🦋
"Ken, mau berjanji satu hal?"
Kenji menatap gadis dengan surai hitam di sampingnya. Tatapannya jauh menembus pantai tak berujung. Senyumnya merekah indah juga hangat, mengalahkan sinar senja sore itu.
Tangan mungil mereka menggenggam sebuah raport berwarna biru. Sebentar lagi, Sekolah Menengah Atas ada di depan mata.
"Apa?" tanya Kenji.
"Suatu hari jika dunia akan berubah, kita jangan ya?, setiap hari kita menyaksikan segala perubahan. Bukan hanya dunia yang menua, namun apa yang ada di dalamnya juga. Dalam hidup ini, kita sudah menjadi manusia yang terluka kemudian menjadi tidak apa-apa.
Mari berjanji untuk tidak akan pernah meninggalkan. Langkah kecil milikku ini pernah begitu berat melanjutkan perjalanan sampai kamu datang. Walau harus tertatih berjalan bersamamu, namun aku sungguh senang." Dua anak berumur lima belas tahun itu saling menatap, dengan Kenji yang memasang wajah datar dan Amara yang tersenyum lebar.
"Aku bersyukur menemukan kita diantara banyak sebuah kebetulan. Lain kali, aku akan lebih bersikap baik padamu. Maka, teruslah jadi sahabatku ya?" Amara mengacungkan jari kelingkingnya untuk membuat sebuah perjanjian dengan Kenji.
Seolah-olah, yang sedang berbicara ini bukanlah anak kecil berumur lima belas tahun.
Netra Kenji menatap tangan mungil itu, kemudian mengaitkan kelingkingnya dan menempelkan ibu jari mereka. "Iya." jawabnya pelan, menyetujui perjanjian.
Senyum Amara semakin mengembang. "Kamu sudah berjanji, kamu jangan mengingkarinya. Kalau tidak, aku akan marah."
Kenji mengangguk. "Aku tidak akan membuatmu marah."
🦋
"Selamat pagi dunia."
Amaranggana Maheswari menatap wajah konyol sahabatnya pagi itu dari balik gerbang rumahnya. Kenji Gayanav adalah tetangganya, sahabatnya, teman sebangkunya dan satu-satunya laki-laki yang selalu berada di sekelilingnya.
Baju cowok itu tidak dimasukkan dengan rapi, rambutnya sedikit berantakan namun tidak menutupi wajah tampannya. Ia tersenyum manis melambaikan tangan pada Amara di atas motor maticnya.
Amara tersenyum cerah dan balas melambai. "Pagi, Keken jelek. Udah sarapan?" ia mengangkat tas bekal yang disiapkan oleh neneknya. "Aku bawa bekal."
"Belum, Ara badut. Aku minta bekal." tangannya menengadah, meminta bekal miliknya. Pasti nenek juga sudah menyiapkan untuk dirinya.
Amara ikut menengadahkan tangan dengan senyuman. "Barter sama yupi."
Kenji mengeluarkan satu pack permen yupi dan menyerahkannya pada Amara. Saat Amara akan mengambilnya, ia menariknya kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day for Amara
Teen FictionHanya butuh satu hari, untuk menentukan isi hati dan memutar balikkan titik takdir mereka, serta membuka jalan baru kehidupan selanjutnya. Satu hari untuk Amara, dari Kenji Gayanav. Satu hari yang penuh cerita, segalanya tertuang hanya untuk Amara. ...