully tidak peduli dengan tatapan mereka, dia langsung menyerobot tempat duduk Idrus yang berada tepat di samping kanan Chelsea. Rully terpaku sebentar, kala melihat mata Chelsea dengan dekat. Warna bola matanya sangat indah, dia seperti terhipnotis untuk selalu melihat itu, tidak ada yang lebih indah dari mata Chelsea, untuk saat ini. Dia seperti sudah lama, mengenal dan mengagumi mata indah itu.

"Chelsea, are you oke?" tanya Rully pelan. Chelsea menatap Rully dan semua orang yang berada di hadapannya, dengan tatapan bingung.

Di bingung, mereka semua siapa? Kemana tantenya, kenapa ketika dia membuka mata bukan keluarganya yang dia lihat. Tapi orang-orang asing ini, dengan wajah yang benar-benar tidak pernah Chelsea kenal.

Tante. Ya, dia sudah mengingat namanya adalah Rosellin. Bukan Chelsea yang seperti mereka bilang, hanya saja di mana tantenya sekarang?

Apakah dia sudah tidak peduli dengan keponakan satu-satunya ini, hingga menjualnya kepada orang asing. Pikiran Rosellin sedang tidak baik-baik saja.

Rully tersenyum sabar, ketika pertanyaannya tidak di hiraukan oleh Chelsea. Dia ingin mengusap surai Chelsea yang terlihat begitu lembut, tapi dia ingat di ruangan ini terdapat banyak sekali orang. Dia juga sadar, dia bukan siapa-siapanya Chelsea.

"Tante saya, ada di mana ya?" tanya Chelsea, menatap mereka satu-persatu.

Mereka terlihat bingung dengan pertanyaan Chelsea, mereka tidak terlalu dekat dengan Chelsea. Jadi tidak tahu, siapa tante yang di maksud Chelsea.

Miris sekali.

"Mungkin sedang ada urusan, kamu sama kita dulu aja," balas Dara ragu, dia juga tidak tahu harus mengatakan apa.

Chelsea terdiam sebentar, dan tersenyum tipis menanggapinya.

"Boleh minta cermin?" pinta Chelsea tiba-tiba.

Dara dan yang lainnya di buat bingung kembali dengan permintaan Chelsea, untuk apa dia meminta cermin. Tapi tak ayal, Dara memberikan cermin ukuran sedang yang selalu dia bawa kemana-mana, di dalam tasnya.

Chelsea menerima cermin itu dengan hati-hati, karena tangannya terasa kaku.

Setelahnya, Chelsea tercekat setelah melihat pantulan wajah di balik cermin. Apakah itu wajahnya, kenapa terlihat sangat berbeda, warna rambut bahkan warna bola matanya. Itu bukanlah dirinya, siapa yang dia lihat sekarang? Berbagai pertanyaan muncul secara cepat di benak Chelsea, dia sungguh tidak mengerti dengan keadaannya sekarang.

Apakah ada yang bisa menjelaskannya?

Dia meraba wajahnya pelan, mata kirinya terdapat perban, pantas saja seperti berat sebelah. Kepalanya sudah di lilit oleh perban, dengan rambut panjang yang berwarna indah.

Mereka semua tidak ada yang berkomentar, mereka masih memperhatikan gerak-gerik Chelsea, bahkan dokter pun masih berada di sana. Dia terlihat antusias dengan keadaan Chelsea, karena baru kali ini dia menangani pasien yang mengalami amnesia.

Chelsea bingung harus mengatakan apa, keadaannya tidak bisa di jelaskan dengan kata-kata begitu saja.

Sebastian yang merasa iba dengan keadaan Chelsea pun, mulai tergerak hatinya untuk menenangkan Chelsea. "Kamu gak usah khawatir, ada kita semua yang akan terus menjaga kamu. Rully, dia pasti gak keberatan buat jagain kamu, apalagi pak Calvin," kata Sebastian selembut mungkin.

A SHORT TRIP Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang