🔮3🔮 <last>

286 18 5
                                    

Flashback on.

Ten pindah ke lingkungan rumah di sekitar area Lucky Seven Shopping Street ketika ia berusia lima tahun. Kedua orangtuanya tewas dalam sebuah insiden, sehingga kepengurusannya diambil alih oleh nenek dari pihak ibunya.

Nenek Ten adalah seorang penyihir, yang sangat ingin belajar sihir sebanyak mungkin dan juga mengajarkan sihir kepada calon penyihir-penyihir muda. Dia adalah seorang pengajar yang sangat ketat aturan.

Sekarang setelah Ten dewasa mengingat-ingat itu kembali, Ten mengerti semua itu adalah cara dia menunjukkan cintanya. Tetapi, bagi Ten kecil yang masih kanak-kanak, neneknya adalah sumber ketakutannya.

Suatu hari, seorang teman perempuan melukai Ten di pipinya. Nenek Ten memarahi Ten kecil dan berkata, "Jika luka itu sampai meninggalkan bekas dan orang lain melihatnya, nenek jadi harus terus memikul tanggung jawab penuh atas bekas luka itu selama sisa hidup nenek! Ingat, kamu adalah satu-satunya penerus keluarga kita yang harus sukses dan membuat nama keluarga ini menjadi hebat! Jadi selalu berhati-hatilah dalam setiap tindakanmu."

"Baik aku mengerti.." gumam Ten kecil sambil menunduk sedikit meringis masih merasakan nyeri di pipinya.

Neneknya selalu mengatur dan memutuskan segala hal untuk Ten. Dari mulai sekolahnya, bahkan sampai ke lingkup pertemanannya.

Walaupun Ten merasa menderita dengan itu semua, namun itu tidak menghalanginya untuk menjadi murid sihir terhebat di angkatannya. Sampai Ten beranjak remaja menuju dewasa, selama neneknya hidup Ten mulai seringkali membalas setiap perkataan neneknya, tetapi sekalipun neneknya itu menakutkan ia tidak pernah memukul Ten dalam amarahnya satu kalipun sejak Ten kanak-kanak sampai akhir hidupnya.

Ketika neneknya wafat, sejujurnya Ten diam-diam merasa lega. Ten berpikir, akhirnya kini ia bisa bebas.

Kemudian ia berbicara kepada sekretaris neneknya, "Aku akan menjual rumah ini. Tempat ini terlalu besar untuk ku tinggali sendiri. Aku juga berencana untuk menghentikan risetku dan mencari pekerjaan."

Ketika nenek Ten masih hidup, ia melakukan riset untuk mempelajari kegunaan sihir di bidang perawatan medis. "Tentang itu, apa anda bersedia untuk mengajar di akademi sihir tempat anda lulus? Saya juga merekomendasikan anda untuk melanjutkan pendidikan anda.." ujar sang Sekretaris.

Setelah Ten lulus, ia juga berencana untuk melanjutkan pekerjaan neneknya. Dan ketika ia mendengar ucapan sang Sekretaris, itu berarti pekerjaan yang diinginkan neneknya agar Ten berhasil adalah ini. Maka Ten pun bersedia menerimanya.

Ten melakukan itu dengan pemikiran bahwa ia melakukan ini sebagai bentuk membalas budi neneknya yang sudah membesarkannya selama ini.

Pria bersurai hitam itu tengah berjalan menuju ruangan kerja di dalam rumahnya dengan telepon yang tersambung, "Saya punya banyak sekali buku, jadi saya menginginkan rumah yang memiliki ruang belajar terpisah. Juga, sebuah taman minimalis di dalam rumah akan bagus untuk menghilangkan stress. Saya akan sangat sibuk kedepannya, jadi saya harap anda bisa mengirimkan file tinjauannya lewat email saja."

"Baik, kalau begitu saya akan mengirimkan beberapa pilihan tinjauan rumah secepatnya."

"Terimakasih." tutup Ten.

Mencari dan memilih tempat tinggal baru adalah tantangan yang cukup sulit, perlu banyak pertimbangan. Bersamaan dengan memulai pekerjaan barunya, dan mengambil alih riset penelitian sihir neneknya, menyebabkan Ten tidak memiliki waktu untuk pergi ke agen real estate secara tatap muka.

Small Utopia | Renjun HaremTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang