- d u a -

44 9 0
                                    

Menyadari ia tak memegang jaketnya, pemuda itu mendecak kesal dengan kata kasar yang sempat berimbuh lalu berlari dengan sangat tidak niatnya kembali menuju ke arah gym, hendak mengambil jaket yang tertinggal tentunya. Awalnya pemuda itu mengutuk diri dalam hati atas tindakan teledornya, namun terhenti sesaat ketika berpapasan dengan kapten club—Kita Shinsuke dengan jaket milik sang middle blocker pada genggaman.

Mari berterima kasih pada Kita, berkat pemuda itu, tenaga Suna tidak perlu lagi terbuang untuk kembali ke ruang club voli yang berjarak cukup jauh. Apalagi pemuda itu harus kembali ke gedung utama untuk menemui (name) di ruang komputer. Bisa-bisa di tengah jalan niatnya untuk membicarakan masalah Miya kembar dan (name) pupus di tengah lapangan hingga lebih memilih berjalan ke gerbang utama agar bisa pulang dan beristirahat.

Dan berkat pemuda itu juga, untuk pertama kali seumur hidup, Suna bisa menyaksikan momen langka ini.

Saat hendak memasuki gedung utama, terlintas sebuah ide. Kenapa ia tidak mengintip saja dari luar gedung, dengan begitu dirinya tidak perlu bersusah-susah jalan lebih jauh lagi, bukankah itu ide yang bagus? Sepertinya protein pada bekalnya siang tadi masih tersisa untuk membantunya menyimpan tenaga setidaknya untuk berpikir cerdik.

Jika ada (name) di dalam syukur, kalaupun hanya ada orang lain ia bisa menyanyakan sosok (name), pun jika tidak ada siapa-siapa di dalam bahkan lebh bagus lagi, ia bisa langsung pulang!

Suna kemudian perlahan mendekati bagian luar ruang komputer, dan perasaan senang menyisip. Dari posisinya yang tak jauh, ekor mata menangkap sosok seseorang di dalam ruang komputer. Tidak begitu jelas, hanya sekelibat saja akibat tirai tipis yang melambai hingga pada akhirnya pemuda itu memutuskan untuk mengintip lebih dekat. Sejujurnya ia pun sedikit ragu, semakin ia mendekat, semakin terdengar suara bak teko dengan air mendidih di dalamnya. Dengan pikiran yang berusaha ber-positive thinking ia memantapkan hati untuk terus melangkah hingga berdiri tepat di depan jendela.

Reflek Suna menunduk, bersembunyi di bawah kala mendegar suara yang tak asing, suara orang yang ia cari. Itu suara (name)-chan, kan? Ia sebenarnya cukup yakin pada pendengarannya, namun yang membuatnya ragu adalah, dalam sejarahnya mengenal (name) ia sama sekali belum pernah menemukan gadis itu berkata dengan nada yang super duper girang seperti ini.

"Demi bola voli merek mikasa, kok bisa mereka sekeren ini? Astaga! Tuhan gak adil!"

Lagi, dengan segenap protein yang tersisa, pemuda di luar gedung itu kembali ngide. Menyalakan ponsel dengan sisa baterai 32% menyembulkan kamera ponselnya agar tak terhalang dinding lalu melihat isi ruang komputer dari layar ponsel. Layar yang menampilkan sosok (name) yang dikenal anggun dan kalem tengah histeris, dan dengan angle yang pas pemuda itu bisa melihat video yang tengah diputar pada komputer sekolah yang digunakan (name). Video pertandingan Interhigh inarizaki dan terjeda tepat saat Atsumu dan Osamu mengepalkan tangan sesaat setelah menikam lapangan teritorial lawan dengan spike. Video yang membuat sang wanodya meledak ditempat.

Untuk beberapa detik Suna terdiam mematung masih mencoba mencerna fakta di depan mata, namun berikutnya pemuda itu tanpa ragu menekan 'rekam' pada layar ponselnya dengan senyum jahil yang menjadi.

Momen satu ini harta karun tahu, mahal!

Sekitar tiga menit Suna cekikikan berusaha menahan hasrat untuk menggoda tindakan temannya satu itu. Sekitar 3 menit pula gadis itu tidak menyadari keberadaan sang pemuda yang sudah tak takut ketahuan, berdiri dengan santainya merekam lebih jelas momen hsteris sang gadis yang sedikit-sedikit menjeda video untuk memberi ruang pujaan pada sang idola.

Sampai durasi video yang di tonton hampir selesai, momen kemenangan Inarizaki menampilkan wajah tampan si kembar dengan senyum puas akan kemenangan, keringat yang mengucur serta tatapan tajam yang masih tersisa hasrat memangsa. (name) menjeda untuk kesekian kalinya, memutar kursi tak kuasa melihat momen close up wajah si kembar yang padahal sudah menjadi makanan sehari-harinya.

CHUUPET ǀǀ Suna Rintarou  x Reader [ Discontinued ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang