"Lo yakin mau duduk di sini?"
"Huh?" Jeydan yang baru meletakan makan siangnya di salah meja kantin, lekas menoleh pada Reza Artamevisyan yang berdiri kaku di sisinya. Tubuh pria yang sama culunnya dari penampilan Jeydan itu bergetar hebat; bulir keringat sebesar biji jagung menetes deras dari pelipisnya tanpa malu-malu.
"Kenapa? Ada yang salah? Toh cuma meja ini yang kosong," jawab Jeydan santai. Netra itu menelusuri keberadaan Nayla bersama dua sahabatnya yang masih ngantre dirimbunan murid-murid pada siomay Kang Asep.
Tak heran digandrungi penghuni sekolah; selain murah-meriah, bumbu kacangnya itu loh nampol banget. Belum lagi, rasa ikannya yang nempel di lidah. Ajiblah pokoknya. Bukan ecek-ecek itu siomay.
"Kalo lo masih pengen umur panjang, mending bangkit sekarang. Yuk, kita cari meja lain!"
"Apaan si Za, timbang makan doang aja ribet banget. Udah sini lo duduk ah. Atau pantat lo bisulan?"
"Jeydan Abimana Dirgantara, asal lo tau, ini tuh meja The Scorpions!"
"Oh, terus?"
"Kok cuma 'oh terus' sih? Emang lo gak tau The Scorpions itu siapa?"
"Nggak."
"Alamakjang!" dengus Reza, payah. Dia terlalu frustasi dengan sikap cuek si anak baru ini. Antara polos dan tolol.
The Scorpions, adalah geng SMA Galaxy yang paling disegani oleh seisi sekolah. Jangankan muridnya, para guru pun takut dan angkat tangan jika berurusan dengan mereka.
The Scorpions bukan hanya berisi lima orang badboy doang. Melainkan, lima puluh dua anggota dari masing-masing angkatan kelas 10, 11, dan 12. Jadi totalnya ada 156 anggota. Raka ketuanya, sedangkan Angga, Aryo, Wahab dan Ditto adalah pilar-pilarnya.
Kebayang gak seandainya mereka dikeroyok oleh 156 orang tersebut secara langsung? Belum lagi kalo ada dari anggota The Scorpions yang pake benda semacam kunci inggris, palu, gir dan rantai? Beuh kalo gak jadi ayam geprek, yah, jadi bubur Nestle deh.
Singkatnya, Reza dan Jeydan akan wassalam oleh geng barbar itu.
"Za, kok malah bengong? Duduk woy!"
"Ini yakin kita gapapa duduk di sini?" kerongkongan Reza tercekat, sedangkan tangannya pada nampan kian tremor hanya dengan membayangkan sosok Raka dan gerombolannya datang mencak-mencak saat tahu meja mereka diambil alih oleh Jeydan.
Reza masih muda, masih pengen nikah, dan masih sayang nyawa karena banyak tanggungan yang menantinya di masa depan. Bagi Reza, keputusan nekat Jeydan mungkin bisa berakibat buruk di hidupnya.
"Udah gapapa, gue yang jamin!"
"Bener, ya?"
"Iya bawel!" Jeydan meyakinkan. Senyum manisnya tertahan pas liat wajah panik Reza yang semerah tomat. Udah kaya orang nahan berak gitu habisnya. Lucu.
"Kita bakal duduk di sini nih?" beo Sania yang tanpa keduanya sadari sudah berdiri di dekat Reza. Dia datang bersama sepiring siomay plus es teh manis dibayar tunai.
"Anjay~ punya nyawa 9 lo ya Je duduk di sini? Oiya lupa, masih anak baru sih yah jadi belom ada takut-takutnya kan sama The Scorpions?" timpal Monica, cekikikan saat menyindir.
"Udah duduk aja, gapapa kok," Nayla membela. "Mereka lagi cabut sampe jam dua, jadi meja ini kosong," tuturnya sambil melabuhkan bokong sintalnya di samping Jeydan.
Mendengar itu, akhirnya Reza, Monica dan Sania baru bisa duduk dan makan dengan tenang.
"Nice information, ibu negara. Btw si bapaknya lagi dinas ya sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeydan Dirgantara
Teen Fiction"Siapa yang bikin lo nangis? Tunjukkin ke gue orangnya!" -Jeydan. "Kalo aku nangisnya karena kamu, gimana? Perhatian, peduli, selalu dukung dan selalu ada di saat satu sama lain lagi membutuhkan; kita tuh sebenernya apa?" -Nayla.