Cast

349 48 5
                                    

Seulgi Raditya Dirga Pratama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seulgi Raditya Dirga Pratama


Irene Dewi Putri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irene Dewi Putri

...

"Nak boleh, tolong kamu ambilkan teh?" tanya Pak Kades ke putri tunggalnya, yang sangat cantik itu. "Siapa yang bertamu disaat hujan seperti ini ya, Pak?" tanya Irene penasaran.


"Anak dari jauh, mereka sedang KKN" balas sang ibu,

 
Irene dan keluarga tinggal di desa, tepatnya dirumah papan. Rumah papan itu modelannya tidak begitu usang namun tidak terlalu modern pula. Di desa, rumah itu sudah termasuk kategori rumah layak huni.


Rumah itu menyita perhatian Seulgi, setelah sedari tadi meletakkan barang bawaannya yang berupa ransel itu di rumah tersebut, ia memperhatikan bagaimana kokohnya rumah papan itu melindungi orang-orang yang tengah berkumpul dibawah atap yang teraliri derasnya hujan.


Udaranya begitu dingin dan menghunus kebadan Seulgi, sesekali ia menghangatkan tangannya. Sebenarnya bukan hanya Seulgi yang tengah KKN dan berada disana tetapi ada beberapa temannya pula yang juga ikut meramaikan. Namun hanya Seulgi lah yang perempuan selebihnya pria.


Oleh karena itu Pak Kades menyetujui Seulgi tinggal dirumahnya, dan berbagi kamar selama 40 hari KKN dengan sang putri. Irene membawa tiga cangkir ke ruang tengah, tempat dimana Seulgi, Pak Kepala Desa, dan Ibunya sedang berada terduduk dengan alas tikar pandan. Disana tidak banyak perabotan rumah hanya ada yang sederhana saja.


Begitu menatap mata sayu Seulgi, Irene mulai terkesima. "Siapa perempuan serampangan ini? Gayanya sama sekali tidak feminin" tutur Irene di lubuk hatinya.


"Silahkan diminum nak, Seul-??" Ibu Irene sedikit keheranan mengeja nama Seulgi,


"Seulgi" cicit Seulgi membenarkan, membuat Ibu Irene tersenyum, "maaf ya saya tidak bisa menyiapkan yang istimewa karena memang keadaanya yang terlalu terburu buru" ungkap sang nyonya dengan hati-hati.


Seulgi hanya tersenyum dengan tipis, "oh bisa tersenyum juga?" heran Irene melihat tampak Seulgi yang kurang cocok dikala tersenyum, ia membantin setiap melihat gerak-gerik yang dirasanya aneh pada Seulgi. "Kamu tau kan kenapa kamu tidak digabung dengan teman-teman cowok mu? Di desa ini hal semacam itu tidak boleh" terang Pak Kades yang juga adalah Bapaknya Irene.


Seulgi mengangguk dengan setuju, "ya sudah sekarang sudah larut, kamu ikuti saja Irene. Dia yang akan mengantarkan mu ketempat kalian beristirahat. " lanjut Pak Kades, yang langsung dengan cepat ditanggapi anggukan oleh Seulgi.


"Cewek kok dandanannya kayak cowok" sindir Irene menatap dengan tragis setiap kikis tubuh Seulgi, dari ujung rambut sampai ke mata kaki. Seulgi tidak banyak berekspresi percakapan tidak perlu seperti itu tidak begitu penting menurutnya.


Sampai beberapa langkah melewati kamar utama akhirnya terdapat kamar yang lumayan rapih namun tidak begitu luas. Karena kebanyakan barang-barang disana berwarna tone bumi seperti cokelat kayu, kamar itu sangat amat terlihat klasik. Ada beberapa barang yang warnanya identik ungu. "Ini kamarku, kamu tinggal disini selama KKN bersama aku tapi kita ada perjanjian, guling ini tuh pembatas wilayah kamu sama aku, oke?" tanya Irene,


Seulgi hanya mengangguk, kemudian Ranselnya ia taruh dibawah tepat disamping nakas samping tempat tidur.


"Kamu tuh gak bisa ngomong kah atau gimana?" Irene menatap gemas,


"Capek, saya mau tidur" ucap Seulgi.


...


-To be continued-


Hujan Dan Cinta KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang