Banyak yang mengatakan bahwa di setiap kesedihan pasti diakhir nanti akan ada perihal kebahagiaan yang mengikutinya dari belakang.
Seperti layaknya kalimat yang sering di ucapkan oleh beberapa orang. Bahwa - tenang saja, sedihmu itu ibarat hujan yang turun terus menerus, lalu setelah hujan mulai berhenti akan ada pelangi yang datang menghampiri, nah di situlah bahagia akan menemuimu -seperti itu ucapan orang-orang kebanyakan.
Namun kalimat itu sepertinya tidak berlaku di dalam kehidupan Haneen. Karena bagi gadis itu, bagaimana akan datang pelangi jika hujannya saja tidak kunjung reda (?)
Bila mampu berteriak, mungkin Haneen akan kehilangan seluruh suaranya saat itu juga sebab banyak sekali hal yang ingin ia teriakan pada semesta. Betapa banyaknya ketidak adilan yang selalu berlomba-lomba menghampiri kehidupan gadis itu.
Bahkan perihal tangis bagi seorang perempuan yang dianggap normal sudah menjadi hal yang memalukan dan sama sekali tidak boleh dilakukan oleh gadis itu. Pelik dan kerasnya kehidupan Haneen sekarang membuat gadis itu menjadi sama kerasnya kepada dirinya sendiri. Haneen bahkan sekarang menjadi pribadi yang hidup hanya sebatas hidup, gadis itu tidak sama seperti dirinya yang dulu lagi.
Haneen menghela nafas panjang, memutuskan untuk beranjak dari atas ranjangnya setelah kurang lebih satu jam lamanya gadis itu berdialog dengan isi kepalanya sendiri.
Gadis itu memilih duduk disamping jendela kamarnya, memperhatikan bayi-bayi sukulen yang ia tanam beberapa bulan yang lalu. Setelah menelisik satu persatu tumbuhan itu, Haneen mengunci pandangannya sebentar pada tumbuhan sukulen berjenis Roseum, dengan pot kecil berwarna hitam dan terdapat tulisan ERH di sana.
Tulisan tiga huruf itu bahkan sudah hampir tidak terlihat karena dimakan waktu. Namun, meskipun begitu Haneen sudah hafal diluar kepala apa arti tulisan tersebut, serta bagaimana Haneen dengan perasaan carut mawutnya mau menerima dan bahkan merawat tumbuhan itu.
Baru beberapa waktu yang lalu Haneen mengosongkan isi kepalanya hanya untuk menatap tumbuhan-tumbuhan nya, namun harus merasakan sesak kembali karena mengingat peristiwa itu lagi
"Mereka sekarang apa kabar yah?" Gumam gadis itu lirih.
Lagi-lagi, pertanyaan Haneen tidak pernah terjawab, oleh siapapun bahkan dirinya sendiri. Ucapan itu hanya akan berakhir di tenggorokan, Haneen tau tidak akan ada jalan keluar setelah apa yang sudah terjadi dihari-harinya sebelumnya.
Gadis itu sekali lagi mengambil nafas panjang dan berdiri dari posisinya. Hari ini hari minggu, seharusnya sudah sejak dua jam lalu Haneen berada di toko bunga tempat Bundanya bekerja.
Agenda rutinnya membantu sang bunda di hari minggu seperti ini. Namun karena pagi-pagi sekali ia sudah diserang dengan fikiran-fikiran paling tai yang selalu ia ingin hindari. Gadis itu mau tidak mau akan terlambat untuk datang ke sana.
Baru saja gadis itu akan turun dari kamarnya berniat untuk mandi, ponsel miliknya tiba-tiba saja berbunyi, dan sudah Haneen tebak pasti akan muncul nama--penguntit-- dilayar ponselnya.
Setiap harinya Haneen akan selalu mendapatkan hal-hal yang menjengkelkan dalam hidupnya, entah kejengkelan itu berasal dari dalam isi kepalanya sendiri maupun dari orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Contohnya seperti kali ini, hari minggu gadis itu menjadi berkali-kali lipat lebih buruk setalah mendengarkan suara pemuda itu di seberang sana.
"Sugeng enjing calon istri" Suara pemuda itu yang pertama kali Haneen dengar.
Haneen dongkol bukan kepalang mendengar ucapan pemuda yang akhir-akhir ini gencar sekali mendekatinya. Sudah hampir berkali-kali gadis itu memblokir nomor pemuda itu, namun berkali-kali pula pemuda itu menghubunginya dengan nomor ponsel yang baru membuat Haneen jengah dan berakhir membiarkannya begitu saja, sampai gadis itu menamai pemuda bernama lengkap Madhavyan Raegan itu menjadi -- penguntit-- di ponsel miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA, PUNYA KITA ✓
RandomSemenjak saat itu, Haneen memandang cinta dan sejenisnya menjadi berwarna keruh. ©Lilcil_ 🏅🏆 #1 puitis [270823]