Chapter 5

275 19 0
                                    

Nyala dan Nadya menunduk lesu saat mengetahui jika Abi dan juga Kakaknya tidak mau berbicara dengannya. Sedangkan Nabila, batinya tertawa bahagia saat dia dan Abi berhasil mengerjai kedua adiknya. "Enak ya ngerjain mereka." Kekeh Nabila pelan.

Setelah melaksanakan sholat magrib keluarga Nabila memutuskan untuk makan malam bersama di salah satu restoran di Jakarta, perayaan sederhana seperti ini selalu mereka lakukan.

Abi dan Umma akan memberikan reward setiap kali anak-anaknya berhasil meraih sesuatu yang telah dia mimpikan dan perjuangkan.

RESTORAN

Beberapa menu makanan telah tersaji di meja, satu per satu menu dalam piring telah habis tak tersisa. Nabila tentu sangat menikmati moment kali ini, karena nanti selama mengikuti kompetisi ia akan mengikuti karantina dan akan sangat susah mendapatkan moment seperti saat ini.

"Kak ada yang mau di beli gak? Buat di karantina," tanya Umma disela-sela obrolannya.

"Mungkin baju 1 atau 2 pasang," jawab Nabila padangan matanya beralih dari handphone kemudian menatap Umma.

"Ya udah ayo cari, keburu tambah malem." Ujar Abi beranjak menuju kasir.

Nabila mencoba beberapa baju yang ia pilih di salah satu store yang ada di mall yang sama dengan restoran tadi. Begitu juga dengan Nadya, Nayla, Nadhifa dan juga Nadine yang sibuk memilih baju yang ingin mereka beli.

"Jangan samaan lah, cari yang beda biar nanti bisa sharing." Ujar Nabila saat melihat Nayla membawa jabu yang sama.

"Yang ini aja berarti." Nayla menyimpan kembali baju yang sama dengan Nabila dan membawa baju yang ia pilih menuju ruangan ganti.

Beberapa pasang baju telah di dapatkan, setelah dirasa cukup mereka memutuskan untuk pulang. Bukan Jakarta namanya jika tidak ada kemacetan, mobil berderet sangat panjang membuat mobil dan kendaraan lainnya berjalan merayap.

Dua jam sudah mereka habiskan dengan macetnya Jakarta. Nabila  langsung masuk ke kamar untuk mempersiapkan  bebarapa perlengkapan yang akan ia bawa ke tempat karantina.

Umma membantu Nabila setelah menemani Gaza tidur untuk mengemasi barang-barang. Tiada henti pula Umma memberikan nasihat untuk Nabila.

"Jangan lupain sholat Kak," ujar Umma memasukkan peralatan sholat ke dalam koper.

"Siap ma," jawab Nabila.

"Baru juga kita kumpul, sekarang udah pisah lagi." Tukas Umma membuat Nabila menghentikan kegiatannya.

Nabila menghampiri Umma, "Umma," rengek Nabila memeluk Umma.

"Gak papa Kak, nanti kalau ada kesempatan buat visit pasti Umma sama Abi kesana." Ujar Umma memeluk Nabila.

Dua koper sudah rapih siap untuk di bawa esok hari. "Beres, sekarang Kakak tidur." Perintah Umma menyeret koper ke samping meja belajar.

Nabila langsung merebahkan tubuhnya pada kasur menyusul Nadya yang sudah bertemu dengan alam mimpi. 

"Good night Umma," ujar Nabila membenarkan posisi selimutnya.

"Good night, Kak." balas Umma mencium kening Nabila dan juga Nadya yang sudah terlelap dalam tidurnya.

Keesokan pahinya Nabila sudah rapih dan siap untuk meninggalkan rumahnya sementara untuk mengejar mimpinya. Bertemu dengan orang baru yang akan menjadi keluarga baru bagi Nabila. 

Abi dan Umma mengantar Nabila ke apartement yang akan menjadi tempat tinggalnya selama mengikuti kompetisi.

"Kak, vitamin udah di bawa?" Tanya Umma memastikan kembali agar tidak ada yang tertinggal.

"Udah, ada di koper." Jawab Nabila dibalas anggulan kepala oleh Umma.

Abi melirik Nabila dari kaca spion, "Kakak kerjakan semampunya Kakak, jangan pernah memaksa diri Kakak. Kalau cape istirahat dulu, nanti bisa dilanjut lagi." Tutur Abi terhenti sejenak, "kita percaya Kakak bisa, tapi jalan dari Allah gak ada yang tau. Jadi, yang terbaik dari diri Kakak, gak perlu banding-bandingkan diri Kakak dengan orang lain karena setiap manusia punya kelebihan dan kekurangan." Lanjut Abi memberikan sedikit wejangan.

"Jangan lupa juga sholat, minta bantuan dari Allah." Tambah Umma.

"Umma sama Abi gak marah kan kalau misalnya Kakak gak bisa jalan jauh?" Tanya Nabila menatap orang tuanya bergantian.

"Kakak harus yakin bisa dong, tapi seandainya emang harus berhenti di waktu yang singkat itu berarti belum waktunya. Allah masih mempersiapkan waktu terbaik untuk Kakak." Ujar Umma membuat hati Nabila sedikit tenang.

"Abi yakin Kakak bisa berjalan jauh, perjuangan Kakak gak akan berhenti sesingkat apa yang Kakak bayangkan." Ujar Abi memberikan afirmasi positif agar  menambah keyakinan Nabila.

Tidak memakan waktu lama untuk sampai di apartement yang dituju, jalananyang amsih lenggang membuat mereka cepat sampai. Beberapa kontestan lain yang berhasil mendapatkan golden tiket pun sudah berada di tempat yang sama.

Ada yang diantar oleh kedua orang tuanya seperti Nabila, ada yang diantar oleh ayahnya saja, ibunya saja bahkan ada yang tidak diantar oleh siapapun.

Semua kontestan sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Di setiap sisi dipenuhi oleh kontestan dan juga keluarganya yabg mengantar, beberapa nasehat dan doa pun terdengar mengisi lobby apartement.

Keluarga yang mengantar sudah kembali ke rumah masing-masing menyisakan kontestan-kontestan. Tim langsung membagi para kontestan ke dalam beberapa kamar.

Laki-kali ada di wing sebelah kiri dan kontestan perempuan ada di wing sebelah kanan. Ini menjadi babak baru bagi Nabila, bertemu dengan orang baru bahkan tinggal dalam satu atap yang sama. Hanya ada satu harapan Nabila yaitu mendapat roommate yang satu frekuensi.

Nabila membaca satu per satu nama yang di tempel pada pintu, tepat pada pintu nomor 207 namanya tertulis.

"Anggis, Nabila, Syarla, Rachel." Ucap Nabila membaca nama yang akan menjadi roommatenya selama beberapa bulan ke depan.

"Assalamualaikum." Nabila membuka pintu kamarnya dan ternyata baru dia yang masuk untuk pertama kalinya.

"Assalamualaikum," sapa seseorang dari luar sana.

"Waalaikumsalam," jawab Nabila membukakan pintu kamarnya.

"Sorry aku kira belum ada orang." Ujar seorang perempuan yang Nabila perkirakan usianya sama dengannya.

"Gak papa, kamu?" Tanya Nabila menunjuk deretan nama yang tertempel di pintu.

"Aku Syarla," ujar perwmpuan itu mengukurkan tangannya untuk berkenalan.

Nabila membalas uluran tangan Syarla, "aku Nabila, ayo masuk." Ajak Nabila.

"Kalau boleh tau umur kamu berapa? Soalnya masih imut," tanya Syarla berjalan mengikuti Nabila.

"Aku masih 17 tahun, kalau kamu?" Nabila balik bertanya.

"Pantes masih imut-imut, kalau aku 19 tahun." Jawab Syarla duduk di depan Nabila.

Nabila cukup kaget saat mendengar jika usia perempuan yang ada di depannya ini ternyata lebih tua darinya, "sorry tadi aku kira kita seumuran, maaf ya Kak." Ujar Nabila langsung mengganti panggilannya kepada Syarla.

"Gak papa, toh usia kita juga gak beda jauh kok. Jadi panggil nama aja gak papa." Tukas Syarla beranjak dari duduknya dan mulai merapihkan barang yang ia bawa.

Bersambung....

Jangan lupa Vote ya the nabs semuanya hehe...

Kritik dan saran silahkan tulis di kolom komentar, pasti dibaca satu per satu kok :)

Salam hangat

Salam damai

Athena Giana

TENTANG RUMAHKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang