Chapter '02

196 24 6
                                    

point of view Soona
(chaesoo spesial episode)

Dear, dairy...

Kalo ditanya penyesalan terbesar aku apa, bisa dibilang aku nyesel banget waktu hadirin malam selebrasi ke-67 tahun dari perusahaan raksasa milik keluarga ku. Keluarga Halim.

Seulgi hadir disana, berdandan rapih dan hendak menjabat tanganku, menungguku turun dari panggung acara. Ia terlihat begitu bangga kepadaku setelah beberapa kali MC diacara itu menegaskan bahwa aku akan meneruskan perusahaan Halim sebagai pewaris tunggal.

Tapi, MC tiba-tiba memanggil Ibu ku, untuk meneruskan apa yang seharusnya tidak perlu diumumkan.

"Keluarga Halim akan mempererat hubungannya dan mengikat perjanjian dengan keluarga Altair diatas kertas pernikahan yang sah dan akan diselenggarakan pada tahun ini. Saya harap semuanya bisa dengan baik dan senang hati menyambut kerjasama yang akan terus berkelangsungan ini..." Katanya dengan percaya diri, sepertinya dia sudah merangkai kata itu dari waktu yang cukup lama.

"Sebagai tanda bukti, untuk sekali ini.. Pesta pertunangan akan dilaksanakan oleh Putri Sematawayang saya Soona Ariela Halim dengan Putra Sulung keluarga Altair yang terhormat Hans Zakhri Altair" mama melempar tatapan tajammya kearahku, ia melempar tatapan itu kearah Seulgi diakhir katanya.

Aku takut, takut Seulgi akan di binasahkan oleh mama kalau aku tidak langsung bertindak. Sayangnya aku lemah, aku gak bisa lindungin Seulgi hanya dengan kuat tenaga ku sendiri. Aku mengalah sama ketentuan mama, Hans memasangkanku cincin simpel dengan detail yang sangat hati-hati di jari manis tangan sebelah kiriku.

Maaf Seulgi, ini penyesalanku tapi aku akan dengan segera mengubahnya. Sekarang aku belajar sedikit lebih berani. Aku nekat berkelana sendiri mencari keberadaan mu, kamu KKN bukan hanya untuk menuntaskan tugas kuliah mu, bukan? Kamu ingin menyiksa dirimu sendiri pergi jauh tanpa kehadiranku. Aku ngerti, aku paham, makanya aku mengikuti kamu sampai sejauh ini. Ingin melihat betapa lelahnya wajahmu menunggu kepastian itu.

Aku Berangkat.

Soona memejamkan matanya, malam begitu dingin. Ia nekat mengambil perjalanan malam menggunakan bus, walaupun di bus itu ia tidak merasa nyaman dikarenakan keadaan busnya berisikan orang banyak.

Ia membawa koper berwarna Lilac lembut, awalnya ia tidak yakin akan menaruh koper nya dimana namun karena diajari oleh beberapa penumpang lain ia ikut menaruh barang bawaannya di bagasi bus itu.

Ia berada di paling pinggir tepat dekat jendela memandang langit malam yang semakin lama semakin indah menjerumuskannya kedalam pikiran yang melayang-layang. Entah apa yang dia fokuskan.

"Pak, tolong kontrol pandanganya dari pacar saya" ucap seorang wanita dengan tegas terhadap bapak-bapak yang sudah memperhatikan paha Soona dari awal. Karena memang Soona memakai rok, sedangkan rok itu diatas lutut yang memperlihatkan dengan cantik paha Soona yang mulus.

Si Bapak yang terpergok sedang memperhatikan Soona merasa malu karena tertegur secara umum, akhirnya dia berdiri dan pergi kebelakang. Memilih untuk duduk di kursi kosong yang ada dibelakang.

"Lain kali gunakan pakaian yang lebih sopan" tegur wanita itu. Tampangnya sangat menawan, ia melepaskan hoodie yang dikenakannya lalu memberikannya kepada Soona.

Lalu si wanita menduduki tempat yang sebelumnya bapak itu duduki jaga-jaga agar tidak ada lagi lelaki hidung belang yang memanfaatkan ketidak pedulian Soona.

Soona hanya merasa sedikit heran, "dia tadi ngaku-ngaku jadi pacar gue?" tanya Soona dalam batinnya namun sepertinya mulutnya membeku akibat kejadian yang baru saja berlangsung, membuatnya kembali acuh tak acuh memandang langit malam dengan sejuta kemisteriusannya.

Tiba-tiba ia termabuk dan tidur dimalam itu dengan nyenyak.

"Bangun, busnya sudah berhenti diperhentian paling akhir" tegur wanita berambut pirang seraya menatap malas kearah Soona. Ia seperti enggan menyentuh Soona sama sekali, biarlah Soona tertidur lebih lama dengan lelap disebelahnya, sembari bersandar tepat dibahunya sebelah kiri.

Tidak menunggu beberapa lama akhirnya Soona merajabkan matanya membuka nya dengan sempurna dan mulai beradaptasi dengan pencahayaan sekitarnya. "Uhm" ia sedikit menguap lalu mulai teringat.

"Eh ma-maaf, maaf" sesalnya membuat si pirang menatap cuek. "Ini dimana ya?" tanya Soona,

"Terminal paling terakhir" ucapnya membuat Soona memasang muka terkejut. "Yaampun maaf, maaf kamu gak turun di terminal yang kamu tuju karena aku bersandar di pundak kamu kah?" tanya Soona.

Wanita itu hanya mengangguk menjawab apa yang baru saja Soona katakan. Soona panik kemudian meminta maaf berulangkali sampai dirinya ingin menangis, si perempuan pirang itu hanya sedikit tertawa remeh kemudian melihat lucu Soona yang tengah kebingungan.

"Cepetan siap-siap Si Abangnya mau balik ngangkut penumpang lagi" tegur cewek pirang itu. Soona mengangguk kemudian bangkit. Hoodie yang dikenakannya sebagai penutup rok langsung ia lipat asal.

"Ini" ucap Soona, "pake aja udaranya disini lumayan dingin terutama sekarang juga masih subuh. Kostum kamu juga kurang bijak dipakai dimusim ini," tutur si Pirang itu. Ia hendak pergi kebawah lalu langkahnya diekori oleh Soona.

"K-kamu bakal pergi kemana?" tanya Soona, memancing raut penuh tanya dari si Pirang. "Soalnya aku gak tau. Aku gak punya tujuan mau kemana" ucap Soona. "Lo stress?" tanya si Pirang, Soona hanya menggeleng.

"Ngapain jauh-jauh kesini kalo gak punya tujuan?" tanya wanita yang lebih tinggi dari Soona itu. "Y-ya sebenernya ada tujuan... Tapi hari ini aku rasa lebih bagus buat pergi kepenginapan dulu, sekalian nyesuaiin cuaca disini buat atur strategi" balas Soona tak kalah ngawurnya.

"Aneh" sarkas wanita itu kemudian ia mengambil koper hitam pekat yang berada di bagasi bus itu. "Koper aku dong sekalian" titah Soona yang berhasil mendapatkan respon tatapan tajam namun tetap dilakukan oleh si Pirang.

"Thank you" ucap Soona,

"For what?" tanyanya,

"For helping me, terutama buat yang tadi malam. Aku gak tau kalo gak ada kamu mungkin aku bakal habis dilahap tu kakek tua Bangka hidung belang bau tanah itu" ungkap Soona, membuat si Pirang hanya mengangkat bahu sedikit dan tersenyum datar.

"Namamu siapa?" tanya Soona,

"Nama saya Roséanne Aryatama. Panggil aja "Tan"" ucap Rosé,

"Soona" ucap Soona mengulurkan tangannya namun tidak dibalas oleh Rosé kemudian membuatnya merasa kesal dan menarik uluran tangan itu.

"Btw aku maunya manggil kamu Rosé, boleh ya?" tanya Soona,

"Nggak" ucap Rosé mutlak seperti Soona membuat kesalahan yang sangat fatal. "I love roses, sama kayak bunga Mawar kamu juga satu pertanda keberuntungan untuk aku" tutur Soona meyakinkan Rosé.

"Boleh ya manggil kamu "Rosé"?" tanya Soona kukuh membuat Rosé sedikit jengkel. "Terserah" ucapnya membuat Soona berhasil mengukir tawa.


mau double update? ramein + jadi readers yang aktif ya guys!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan Dan Cinta KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang