Chapter 12

2.8K 154 3
                                    

"Ayo, masih ada satu tempat lagi yang harus kita kunjungi," ucap Naruto. Dengan menurut Hinata berjalan dengan tangan yang digengam oleh Uzumaki Naruto, orang yang tetap ia cintai setelah hampir 5 tahun ini. Mereka kembali berjalan. Naruto melangkah dengan langkah pasti membawa Hinata memasuki sebuah kafe. Kafe yang mereka datangi setelah bertemu di supermarket dulu. Naruto mengambil tempat yang sama dengan tempat yang mereka duduki dulu waktu datang ke sini.
Seorang pelayan datang. Naruto hanya memesan segelas cappucino, dan segelas cokelat hangat untuk Hinata. Mereka berdua tetap diam, sampai pelayan tadi datang dengan membawakan pesanan mereka.
"Eh, hadiah natalku mana nih?" tanya Naruto setelah menyeruput cappucino-nya.
"Ah iya, aku hampir lupa," jawab Hinata, lalu merogoh tasnya untuk mengambil sebuah hadiah dengan bungkus berwarna biru safir yang sudah ia siapkan selama ia libur.
"Ini, kuharap kau menerimanya," ucap Hinata memberikan hadiah itu sambil memasang senyum manisnya.
"Aku buka yah," kata Naruto, lalu membuka hadiah itu dengan sangat sangat antusias.
"Wah, kau yang merajutnya?" tanya Naruto melihat sebuah sweater berwarna putih itu senang. Hinata mengangguk malu.
"I-iya. I-itu sama dengan punyaku, t-tapi aku tidak bermaksud apa-apa, hanya benang warna putih yang tersisa,"
"Benarkah tak ada maksud apa-apa?" tanya Naruto bermaksud menggoda Hinata.
"T-tidak ada!" jawab Hinata tegas. Naruto hanya tersenyum menggoda lalu kembali menyeruput cappucino-nya. Hening.
"Hinata, kau tahu apa yang kurasakan saat melihatmu di supermarket setelah lama tidak melihatmu? Aku benar-benar senang. Rasanya ada sesuatu yang dulu hilang saat itu kembali lagi," kata demi kata keluar begitu saja dari bibir pemuda berkulit tan itu. Hinata hanya diam memdengarkan.
"Apa kau ingin mendengarkan sebuah kebenaran dari seorang Uzumaki Naruto, Nona Hyuuga?" tanya Naruto. Hinata mengangguk. Naruto tersenyum.
"Aku mencintai seseorang sejak SMP. Aku tergila-gila padanya, bahkan walau dia hanya cinta monyetku. Sampai sekarang rasa itu tidak pernah berubah," Naruto menceritakannya dengan mata tetap menatap mata lavender khas Hyuuga milik Hinata dengan intens. Hinata mulai takut, apakah Naruto belum bisa melupakan Sakura?
"Aku tertipu, tidak, aku sendiri yang menipu diriku. Aku mendekati perempuan lain, lalu menganggap diriku menyukainya, tapi ternyata salah. Aku hanya menyukainya, orang yang selalu berada di sampingku," ucap Naruto. 'A-aku juga selalu berada di sampingmu, kan?' balas Hinata dalam hatinya.
"Dan kau tahu, kenapa aku tidak mengungkapkan perasaanku? Aku takut dia tidak menerimaku karena aku ini bodoh, sangat bodoh dibandingkan dia. Sampai aku berniat pergi ke Otto, aku juga tidak memberitahukannya apapun tentang perasaanku. Tapi aku menyuruhnya menungguku," lanjutnya. Jantung Hinata berdebar kencang mendengar kalimat terakhir yang diucapkan pemuda dihadapannya itu. Pikirannya mulai menerka-nerka, akankah perempuan yang diceritakan Naruto, adalah dirinya?
"Sekarang aku akan menebus kebodohanku. Sekarang aku kembali karena aku ingin menunjukkan padanya bahwa aku sudah tidak bodoh. Aku akan mengungkapkan perasaanku karena aku tidak takut lagi dia akan menolakku karena aku bodoh. Karena selama di Otto aku dengan bersih keras terus belajar, belajar, dan belajar," lanjutnya lagi. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Sebuah kotak berbentuk persegi, dilapisi beludru biru. Hinata makin dag-dig-dug.
"Hyuuga Hinata, kau lah orang yang menjadi tokoh utama dari cerita yang kusampaikan tadi. Sejak mengenalmu lebih jauh, aku jadi tergila-gila padamu. Kau benar-benar berbeda. Itu menurutku. Aku mencintaimu," cerocos Naruto dengan sekali tarikan nafas. Hinata tetap diam, tak menanggapi ucapan Naruto.

My first LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang