Riddle 2 : Pembunuhan?

0 0 0
                                    

    Mikaya berjalan memasuki gerbang sekolah dengan semangat pagi yang membara. Sapaan demi sapaan terlontarkan kepada Aya. Siapa yang tidak mengenal Mikaya Annastasia coba?. Meskipun dia anak yang dipandang wah oleh kebanyakan murid tapi Aya selalu merendah dan tidak sombong. Dan selalu membalas sapaan mereka dengan senyum manisnya.

"Aya! "

Mendengar namanya di panggil Aya menoleh ke arah sumber suara dan menemukan teman sekelasnya, Irgi. Aya mendengus sebal pasalnya anak itu selalu saja mengganggu hari-hari baik Aya.

"Apa" sahut Aya cuek.

"Ya elah ya, nggak usah cuek gitu!" protes Irgi.

"Pasalnya lu selalu ganggu hari-hari gue Irgi!" cercah Aya tak terima lalu berlalu dari hadapan Irgi.

"Salah apa gue ya Allah," lirih Irgi melihat Aya semakin berjalan menjauh.

"Salah lu pagi-pagi udah ganggu Aya," sahut Aya melengos pergi tanpa melihat wajah Irgi yang masam.

"Kamprett lu, Al" timpal Irgi lalu pergi menyusul Alya dan Aya yang sudah menjauh dari tempatnya berdiri.

Sesampainya dikelas Aya segera mendaratkan bokongnya menenangkan emosi yang sempat dia tahan sedari tadi dengan ditemani earphone yang selalu tersimpan di tas sekolahnya Mikaya mulai sedikit tenang.

"Mikaya," panggil Alya yang kini berada di samping tempat Aya duduk.

"Hmm," sahut Aya malas.

"Lu tau nggak kabar hari ini?" tanya Alya pelan-pelan kepada Aya pasalnya Mikaya kalau sedang badmood akan semakin emosi apabila terus diganggu. Jadi, Alya mencobanya dengan berbicara secara pelan perlahan.

Alya menceritakan bahwa sebelum dia berangkat ke sekolah di dekat perusahaan Buana telah ditemukan mayat tergeletak begitu saja. Dan korbannya itu perempuan. Aya sempat terdiam mendengar penjelasan Alya.

"Perempuan?" fikir Mikaya.

Sampai ketika Aya sedang memikirkan seseorang yang dimaksud Alya tiba-tiba sosok bayangan putih hinggap diluar jendela kelas Aya. Menatap Aya dengan penuh dendam dan kesedihan.

"Ay, lu kenapa? Ada yang aneh?" tanya Alya dan Mikaya mengangguk. Membuat Alya juga mengikuti arah pandang Mikaya.

"Al, sebentar tadi kata lu korbannya cewek?" tanya Mikaya memastikan. Alya mengangguk mengiyakan.

"Rambutnya pendek?" Alya lagi-lagi mengangguk.

"Lu tau Al, sekarang dia disini," ucap Mikaya membuat Alya tercengang dengan pengakuan Mikaya.

"Maksud lu si korban?" tanya Alya masih tidak percaya. Tapi melihat respon Mikaya yang mengangguk pasti membuat Alya sedikit merinding sendiri.

"Ay ko bisa dia ke sini sih? Jangan-jangan ngikutin gue lagi," tambah Alya ketakutan membuat Mikaya risih sendiri.

"Diem lu disini, biar gue yang nyamperin," timpal Mikaya yang berjalan mendekati jendela yang sosok itu tempati.

Mikaya berjalan dengan santainya mendekati sosok itu, bertemu serta bertegur sapa dengan mereka yang berbeda alam dengannya adalah sebuah rutinitas yang tidak pernah tertinggalkan.

"Sejak kapan kau ada disini?" tanya Mikaya melalui suara hatinya.

Bukannya menjawab sosok itu malah meneteskan air matanya begitu deras. Banyak kesedihan dan satu dendam yang Mikaya rasakan. Mikaya merasa iba mendengarnya.

"Kau kenapa bukannya menjawab malah menangis phi?" tanya Mikaya dengan embel-embel kakak didalamnya.

"Aya...." sosok itu menyahuti. Mikaya tercengang mendengar jawaban sosok itu, dari mana sosok itu mengetahui namanya.

"Kau tau namaku? Siapa kau sebenarnya?" tanya Mikaya semakin bingung.

Bukannya menjawab sosok itu malah membawa jiwa Mikaya pergi membuat raga Mikaya pingsan tak berdaya dikelas. Alya yang melihat keadaan Mikaya langsung sigap menolong Mikaya dan membawanya ke UKS.

-------------🦋🦋🦋--------------

   Kumuh, Gelap, sunyi sepi itu tengah dialami oleh Mikaya karena sosok itu membawanya ke sana. Tiba-tiba ada bayangan orang berjalan ke arah tempat Mikaya berdiri itu "Mba Elsa?"lirih Mikaya sembari menoleh ke arah sosok yang berdiri disamping Mikaya. Mba Elsa adalah sekretaris yang sangat dipercaya oleh Opa Anas, bahkan Mba Elsa sudah hampir 10tahun bekerja serta mengabdi diperusahaan Buana Grup. Pandangan Mikaya teralihkan ketika mendengar benda jatuh menghantam tubuh Mba Elsa, Mba Elsa terjatuh ke tanah, meringis merasakan sakit dibagian punggungnya.

Tuk.. Tuk.. Tuk

Suara langkah sepatu sesorang yang tengah berjalan menghampiri Mba Elsa membuat Mikaya melotot tak percaya, "Dibunuh?" lirih Mikaya. Namun saat Mba Elsa akan menoleh orang itu langsung menghantam balok ke arah wajah Mba Elsa membuat wajah cantiknya dipenuhi darah segar. Karena belum puas melukai Mba Elsa, orang itu terus menyiksa mba Elsa sampai sekarat. Ketika nyawa mba Elsa diujung tanduk, Mikaya berusaha menggapai tangan Mba Elsa tapi tangan Mikaya tembus pandang karena ini bukan didunia Mikaya yang sebenarnya.

Dorr

Bunyi pistol menggema di gendang telinga Mikaya, membuat Mikaya langsung menutup matanya takut. Ya, orang itu membunuh Mba Elsa dengan pistol di tangannya. Setelah tau nyawa Mba Elsa sudah melayang, orang itu langsung membawa jasad mba Elsa pergi dari tempat kumuh itu. Rupanya mba Elsa akan pulang ke rumahnya setelah seharian lembur.

Dengan segera Mikaya berlari menyusul orang yang akan membawa jasad sekretaris Opanya itu. Sial, kesal Mikaya pasalnya orang itu membawa jasad sekretaris Opanya ke arah jalan depan perusahaan milik Opanya sendiri. Mikaya berfikir apa motif orang itu sehingga nekat membunuh Mba Elsa. Dan sialnya lagi pelaku memakai masker dan tudung hoodie membuat Mikaya susah mengenalinya.

Mikaya menoleh lagi ke arah sosok Mba Elsa yang sudah banjir air mata darah, yang tandanya dia benar-benar dendam dengan si pembunuh. Namun, disaat Mikaya ingin menghapus air mata itu sosok Mba Elsa pergi dan tubuhnya serasa ada yang menariknya kembali ke dunia asalnya.

Setelah 30 menit Alya menunggu Mikaya siuman akhirnya anak itu kembali siuman, dengan cekatan Alya membantu Mikaya bangun dari posisi tidurnya, meskipun pusing masih menguasai kepala Mikaya.

"Ay, lu pingsan apa simulasi mati lama bener," crocos Alya membuat Mikaya menatapnya tajam.

"Sorry, tapi lu nggak kenapa-napa kan?" tambah Alya pasalnya gadis itu sangat menghawatirkan kondisi Mikaya 30 menit yang lalu.

Mikaya menggeleng pelan menyakinkan Alya kalau dia baik-baik saja. Mikaya tiba-tiba diam membuat Alya semakin bingung tadi anak itu ditanya kenapa malah menggelengkan kepala sekarang malah diam, fikirnya.

"Ay" panggil Alya membuat Mikaya terpelonjat kaget.

"Kamu kenapa sih Ay? nggak ada yang lagi mengganggu fikiran lu kan? " tambah Alya.

"Gue nggak percaya Al, cewek yang lu maksud itu sekretaris di kantor Opa gue," jelas Mikaya. Alya benar-benar tidak percaya dengan pengakuan Mikaya.

"Terus dia meninggal karna apa Ay?" tanya Alya lagi.

"Dia dibunuh Al," jawab Mikaya dengan tatapan kosongnya.

"Whatt!" teriak Alya membuat Mikaya langsung menatap musuh bocah tengil itu.

"Sorry," sesal Alya yang langsung memeluk erat Mikaya membuat sang empu merasa sesak didadanya. Bukannya membalas Mikaya malah memberontak meminta dilepaskan tapi tidak dihiraukan oleh Alya.

Saking asiknya bercanda mereka sampai tidak menyadari kalau ada seseorang yang sedari tadi sudah mendengarkan percakapan mereka tentang pembunuhan Mba Elsa yang belum diketahui pasti siapa pelakunya.












Hay hay gesss yuk baca cerita horor ala aku, jangan lupa juga nonton ENIGMA dijamin kalian suka😘😘

Riddle (on going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang