New Style

55 4 3
                                    

Cewe ber make-up tebal itu masih ada di depan gue.
Sambil menangis dia berkata, "Maafin gue, gue ga bermaksud begitu, gue, devon itu bukan siapa-siapa gue Dy, please percaya," "Hiks. Hiks. Hiks."
Air mata palsu.

"Oke, kalo gitu... kita putus," kata gue sekali lagi

Aryn, masih saja beralasan.
Jelas jelas dia yang salah!
Udah 9 kali gue mergokin dia lagi jalan sama Devon.

Brengsek ga sih?

Dia cuma manfaatin gue,

♧♧♧

Hari ini adalah hari baru buat gue.
Gue pindah dari Surabaya ke Jakarta bersama kedua orang tua gue.

Ayah bilang, dia ingin fokus dengan bisnisnya yang ada di Jakarta.
Its Oke. Gue bahagia malah.

Dengan seragam serta sisiran rambut yang rapih ditambah kacamata oval gue siap berangkat ke sekolah gue yang baru.

Gue berjalan menuruni anak tangga untuk menuju dapur,
"Andy, kamu sehat?" tanya ayah yang berada di ujung meja makan,
"Iya, kenapa-"
"Kenapa sih bun, aku sehat aja," jawab gue memotong pembicaraan bunda,
"Penampilanmu itu loh, kenpa begitu?" tanyanya lagi
"Ada deh, ohya aku berangkat Yah, Bund," pamit gue
"Dy, sarapan!" teriak bunda dari arah dapur,
"Nanti aja jajan di kantin,"

^°^°^°^

Sesampainya di sekolah gue langsung menuju ruang guru untuk menemui wali kelas,

"Permisi, saya Andy murid pindahan dari Surabaya," kata gue kepada salah satu guru yang ada di sana.
"Oh iya. Saya wali kelas kamu. Nama saya Ismi, mari saya antar,"

>>
Sampailah gue di kelas XI-B
"Baik murid murid, semuanya diam!" setelah itu semuanya diam dan Bu Ismi melanjutkan bicaranya "-Baik silahkan perkenalkan diri," katanya.

"Perkenalkan, nama saya Andyza Reynald, murid pindahan dari Surabaya." kata gue memperkenalkan diri.
Semua murid menatap gue dengan tatapan aneh.
Sebuah tatapan yang sudah gue bayangkan sebelumnya.

"Baik terimakasih, silahkan duduk di bangku paling belakang," "-oh ya untuk Anaya Syaqila. Kamu sebagai ketua kelas, tolong antar dia berkeliling sekolah saat jam istirahat nanti," kata Bu Nuril.
"Baik Bu," jawab seorang siswi yang kalau ga salah bernama Anaya.

>^>^>^>^

Kring... Kring... Kring...

Bel istirahat berbunyi.
Mungkin, gadis bernama Anaya itu ga akan mengantar lelaki seperti gue untuk keliling sekolah.

Gue lihat di sekitar gue beberapa murid sedang asik dengan kesibukannya masing-masing.
Sungguh berbeda dengan sekolah gue yang dulu.

"Andy!"

"Astaga!" teriak gue saat ada seseorang yang teriak di depan meja gue.
"Sorry, ngagetin ya? Kenalin gue Anaya, boleh panggil Ana, Naya atau Aya, tapi jangan panggil gue Ay," jelasnya
"Biasanya dipanggil apa?" kata gue balik tanya
"Naya,"
"Oke, gue panggil lo Naya,"

"Jadi, lo tertarik untuk keliling sekolah ini?" tanyanya
"Ya, mungkin," jawab gue
"Yaudah kalo gitu gue yang anter,"
"Serius?" kata gue sambil menaikkan satu alis.
"Kalo misalnya bisa sendiri ya gapapa sih, jadi ga nyusahin gue," "-eh gadeng bercanda," katanya dengan diikuti tawaan.

^^^^^^

"Jadi, yang terakhir ini adalah perpustakaan dimana lo bisa baca buku atau sekedar ngadem doang," kata Naya di akhir tour nya.
"Oke thanks," kata gue yang langsung pergi dari hadapannya. Bukannya songong, tapi gue laper.

SearchingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang