12

3 1 0
                                    

Setelah kembali ke markas, mereka langsung bisa santai-santai. Tugas kali ini tidak terlalu susah, karena hanya menangkap satu orang dan tadi yang maju hanyalah Jack dan Mahen saja.

Mereka pun merasa seperti tidak melakukan apapun. Ternyata dia hanya pintar membaca rencana saja, tapi tidak dengan bertarung. Entahlah semua orang memiliki kepintaran di bidangnya masing-masing.

"Gw tadi liat ada orang yang pakaiannya serba hitam. Tapi yang buat gw curiga tingkah laku mereka kayak mengintai kita dari jauh" Fardan langsung membuka suara. Sebenarnya sedari tadi ia ingin membicarakan hal itu.

"Beneran? Dimana? Kok gw ga liat" ucap Risky terdengar sangat bingung, tapi sepertinya lebih ke penasaran.

"Lo kayak ga tau dia aja. Fardan kan punya mata yang tajam." Axel langsung membuka suara.

"Setajam silet" timpal Vazka di akhiri dengan tawa kecilnya.

Meskipun semua itu benar, karena Fardan memiliki kemampuan untuk melihat seseorang dari jauh. Berbeda dengan Kenzie yang terlihat diam, sepertinya ia tahu siapa yang sudah melakukan hal ini.

Lalu ia mengambil jaket yang tadi ia lepaskan dan mulai bangkit dari duduknya. 

"Mau kemana pak ketua?" Gian yang ada di sebelahnya pun langsung bertanya dengan menaikan sebelah alisnya.

Kenzie menatap sekilas ke arahnya, ketika mendapat pertanyaan itu. "Gw cabut duluan" jawab nya, mulai memakai jaketnya kembali.

Jawaban itu membuat Gian menganggukkan kepalanya. Tapi itu tidak berlaku untuk Jack, Fano dan Vazka yang sepertinya mereka sudah tahu apa yang akan di lakukan oleh sahabatnya itu.

Kenzie menghentikan langkahnya lalu ia menatap kembali ke arah belakang. "Jack, gw mau lo antar dia pulang." ucapnya.

Jack yang mendengar itu langsung menganggukkan kepalanya. Ia tahu siapa yang harus di antar pulang. Lebih tepatnya ia selalu seperti menjadi bodyguard untuk Zino.

Setelah mendapat jawaban itu, Kenzie langsung kembali melangkahkan kakinya menuju parkiran. Lalu ia kembali mengeluarkan kunci motornya dan mulai menyalakan kembali motornya untuk menuju ke tempat yang akan ia datangi.

Saat sampai di depan tempat yang ia tuju, ia pun mulai berjalan ke arah markas ASFAZ. Dirinya sudah tahu jika orang yang di maksud oleh Fardan adalah Atelio. Kemungkinan besar tidak akan salah sama sekali.

"Ngapain lo ke sini?" Terdengar pertanyaan itu keluar dari bibir orang yang ia cari dan ingin ia temui saat ini.

"Seharusnya gw yang tanya, kenapa lo awasi gw?" tanya Kenzie langsung melangkah mendekatinya.

Atelio tersenyum tipis mendengar pertanyaan itu. Lalu ia mulai menyalakan koreknya dan mematikannya kembali, sebelum akhirnya ia berkata. "Itu udah jadi tugas gw" jawab nya terdengar sangat santai.

"Gw minta lo berhenti jaga gw!!" Kenzie yang sudah tidak bisa bersikap santai pun langsung mulai mengeluarkan amarahnya.

"Apa hak lo bilang kayak gitu?" Atelio menatap ke arahnya saat menanyakan itu. Bahkan dengan wajah yang menantang.

Kenzie yang sudah mulai merasa kesal dengan jawabannya pun langsung memukulnya. "Gw ga mau kehilangan orang yang berharga di hidup gw. JADI STOP LO IKUTIN GW DAN JAGA GW." ucapnya sambil terus memukul kedua pipi Atelio.

Tak ada serangan balik apapun. Justru Atelio tertawa kecil mendengar larangan itu. "Gw, ga peduli sama larangan lo. Urusan gw mati atau engga itu udah jadi resiko."

Kenzie yang mendengar ucapan Atelio langsung menghajar nya habis-habisan. "Sorry gw harus lakuin ini. Gw cuma minta lo buat berhenti jaga gw." ucapnya langsung pergi begitu saja ketika ia sudah membuat peringatan untuk Atelio.

Ia harap dengan apa yang dirinya lakukan, itu akan membuat Atelio berhenti untuk menjaganya. Cara yang di lakukan nya itu salah? Harusnya kan bisa di omongin baik-baik? Iya, itu berlaku untuk orang lain. Tidak dengan Atelio dan Kenzie.

Keduanya tidak pernah melakukan hal itu. Egois? Memang tapi semua orang memiliki caranya masing-masing. Jika di tanya bukankah di pukul itu sakit? Tidak. Itu tidak sakit, di bandingkan dengan ucapan yang selalu meremehkan.

Malam ini, Kenzie tidak pulang ke rumahnya. Justru ia pulang ke apartemennya dan ia juga tidak akan bicara kepada Marco. Jika dirinya tahu siapa yang menjaganya.

Semua ini memang salah Papa nya, ia juga tidak ingin jika Marco mengetahui tentang itu. Maka yang akan kena imbasnya adalah Atelio. Arghh mengapa ia harus memiliki sikap yang keras kepala seperti orang yang ada di sekitarnya.

***
Kenzie sedari tadi terus berdiam diri di taman belakang. Dirinya mencari udara segar, untuk menyegarkan pikirannya. Eh tapi gimana ya segarkan pikiran? Tapi setidaknya mungkin ia merasa lega setelah mendapat udara segar.

"Semalam lo ke markas bang Lio?" Jack langsung bertanya yang hanya di balas anggukan kepala oleh Kenzie.

"Segitu sayangnya bokap lo sama lo. Tapi kenapa lo masih ga bisa terima niat baiknya?" Vazka yang berjalan dari arah belakang pun langsung menghampiri mereka.

"Tanpa gw jawab, kalian udah tau jawabannya." jawab Kenzie menatap sekilas ke arahnya.

"Terlalu banyak mengetahui tentang diri lo itu, terkadang buat lo jadi orang paling bodoh. Karena ga bisa jawab pertanyaan dari orang lain. Sehingga lo selalu mengandalkan jawaban dari bibir orang lain." Fano yang sedari tadi ada di antara mereka pun langsung angkat bicara.

Sebenarnya, ia sudah muak dengan sikap Kenzie yang sudah kekanak-kanakan. Selalu mengandalkan jawaban dari orang lain yang sudah mengerti tentang apa yang akan ia jawab.

"Menjadi pecundang itu, tidak selalu tentu bertarung 1 lawan 10. Melainkan tidak memiliki attitude ketika ada yang bertanya." timpal Jack yang sama halnya berpendapat dengan Fano.

Kedua ucapan itu membuat Kenzie hanya diam. "Masalah yang hanya di hadapi sendiri, ga akan pernah bisa cepat selesai tanpa adanya bantuan dari orang lain." ucapan itu terdengar sangat sederhana? Tapi bermaksud menyindir seseorang.

Fano tertawa tipis mendengar itu. "Memang, tapi setidaknya gw bisa buktikan kalau gw mampu dan bisa jalani itu semua dengan sendiri." balasnya.

"Begitupun dengan gw. Kalian semua udah tau kalau gw pernah kehilangan orang yang paling berharga di hidup gw. Jadi gw lakukan hal itu bukan tanpa alasan, sama seperti apa yang lo lakukan." Kenzie kembali membalas ucapan yang keluar dari bibir Fano.

"Berisik lo pada!!" Jack langsung bangkit dari duduknya dan berjalan kembali ke arah pintu masuk ke dalam markas.

Hal itu membuat Vazka yang tak banyak ikut bicara pun langsung menatap ke arah Jack yang seperti sudah kesal dengan pertengkaran antara kedua sahabatnya itu. Ia hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Nasib memiliki sahabat yang pintar membalikan ucapan ya seperti ini.

Tatapannya pun kembali menatap ke arah Kenzie dan Fano yang hanya menatap lurus ke arah depan. "Baikan. Gw tau kalian berdua lagi emosi." ucap Vazka langsung menepuk kedua pundak sahabatnya itu. "Gw ke dalam duluan" lanjutnya.

Setelah kepergian Vazka. Kini hanya tinggal mereka berdua yang ada di taman belakang markas.

Kenzie dan Fano langsung tertawa, saat itu juga. "Ternyata gampang juga ya buat kulkas berjalan marah." ucap Fano.

Keduanya memang sepakat untuk mengerjai kedua sahabatnya itu. Sahabat yang terkenal cuek dan jarang sekali marah, tapi ternyata itu tidak berlaku untuk saat ini. Hanya Vazka yang bisa sesabar itu.

"Rencana kita kali ini berhasil" sambung Kenzie langsung menyatukan tangannya dengan tangan Fano. Hingga menimbulkan suara yang keras. Itu memang sakit tapi tidak apa, bukan masalah besar jika untuk mereka.

"Pantesan aja Zino, selalu bilang kalau dia itu harimau. Ternyata emang benar, haha." Fano langsung kembali tertawa setelah mengatakan itu.

Ternyata memang benar, jika anak kecil tidak bisa bohong dan tahu mana yang baik dan benar. Tapi Jack itu harimau yang baik ya. Tampangnya aja seperti harimau tapi tenang aja, hatinya baik.
















20 - 07 - 2023🌷

ZAVGARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang