Arion tahu di hari senin sore, rasanya lebih tepat jika selesai dari kampus langsung saja pulang ke kos dan istirahat dengan tenang. Tapi dia lupa kalau dia punya adik yang sangat merepotkan. Bercanda. Gimanapun juga, Arion gak pernah bisa untuk menolak permintaan adik tercintanya.
Pria itu sedang berjalan bersama temannya yang baru saja keluar dari ruang kelas. Handphone yang sedang Ia genggam tiba-tiba berdering dan segera Ia sambungkan pada si penghubung yang tertera 'Nadine'.
"Halo -..." Sapanya lebih dahulu yang langsung dipotong oleh suara khas perempuan itu di seberang sana, 'Abang, please! Lo masih di kampus kan?'
"Iya, sabar. Emangnya udah kelar?" Pria itu bertanya kembali mengenai permintaan Nadine sebelumnya yang menyuruh dia untuk menjemputnya di toko perlengkapan bahan kimia atau entah apalah itu, Arion lupa.
'Enggak bukan itu. Bentar deh, Bang. Temenku mau nyusul ke sini, gak papa gak kalau berangkatnya bareng lo aja?'
"Maksudnya gimana?"
'Iya, lo jemput dulu temen gue, di dekanat fk. Sekalian ya, please?'
"Yaudah oke. Kabarin aja, orangnya yang mana, pakai baju apa, nunggu nya dimana?"
'Iya iyaa, tar lewat chat aja, I'll send you the details ok!'
"Hm. Lagian kenapa gak bareng lo aja tadi? Bukannya lo berangkat bareng Sagara ya?"
'Ya kita beda fakultas, temenku masih ada kelas, Abang. Terus Asa juga tadi buru-buru.'
"Oke deh, share location aja ya, dek. Yang bener loh ya titik lokasi nya."
'Siap, alright. Makasih ya tuan muda. Maaf banget selalu ngerepotin.'
"Iya sama-sama, baru nyadar ya kamu?"
Perempuan itu tertawa dan cepat-cepat membela diri nya, 'Berbuat baik itu tidak akan pernah rugi loh. Ah, udah deh ya, sekali lagi makasih kakak ku tercinta. Hati-hati di jalan. Oh iya, pesan tambahann ya jangan modus sama temen gue, jangan digangguin, act normal please? Jangan malu-maluin. Dah!'
KAMU SEDANG MEMBACA
25 Hours (You're worth it)
Short StoryArion's Point of View Since we first met, I knew that I never needed a reason to not fall for her. She's just simply beautiful without any expectation that she put. Meisya's Point of View Kalau kata Becca Fitzpatrick, The problem with human attracti...