"Dahi lo kenapa?"
"Oh ini.." Zeeyan mengusap kapas yang dibalut plester dengan sedikit kekehan. "Kejedot ujung meja."
"Anjir serius? Meja nya gak apa-apa kan?!"
"Ish harusnya kamu khawatirin aku tau!"
Agatha tergelak. "Lagian seneng banget sih lo jedotin kepala ke meja."
"Kan gak sengaja."
"Gak sengajanya lo itu terlalu sering sampe gue mikir ada yang aneh sama lo."
"Huh?"
"Kali aja ortu lo jahat sering main tangan terus kepala lo ditimpuk pake gelas kan?" Perempuan itu mengidikkan bahunya. "Who knows?"
Zeeyan mengedipkan matanya dua kali dengan pandangan serius. "Apa kali ini dia beneran curiga ya?"
"Muka lo apaan sih Zee! Biasa aja kali, tadi gue cuma bercanda."
"Haha.. ha.." Zeeyan terkekeh. Bukankah justru gelagatnya yang seperti itu bisa menimbulkan spekulasi lain dipikiran Agatha?
"Jangan-jangan bener ya?"
"Apanya?"
"Ortu lo, panjang tangan?"
"Panjang tangan bukannya suka nyuri Tha?"
Agatha terdiam sebentar sebelum akhirnya tertawa ngakak. "Apa sih Njing! Bener kan panjang tangan?"
"Ringan tangan Agatha." Koreksi Zeeyan.
"Pantesan nilai bahasa indonesia gue kecil. Ternyata disemua mata pelajaran goblok semua xixixi."
"Hari ini aku mau jalan sama Jean." Ucapnya tiba-tiba, membuat tawa kecil dibibir sang sahabat berhenti. "Hah? Jalan? Tumben gak naik motor atau mobil?"
Ia mendecak. "Maksudku pergi berdua ini loh."
"Lo kan hari ini ada les?"
"Aku izin."
"Serius? Jin nya udah minggat dia tiba-tiba baik begini?"
"Jean kan emang baik."
"Idiih tertutup fakta lo! Jelas-jelas dia brengsek begitu dibilang baik."
"Ck berenti lah bilang gitu."
"Ya abis gue ngomong kan apa adanya. Nanti siang juga lo bakalan liat dia ke kantin bareng lagi sama ceweknya."
"Ya udah biarin."
"Tumben diem? Biasanya langsung nyanggah bilang a be ce de."
"Lagi gak mau ribut. Hatiku kan hari ini riang gembira."
"Cuih! Abis ngeliat mereka berdua keluar kelas bareng palingan langsung badmood."
"Enggak pernah ya aku begitu!"
"Ya gak pernah sekali tapi berkali-kali kan?"