02

667 106 13
                                    

Bingung. Itulah keadaan Reo saat ini. Ini sudah hari keempat sejak perjodohan itu. Awalnya ia percaya diri bakal selesein masalah ini dalam satu minggu. Tapi malah entah kenapa akhir-akhir ini Isagi selalu memenuhi pikirannya. Eh gak sih, 70% deh.

Bahkan sekarang tanpa sadar Reo mulai memperhatikan tiap gerak-gerik Isagi, baik di kelas maupun di lapangan. Katakanlah ia sekarang merasa seperti cctv nya Isagi. Maunya sih abai saja, tapi tubuh ini selalu condong untuk melihat Isaginya. Eh tunggu. -nya?!

Kadang ia juga merasa tiba-tiba kesal jika banyak orang yang dekat dengan Isagi, apalagi si bule sama kecoa! Berani banget mereka sampai menyentuh Isagi. Tak tahu kenapa ia merasakan hal itu, gak mungkin kan ia curhat ke Isagi, jadi Reo hanya memendam perasaan aneh itu. Seperti sekarang contohnya. Isagi tengah melakukan lari keliling lapangan sebelum pulang seperti biasa. Di belakangnya, nampak Kaiser mengganggunya. Uh, merasa kesal Reo memilih duduk saja melepas penat dengan menutup mata di ruang tunggu.

sret

Lima menit menutup mata, Reo mendapati seseorang duduk berjarak satu kursi di sampingnya. Oh itu Isagi. Dia penuh dengan keringat. Isagi terlihat sedang menstabilkan nafas usai berlari.

"Ini." Reo menyodorkan botol minum kepada Isagi, merasa dia membutuhkannya.

"Oh. Terima kasih, Reo." dibuka dan diminumnya dengan terburu-buru sehingga terdapat air yang meleset tidak masuk ke mulut Isagi. Reo masih menatapnya. Mengikuti turunnya air dari mulut Isagi, turun ke dagu, melewati leher yang penuh keringat dan sialnya kenapa terlihat begitu menggoda?! Lalu hilang teresap di kaosnya yang sebenarnya sedikit basah oleh keringat juga sehingga nampak siluet tubuhnya.

Reo seketika lupa berkedip. Ia baru menyadari jika Isagi begitu indah. Visualnya sungguh memabukkan mata. Ia tiba-tiba merasa panas.

"Re, REO!"

"Oh?"

"Kau kenapa? daritadi diem aja?"

"Eh, oh aku-" tba-tiba Reo membuang muka ke samping, menyembunyikan wajah merahnya. Tunggu dulu- lagipula kenapa ia merasa malu. Tidak. Itu karena ia memandang tubuh Isagi. Oke, Reo merasa kurang ajar sekarang. Masa iya dia sama kaya si Shidou dan Kaiser kelakuannya.

Sedang berkutat dengan pikirannya, Isagi berkata "Reo, tentang perjodohan-" Isagi menjeda kalimatnya lalu menatap Reo dan melanjutkan, "jadi bakal bilang ke mama papa tiga hari lagi?"

Melihat situasi sekitar yang ternyata sudah lumayan sepi, walaupun masih ada beberapa pemain di lapangan. Isagi berpikir tidak apa membahasnya di sini, toh mereka juga gak akan dengar. Reo agak kaget dengan pertanyaan barusan.

Oh iya, kesepakatan mereka satu minggu untuk bilang ke orang tua kalau tidak cocok. Dulu Reo iya-iya aja, malah pengen cepet terbebas dari hubungan ini. Tapi entah kenapa sekarang seperti ada suatu belenggu asing yang mengikat. Namun, ia hanya bisa mengiyakan kalimat Isagi tadi, "Iya jadi."

Itu sore ini, gak tau besok mungkin beda.

----

Minggu pagi ini entah beruntung atau tidak, Isagi memutuskan untuk jogging sebentar. Awalnya sih begitu. Namun ketika di pertigaan jalan, ia melihat orang yang tengah kesusahan sepertinya? Oh benar. Setelah Isagi mendekat ban mobil orang tersebut ternyata pecah. Berinisiatif membantu, ia malah ditolak dibilang tidak perlu karena sang pemilik mobil telah memanggil bantuan dari rumahnya. Aneh. dibantuin gak mau, batin Isagi.

Suara Isagi yang berniat membantu mungkin terdengar oleh orang di dalam mobil. Orang itu bertanya apa yang terjadi, namun dijawab tidak ada masalah oleh orang ini. Oh Isagi menyimpulkan jika orang yang di dalam mungkin tuannya kali ya, karena pakaian orang di depannya ini terlihat seperti bodyguard.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 03, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jealous | Reo x IsagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang