<<01>>

499 37 1
                                    


Membaringkan tubuh yang sudah lelah di samping suaminya, tidak bisa memejamkan mata, memikirkan cara untuk kuat menjalani hari-hari selanjutnya.

Pria yang memiliki kesabaran seluas samudra. Ah, tidak mungkin! Manusia satu ini tidak bisa di samakan dengan apapun.

Dengan sikap lembutnya, menjadi seorang yang penyayang, memberi seluruh cinta untuk orang-orang di sekitarnya.

Sejenak ia berpikir, apakah yang kurang dari dirinya ini?. Setiap malam, sudah menjadi kebiasaannya termenung sambil merebahkan diri menatap wajah lelah suaminya yang bekerja sepanjang hari.

"Tidak tidur?" tanya sang suami yang tiba-tiba membuka matanya.

"Aku belum mengantuk" memberikan senyum tipis pada suaminya.

"Aku tau, tidak usah di pikirkan."

"Aku harus berusaha lebih keras lagi, kan?"

"Tidak, cinta yang kau miliki seharusnya sudah cukup untuk meluluhkan hatinya."

"Seharusnya. Tapi dia sungguh keras kepala. Aku memaklumi itu, tetap saja aku menyayanginya."

Sang suami merentangkan tangannya agar pria mungil ini masuk kedalam dekapan hangatnya. Dia tau pria satu ini selalu memiliki kebiasaan seperti ini.

Memutuskan menikahi pria mungil ini bukan suatu penyesalan baginya. Penuh syukur tiap harinya memiliki pendamping hidup baru yang mengerti akan keluh kesahnya setiap hari.

"Aku mencintai mu. Setiap hari, menit, dan detik."

"Aku tau. Kau telah menunjukkan padaku ketika kau mempersunting ku."

"Kau harus sabar menghadapinya. Aku tau dia tidak begitu membencimu. Dia hanya belum terbiasa." sang suami memeluk pria itu makin erat.

"Rasanya ingin menyerah, sungguh. Tapi aku sudah terlalu sayang padanya." helaan nafas terdengar di telinganya.

"Bertahan lah. Aku akan selalu di sisimu!"

"Tanpa kau minta pun aku sudah bertahan sejauh ini."

"Terimakasih, sayang."

"Tak perlu, itu memang tugasku bukan?"

Hening setelahnya. Kedua insan tersebut memutuskan tidur sambil memeluk satu sama lain. Selalu berharap setiap matahari menyambut akan ada kebahagian yang selama ini mereka nanti.

***

"Apa kau tuli? biarkan aku tidur lima menit lagi. Kau mengacaukan tidurku setiap hari!"

"Tapi kau harus kesekolah sayang. Aku sudah memberikan lima menit untuk kau kembali tidur tadi." Pria mungil ini sudah hafal kebiasaan anaknya yang selalu meminta menit tambahan tidurnya.

"Kau bukan ibuku! Berhentilah berlagak kau punya kuasa atas hidupku!."

"Baiklah, akan ku panggilkan saja ayah. Aku tidak tanggung jawab jika uang saku mu kembali di potong." Pria mungil itu beranjak pergi.

"YAKK!! CHOI HYUNSUK!"

"Bangunlah, atau aku akan segera menemui ayah."

"Ck, dasar pengadu!"

Tidak ada amarah, memang begitu adanya. Hyunsuk di juluki penyabar oleh keluarganya maupun keluarga suaminya.

"Selamat pagi kesayanganku, Park Jihoon." Sapaan pagi dengan satu kecupan manis dan singkat juga sudah menjadi kebiasaan Hyunsuk.

"Sayang. Maafkan aku, tapi kali ini lima menit lagi, ya?" Jihoon memohon ketika Hyunsuk membangunkan-nya untuk ke kantor.

Satu kebiasaan Hyunsuk lagi, membangunkan jagoan kecilnya dulu, baru jagoan besarnya. Walaupun di bilang jagoan kecil, tapi usianya sudah menginjak tujuh belas tahun.

REVENGE // HOONSUK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang