Selama seminggu penuh seulgi melakukan banyak perubahan dalam dirinya. Di mulai dari ia yang awalnya suka malas-malasan di dalam kelas, kini fokus mendengarkan materi. Belajar mati-matian siang malam sampai pukul satu dini hari. mengikuti ekskul renang, dan berlatih di sore hari. menyibukkan diri selama 24 jam upaya memenuhi ke inginan Irene yang dulu memintanya agar tidak menjadi orang pemalas. Lalu di waktu luangnya ia belajar melalui youtube maupun media lain untuk menjadi orang romantic demi terlihat di mata Irene yang masih mengabaikannya terhitung tujuh hari dari sekarang. Belajar masak pada krystal dan bibi anh di pagi-pagi buta untuk membawakan Irene bekal dan meletakkan di kubikel wanita itu, di imbuhi sepucuk surat maaf dan kata-kata semangat.
Yeri, baru selesai membaca mulai menutup buku, menegakkan posisi duduknya sambil bersedekap dan memandang heran ke tempat seulgi yang masih fokus membaca.
"Kamu gak capek ya, Gi? Kita udah duduk dua jam, dan kamu masih betah disini. Udah mau sore, anak-anak udah pulang semua."
"Kalo kamu mau pulang, pulang aja sana." Tanpa mendongak. Seulgi membalik lembar demi lembar buku bacaannya.
Mana mungkin yeri pulang duluan. Ia sebenarnya sedang menunggu jin yang beralih fungsi menjadi penjaga perpus alih-alih menemani seulgi belajar.
"Aku kasian aja sama kamu, Gi. Mata kamu mirip panda. Lagian ya, belajar itu harus bertahap, gak mesti maksain diri tanpa istirahat. Kalo kamu kayak gini terus, bukannya pintar malah jatuh sakit. Kurang tidur gak baik buat kesehatan."
"Makasih atas perhatiannya."
"Gi. Aku ngomong gini karena perduli!"
"Kalo gitu makasih atas keperduliannya."
Yeri mengerang kesal dalam hati. "Nanti malem jangan lupa acara joy. Kamu harus dateng."
"Hmm. Gimana, ya. Kayak—"
"Harus dateng seulgi. Kamu mau liat joy nangis?"
"Yang punya acara sebenarnya kamu apa joy sih, Yer? Kok kamu yang ngebet pengen kesana. Jangan-jangan karena ada jin?" seulgi menutup bukunya. Setelah ini dia ada ekskul renang.
Yeri tersenyum malu dan melirik jin yang kini sibuk mengecek data di computer perpus. Kemudian menoleh lagi hendak menjawab namun urung ketika matanya menangkap hidung seulgi yang mengeluarkan darah. Bersamaan dengan pintu perpus yang terbuka menampilkan sosok bu Irene disana.
"Apa aku bilang kan, Gi. Kamu butuh istirahat," di ambilnya tissue dalam tas. Dan menyodorkannya ke hadapan seulgi yang kebingungan.
"Hidung kamu berdarah." Lalu menunjuk hidungnya untuk segera di lap.
Yeri langsung berdiri melempar senyum dan membungkuk ketika bu Irene menghampiri tempat mereka. seulgi mengelap hidungnya dan menoleh ke jendela.
"Selamat sore, bu Irene."
Irene membalas senyumannya. "Kenapa kamu belum pulang, Yeri? Sudah jam empat sore, nanti orangtua kamu khawatir."
Yeri menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Matanya melirik seulgi yang masih mengelap hidung, dan tercengang tissue pemberiannya sudah penuh darah.
"Gi. Kamu beneran gak pa-pa?" yeri bertanya khawatir, disusul pandangan Irene yang juga melihat seulgi.
"Aku selalu baik-baik aja, Yer. Santai aja lagi,"dan seulgi membaranikan diri untuk berhadapan dengan Irene. Betapa dia begitu merindukan wanita ini, Ingin rasanya ia segera menarik tubuh itu untuk memeluknya.
Tangannya menyumbat hidungnya menggunakan tissue. Tersenyum lebar sebelum berpamitan.
"Aku duluan ya, Yer. Masih ada ekskul renang. Eh, ada bu Irene," seolah pura-pura terkejut melihat kedatangan wanita itu. "Selamat sore, bu."
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSED
FanfictionSeulrene! Dibaca baik-baik ya kawan-kawan. SEULRENE (SEULGI-IRENE) CUMAN CERITA FANFICTION JADI JANGAN BAPER MARI NIKMATI CERITA INI DENGAN TENANG DAN SENANG. OKE!!