#2

102 25 4
                                    

Naruto dkk adalah milik Om Masashi



.
.
.



Orang-orang berpakaian serba hitam memenuhi area pemakaman hari ini. Diantaranya ada seluruh anggota keluarga besar Hyuga dan Uchiha , termasuk Itachi. Jelaganya menatap lurus foto sang paman yang dipajang di depan. Meski mereka jarang bertemu secara langsung, Obito adalah sosok ayah kedua baginya.

Kakashi dengan kondisinya yang belum pulih akibat terluka juga datang dengan dipapah rekannya.
Tiga orang prajurit yang berasal dari Konoha, Obito menjadi salah satunya,  dimakamkan secara bersamaan dengan letak makam berjajar. Upacara berlangsung hikmat. Suara letusan senapan memulai sesi pemakaman disusul instrumen lagu kebangsaan yang mengiringi hingga peti jenazah menyentuh dasar.

Satu kerabat mewakili keluarga maju kedepan untuk menabur bunga sebelum peti ditutup tanah. Hinata  berusaha tegar, berjalan tegap selayaknya  istri dari prajurit yang gagah berani, melemparkan bunga-bunga ditangannya ke atas peti yang telah berada di liang lahat.

"Beristirahatlah, Obito-kun"

~~

Seminggu setelah pemakaman, Hinata masih sering mengurung diri dalam kamar. Ia hanya duduk di dekat jendela, menatap ke luar dengan pandangan kosong. Tidak ada lagi cahaya di wajahnya. Jika bukan karena Sano, mungkin ia juga tidak akan makan. Seporsi makanan yang dibawakan ibu mertuanya hanya dimakan beberapa suap saja.

Bahkan  sebulan berlalu, kondisi Hinata tidak berubah banyak. Bahkan Madara sampai meminta Hiashi untuk sering  berkunjung, itupun tidak membuahkan hasil. Tubuhnya semakin kurus sehingga membuat mereka khawatir.

Hinata bisa merasakan bagaimana semua orang berusaha menghiburnya. Semua orang sedang menghawatirkan keadaannya. Ia juga tidak ingin seperti ini. Namun disisi lain ia tidak bisa melawan dirinya. Dalam pandangannya selalu ada Obito. Bayangan pria itu ada di seluruh rumah. Mengingat senyumnya membuat Hinata menangis. Semua kenangan mereka tidak bisa lepas dari ingatannya, seperti film yang terus diulang.

Indah, tapi juga membuat sesak

Pagi itu setelah sarapan, Madara meminta semua keluarganya untuk berkumpul. Dengan dituntun Fugaku, Madara duduk di kursi. Semua tampak tenang menunggu sesuatu yang akan disampaikan pemimpin keluarga Uchiha itu.


"Hinata"

"Ya, Otousama" sahut Hinata lirih.

"Mulai besok kau bisa kembali kepada  Hyuga"

Semua orang terkejut dengan perkataan Madara.
Sementara Hinata tidak menjawab. Ia hanya pasrah dengan keputusan ayah mertuanya karena bagaimanapun Obito sudah tiada. Tidak ada gunanya ia tetap berada disana.

Dalam hati Hinata merasa sakit, tapi disisi lain mungkin ini yang terbaik.
Ia tidak tahu sampai kapan ia bisa bertahan tinggal disana. Semua memori bahagia di rumah itu hanya semakin membuatnya menderita.

Sementara Madara awalnya begitu berat untuk melepaskan Hinata. Menantunya  itu sudah ia anggap seperti anak sendiri. Namun jika dibiarkan Hinata mungkin  akan semakin hancur. Wajah tuanya   menyendu, ia tidak bisa lagi untuk egois dan  menghalangi kehidupan Hinata yang masih panjang.

"Tapi ingatlah! Rumah ini juga rumahmu. Datanglah kapan saja jika kau menginginkannya. Pintu rumah ini selalu terbuka untukmu" lelaki tua itu menghela nafas lelah, netranya menatap cucu lelakinya yang malang karena kehilangan sosok ayah saat usianya belum genap 3tahun.
"Sanosuke tetaplah seorang Uchiha. Jangan lupakan itu"

Our JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang