Training

163 14 0
                                    

Happy reading...

***

Hari pertama training, Wira, Galang, Satya, Pram dan Fathan berada di ruang produksi yang sama, hanya saja mereka berbeda area kerja atau line. Pram dan Wira di line Auto 4, Galang dan Fathan di line Auto 3 dan Satya di line Manual 2.

Semuanya diajak berkeliling terlebih dahulu di area masing-masing dan diperkenalkan setiap proses produksi dan material yang digunakan di line mereka.

"Ini man power pengganti kamu besok kalo abis kontrak, ajari dia yang bener." Perintah atasan Satya pada seorang pria yang tampak sibuk dengan mesinnya. Hanya anggukan yang pria itu lakukan.

"Orang mana loe?!"

"Bekasi Bang." Ucap Satya mencoba sopan, roman-romanya dia bakal dapat senior yang judes ini mah. Batin Satya.

"Baru hari pertama kan? Baca aja tuh materi dulu, apalin material-materialnya."

"Iya, Bang."

Satya terlihat seperti anak hilang, karena ia benar-benar sendirian harus observasi di linenya. Memahami langkah-langkah kerja, tombol-tombol mesin, belum juga tipe-tipe produk yang jalan di mesinnya. Ditambah seniornya yang kurang ramah. Nanya nama juga tidak. Dirinya juga sungkan kalau harus bertanya dulu.

Nikmati saja harimu, Satya.

Akhirnya seperti perintah seniornya, Satya hanya berdiri membaca berlembar-lembar kertas yang ia bawa dari ruang training untuk menghafal dan memahami.

"Gimana mau paham, dikasih tahu material yang mananya juga kagak." Lagi, Satya membatin.

***

"Mas duduk sini!" Seru Pram sambil mengangkat tangan saat melihat Wira berjalan mengambil makan siangnya.

"Manggil siapa dah loe, Mas, Mas. Mas kawin?"

"Itu Mas Wira, Bang." Satya hanya ber-oh ria, baru sadar kalau sejak kemarin si Wira dipanggil Mas oleh Pram.

Di meja kantin sudah ada Wira, Pram dan Satya, sedangkan Galang dan Fathan diminta untuk istirahat bergilir.

Nampan khas kantin pabrik di depan mereka berisi nasi putih, ikan pindang, sambal, kerupuk, kue dan sepotong semangka. Tak ketinggalan ditemani lagu Rungkad versi Jepang. Untung mereka duduk di bawah kipas angin besar, jadi tidak terlalu pusing dengan riuhnya kantin.

"Mas, awakmu ndak ikut bus jemputan kalo berangkat kerja tah?"

"Nggak Pram, kayae Mas masih tidur jam semono." Jawab Wira.

"Terus motormu taro di mana Mas?"

"Di parkiran depan kawasan."

Entah karena tidak ada Fathan dan Galang yang biasa bersamanya atau karena tidak mengerti obrolan Wira dan Pram, Satya sama sekali tidak nimbrung obrolan mereka, dirinya diam, fokus pada makanannya.

"Aman, Sat?" Entah apa yang membuat Wira melontarkan pertanyaan itu.

"Gimana kontraknya nggak panjang ya Bang, trainingnya aja bikin pusing begini."

Wira tersenyum tipis, "Kemarin nyemangatin orang lain bisa, kok sekarang malah ngeluh."

"Chuaks.." Sahut Pram.

***

Waktu istirahat hampir selesai, Wira dan Satya hendak masuk kembali ke ruang produksi untuk melanjutkan training hari pertama mereka.

"Sumpah Bang, nanya nama juga kagak." Satya masih dengan keluh kesahnya.

"Sibuk kali dia Sat, nurut aja dulu. Kalo ada perkataan yang nyakitin, masuk telinga kanan keluar telinga kiri aja, jangan ambil ati."

Satya mengangguk paham. Rasanya enggan kalau harus training tapi dapat senior kayak gitu.

"Bang, loe ntar kuliah? Gue boleh chat loe ya, mau nanyain materi nih."

"Nugas aja paling. Chat aja."

"Emang kayak *njing tuh orang."

"HEH! Mulutnya!" Satya terlonjak kaget mendengar ucapan Wira yang setengah membentak. Membuat nyalinya kembali menciut.

Bersambung...

Wira SatyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang