1. Retrace

82 9 10
                                    

Titik-titik air jatuh dari langit. Bunga-bunga lantana yang berwarna-warni menjadi basah karenanya. Di taman belakang manor aku berdiri berhadapan dengan adik perempuanku. Dia terisak dan mengelap air mata di lengan bajunya.

Perlahan hujan turun semakin deras.

Baju kami pun basah karenanya.

Di telingaku aku masih mendengar isakannya.

Menanyakan ketidakadilan dan kasih sayang mum kepada kami berdua.

Teror yang tiada henti. Kurasa kejadian saat mum membawa Elliot meninggalkan kami adalah suatu pemandangan yang telah menjadi mimpi buruk Atropa. Aku tidak menghiburnya. Lidahku kelu, tak mampu berucap.

Isi pikiranku yang kacau tak mampu menjelaskannya pada Atropa. Bahkan untuk berkata 'kau salah' saja tak bisa.

Aku tidak bisa membela mum.

xxx

.

.

He Remembers

[In search for something missing]

Rozen91

Harry Potter © J. K. Rowling

.

.

xxx

Mum, sejujurnya aku tidak mengerti apa yang harus kulakukan tanpa bimbinganmu.

Di dalam senyumanmu yang sedih di hari yang penuh duka, apa yang sebenarnya ingin kau sampaikan padaku. Ketika akhirnya mataku basah dan memahami arti dari kalimat-kalimat penyemangat yang diucapkan orang-orang yang mendekat pada kita. Melihatmu dengan tatapan prihatin. Menatapku dan adik-adikku dengan iba.

Pertama kali bagiku memahami arti kehilangan yang sebenarnya.

Ketika kita harus mengubur dua peti mati di hari yang sama.

Di matamu yang tak lagi bercahaya, aku melihat kehampaan yang tak pernah kau bagi pada siapapun. Terakhir kali duduk di sampingmu sembari membaringkan kepala di pangkuanmu, tanganmu yang hangat tak lagi kau letakkan di keningku. Padahal biasanya kau membelai rambutku dan menanyakan perasaanku.

Atropa dan Elliot yang masih belum tahu tentang arti dari sebuah kematian berlari menuju kamar, membukanya dan memanggil dad untuk keluar. Berlomba mencari, berusaha menemukan sosok yang mereka pikir sedang bermain petak umpet seperti biasa. Suara mereka, atau nama dad yang dipanggil, di antara kedua hal itu nampaknya menarik perhatianmu. Kaupun mendongak, melihat bagaimana kedua anak itu tertawa dan membuka seluruh pintu kamar di lantai 2.

Aku bangkit memperbaiki posisi dudukku.

"Mum," panggilku, menampakkan senyum lebar, "apakah sore ini kita bisa piknik di taman?"

Mum memandangku sejenak, mengerjapkan mata dengan lamban seolah salah mengenali diriku. Sekilas sorot matanya seperti kaget lalu kecewa. Kemudian ia membelai rambutku, bangkit berdiri dan memanggil peri rumah. Selagi itu, aku menghampiri kedua adikku yang baru saja hendak mengobrak-abrik lantai 1 untuk mencari dad.

"Kita akan piknik di taman belakang, apa kalian mau ikut?"

"Apa kita boleh bermain Quidditch?"

Permainan itu membutuhkan dad sebagai penuntun. Aku berkata dengan hati-hati, "Well, sebenarnya aku punya permainan baru untuk kalian. James bilang ini permainan yang sangat digemari di dunia muggle."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He RemembersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang