Enchanted

45 6 1
                                    

Malam ini seperti malam sebelumnya, Haris pergi keluar untuk makan malam bersama sahabatnya. Sebenarnya, dia cukup lelah karena dia baru saja selesai bekerja paruh waktu di sebuah cafe tapi sahabatnya ini terus mengiriminya pesan agar mau pergi bersamanya. Haris mematikan mesin motornya saat dia sudah tiba di depan rumah sahabatnya, ia segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon gadis itu.

Tak perlu menunggu waktu lama, gadis itu keluar dari rumahnya sambil tersenyum yang senyumnya cukup mencurigakan menurut Haris. "Yakin lo pake celana pendek? Udah malem." Tanya Haris saat melihat pakaian yang digunakan sahabatnya. Gadis itu mengangguk santai, tanpa babibu dia langsung naik ke motor sahabat lelakinya. Haris memberikan helm berwarna pink milik sahabatnya yang selalu dititipkan padanya.

"Temen kerja gue ikut makan malem."

"Mhm."

"Mau makan di mana?" Tanya Haris. Baru saja gadis itu akan menjawab Haris langsung memotongnya. "Jawab terserah gue turunin lo di tengah jalan." Lanjutnya.

"Gatau, gimana kamu aja." Balasnya membuat Haris menghela napas panjang. "Jangan protes." Gadis itu mengangguk santai.

Meskipun lelah, tapi entah mengapa setiap kali pergi keluar malam-malam untuk sekedar membeli makan rasanya cukup menyenangkan baginya, terlebih ada yang mengajaknya bicara lebih tepatnya mendengarkan gadis itu mengoceh sepanjang jalan.

Haris sendiri tidak mengerti kenapa dia bisa dekat dengan adik tingkatnya ini, ya meskipun dulu sekolah di SMA yang sama tapi tetap saja waktu sekolah dulu mereka tidak saling mengenal satu sama lain. Jika di ingat kembali, Mika sahabatnya ini sangat pendiam dan pemalu saat pertama kali mereka bertemu di makrab komunitas. Namun, seiring berjalannya waktu pandangan dia terhadap Mika yang pendiam dan pemalu itu musnah.

Sesampainya di warmindo Mika langsung turun dari motor sahabatnya. Wajahnya terlihat kesal, Haris tahu pasti gadis itu tidak mau makan si warmindo. "Jangan protes." Ujarnya lagi.

Bukan, bukan masalah tempat ataupun makanannya. Mika hanya sedikit trauma dengan abang-abang warmindo yang waktu itu menggodanya. Ya meskipun warmindo yang mereka kunjungi berbeda Mika masih sedikit takut kejadian itu terulang kembali.

Mika segera mengekori Haris dan duduk disampingnya. Tentu saja Haris sudah tahu makanan yang akan Mika makan jika mereka makan malam di warmindo seperti ini. "Udah jangan cemberut." Ujar lelaki itu ketika melihat sahabatnya terus mempout bibirnya seperti bebek. Haris melepaskan jaketnya dan menyimpan jaketnya tepat di paha Mika menutupi paha gadis itu.

"Bang, udah pesen minum?" Tanya Mika.

"Udah sih, teh tawar anget. Lo mau yang lain?" Tanya Haris. Mika mengangguk. "Mau es nutrisari-"

"Jangan es."

"Dih ngatur."

"Bocah, terserah kalau sakit jangan ngadu sama gue." Mika menjulurkan lidahnya, meledek kakak tingkatnya kemudian dia segera memesan es nutrisari yang ia inginkan.
Tak lama kemudian teman-teman Haris datang.

"Bangg haris!"

Mika ikut menoleh. Matanya langsung berbinar saat melihat lelaki jangkung itu menghampiri dia dan juga Haris. "Weh siapa nih? Pacar lo?" Tanya lelaki itu.

"Bukan." Balas Mika cepat.

"Gue Riki." Ujarnya sambil mengulurkan tangan untuk berkenalan. Mika tersenyum dan menjabat tangan lelaki bernama Riki itu.

Lelaki itu langsung duduk di sebelah kanan Haris, nampaknya lelaki itu sangat dekat dengan Haris terlihat dari bagaimana Riki mengoceh banyak hal dengan sangat antusias. "Eh! Mika! Gue kira lo udah tidur jam segini." Mika tersenyum senang melihat temannya datang.

Forever and Always | HeeseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang