1st

546 16 2
                                    

"Serius lo?!" Rega berseru.

Orang yang diseruinya mengangguk begitu yakin. Tak lupa ia menyunggingkan senyum yang memang sejak siang ini tak pernah lepas dari bibirnya. Namun begitu, Rega tetap tak bisa melihatnya. Ada jarak berkilometer jauhnya memisahkan mereka.

"Iya. Kapan gue pernah bohong sama lo?" Reina meyakinkan.

"Rein, jangan." Tandas lawan bicara Reina. Membuat gadis itu kehilangan senyumnya seketika. "Lo baru aja kenal sama dia. Jangan menjudge terlalu cepat, Rein."

Rega menasehati. Seperti ketika Reina berkata ia ingin bolos sekolah. Seperti ketika Reina berkata ia tak mau makan. Seperti ketika Reina merajuk tak mau ke dokter saat sakit. Hanya seperti biasa, ketika Reina masih gadis remaja. Dan dengan harapan seperti biasa, Reina akan berkata ya dan menurutinya.

"Kali ini gak, Ga. Ini hidup gue. Kali ini, gak." Reina berujar dengan nada rendah. Menandakan bahwa ia benar-benar serius. Tidak seperti biasa.

Hati Rega bagai dihantam palu raksasa.

"Tapi kenapa, Rein? Kenapa dia? Lo kenal dia belum lama. Kenapa harus dia?"

Rega meracau. Seharusnya hanya untuk dirinya sendiri. Tapi, ia lupa tak menjauhkan gagang teleponnya. Membuat orang di seberang mendengar racauannya.

"Kenapa gak boleh? Ini bukan tentang kuantitas, Rega. Ini tentang kualitas. Gue tahu gue baru aja kenal sama Dion. Tapi, gue yakin Dion benar-benar mencintai gue. Lebih besar dari apapun. Gue yakin itu."

"Tapi bukan berarti lo dapat melupakan kuantitas, Rein. Lihat siapa dia. Lo belum begitu mengenalnya..."

"Gue akan mengenalnya. Kita akan semakin dekat dan semakin mencintai. Dan pada saat itu, lo akan tahu. Waktu tidak begitu berperan di sini." Tandas Reina.

Gadis itu lalu membanting gagang teleponnya. Menutup sambungan tanpa berkata sampai jumpa. Tidak seperti biasa. Tidak seperti malam-malam sebelumnya.

Malam-malam ketika ia hanya bisa tertidur setelah mendengar nyanyian tidur dari Rega. Setelah ia bercerita minimal satu setengah jam dengan Rega. Setelah ia lelah tertawa atas semua lelucon Rega. Mulai besok tidak. Posisi itu akan diambil oleh seorang Dion. Kekasihnya sejak siang ini.

Hati Rega mencelos mengetahui Reina menutup sambungan teleponnya tanpa permisi. Itu menandakan bahwa gadis itu benar-benar serius dengan ucapannya. Membuat hati Rega semakin remuk.

Reina merupakan bagian hidupnya. Potongannya sama dengan potongan untuk ayah dan ibunya. Untuk kakak dan adik-adiknya. Mereka setara. Karena sejak awal ia bisa mengingat, Reina sudah ada dalam memorinya. Tersimpan apik dengan benih bunga yang kian lama kian mekar. Rasanya.

Walaupun potongannya sama, rasanya berbeda. Reina bukan lagi keluarga bagi dirinya. Reina merupakan seorang gadis baginya. Ironisnya, Rega baru mencium semerbaknya beberapa menit yang lalu. Ketika Reina berkata bahwa ia menemukan potongan lain di hidupnya, kekasihnya.

Sejak tujuh belas tahun yang lalu Reina sudah ada dengannya. Tak ada waktu terlewatkan tanpa Reina di sisinya. Sejak tujuh belas tahun yang lalu, Reina sudah berarti baginya.

Ia kira rasa Reina sama untuknya. Ia kira mereka sama. Sudah saling memahami dan tak perlu kata lagi. Tapi nyatanya, Reina lepas. Hanya karena Rega belum sempat mengikatnya. Hanya karena Rega tak tahu, bahwa ternyata Reina tak tahu. Ia menyayanginya.

 Ia menyayanginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

hai... ini cerita keduaku. Gimana menurut kalian? Masih absurd ya? Emang...
Maaf deh kalau gak jelas. Lagi. He hehe...
Vote dan commentnya saya nanti looh...

17 TAHUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang