#3

122 29 6
                                    

Naruto dkk milik Om Masashi

.

.

.




Waktu begitu cepat berlalu. Hari dan bulan silih berganti. Daun berguguran, kemudian beku, bersemi , mengering lalu gugur lagi. Seperti itu dan seterusnya.

Sayangnya perasaan Itachi pada Hinata tidak demikian. Rasa yang ingin ia hilangkan seolah semakin mengakar. Rasa yang selalu ia coba elakkan, tapi justru semakin dalam hingga Itachi tidak tahu bagaimana mengatasinya.
Terlebih ketika beberapa pria menunjukkan rasa tertarik pada Hinata dan coba melamarnya. Meskipun Hinata berkata belum siap, bukan berarti akan selalu menolak. Hanya tinggal menunggu waktu hingga Hinata merasa siap dan menemukan pria yang cocok. Sementara Itachi tidak tahu apakah ia sudah siap jika saat itu tiba.






"Hinata menerimanya"

Deg

Mikoto masih berceloteh dengan raut bahagia sambil tetap melakukan pekerjaannya membuat kudapan.
"Mereka dari keluarga Inuzuka. Putra mereka seusia dengan Hinata. Namanya Kiba . Menurutku dia pria yang cukup tampan. Dia pernah menikah, tapi sudah bercerai"

"Dia duda?"

"Um. Begitulah"

"Kaasan. Bagaimana bisa..."

"Dia pria yang baik" potong Mikoto.
"Ada perbedaan pendapat hingga mereka akhirnya bercerai. Itu saja. Kaasan rasa Hinata sangat cocok dengannya"

"Tetap saja, kita tidak tahu bagaimana dia. Lagipula ini bukan hanya tentang Hinata. Bagaimana dengan anak-anak"

"Jangan khawatir, Ita-kun. Yuzuki-san adalah kawan baik ayahmu. Putranya pasti juga sangat baik dan penyayang"

Tapi tetap saja, Itachi tidak menyukainya. Hinata akan menikah lagi dengan seseorang yang bahkan ia tidak tahu seperti apa. Rasa marah dan kesal  bercampur namun tidak bisa ia lampiaskan. Akan lebih baik jika ia berhenti membicarakannya.

"Aku mau mandi" ucapnya sebelum berlalu.




Malam itu seperti tidak seperti biasa, Itachi belum pulang saat malam sudah terlalu  larut. Jika ada operasi mendadak, sulung Uchiha itu pasti akan mengabari. Mikoto sudah mencoba menghubungi, tetapi ponsel Itachi tidak aktif. Ia juga  menelepon rumah sakit dan mereka mengatakan Itachi sudah meninggalkan tempatnya sesuai jadwal. Meskipun Fugaku meyakinkannya bahwa semua baik-baik saja, bahwa kemungkinan Itachi sedang 'healing' bersama teman-temannya dan tidak ingin diganggu, sebagai ibu ia tetap merasa khawatir dan memutuskan untuk menunggu sampai putranya pulang.

Perasaannya lega ketika deru mobil yang familiar terdengar dari halaman. Mikoto beranjak dari sofa untuk membukakan pintu, menemukan putranya sempoyongan dipapah Juugo

"Itachi-kun! Kau mabuk"

Wajahnya yang semula menunduk terangkat, menatap sayu Mikoto yang terlihat cemas.
"Kaasan... Hmm.. aku hanya .. sedikit.."

"Seorang pelayan kedai menelepon dan mengatakan tuan muda menghabiskan beberapa botol sake"
Jelas Juugo.

Keduanya segera membawa Itachi ke kamar dengan susah payah. Juugo undur diri setelah berhasil  merebahkan tuannya di ranjang.

Our JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang