Chapter 3 (rasa lega)

7 0 0
                                    

Namun saat menunggu mereka, Akira melihat sekilas sesuatu yang melompat di atas pagar. Karena tak ingin berfikir buruk, jadi dia hanya berpikir bahwa itu tupai yang sedang melompat.

Tapi saat sesuatu itu semakin menjauh, dia terdiam. Mata merah menyala memandang Akira dan Zena. Kini pikiran Akira tak lagi bisa positif. Tak sampai 10 detik, kembali muncul mata-mata yang lainnya. Jumlahnya lebih banyak dari sebelumnya.

Tak lama kemudian yang lainnya kembali. Lexi masih memeluk Ryn agar tenang. Non berjalan di samping Al, sedangkan Chandra berjalan dibelakang dan sedikit jauh dari mereka.

Akira yang mendengar langkah kaki teman-temannya langsung menoleh ke arah mereka.

Ketika Akira menoleh ke arah sebelumnya, mata-mata yang begitu banyak tadi menghilang tanpa jejak. Akira begitu bingung dan rasa takutnya kembali lagi. Dia lebih memilih diam seolah tak terjadi apapun dari pada menambah lebih banyak masalah lagi.

Al akhirnya mengeluarkan kunci dan membuka pintunya. Al menyalakan lampu, dan suasana hangat menyambut mereka. Rasa takut mereka berkurang, angin dingin tak lagi terasa menusuk. Mereka merasa lega setelah apa yang terjadi sebelumnya.

Saat mereka menginjakkan kaki mereka dirumah itu, 4 orang pelayan datang menyambut mereka. Seketika otak mereka dipenuhi begitu banyak pertanyaan. Chandra mengerutkan keningnya, berpikir didalam hatinya.

"Lho? Mereka dateng darimana? Dari lubang tikus apa?," tanya Chandra dalam pikirannya.

Entah dapat membaca pikiran mereka atau bagaimana, salah satu pelayan tersebut berkata dalam nada yang sopan.

"Maaf mengagetkan Tuan dan Nyonya, kami sedari tadi sudah menunggu kedatangan anda. Maaf jika lancang, tapi kami tadi masuk terlebih dahulu melalui pintu belakang." ucap salah satu pelayan dengan begitu lembut dan sopan.

Chandra hanya menggangguk saja, yaa walau begitu banyak pertanyaan dalam benaknya tapi dia memilih untuk menyimpannya. Lagipula dia juga sudah begitu bingung dengan banyaknya kejadian sebelumnya.

"Disini terdapat 2 lantai. Ada 2 kamar di lantai atas dan 1 kamar di lantai bawah. Ada 1 ruang kerja juga disini. Sebuah ruang tamu dan dapur." ujar pelayan tersebut.

"Di masing-masing kamar terdapat 2 ranjang. Dan 1 buah kamar mandi." lanjutnya.

"Kita bagi kamar dulu," ujar Chandra yang kini bersandar di dinding belakangnya.

"Yaudah gampang aja. Gua ama Akira, Ryn ama Lexi, elu ama Zena di kamar bawah." ucap Non.

"Lah? Trus si Al lu suruh tidur di ruang tamu?," lanjut Chandra.

"Ya gagitu, dia ikut elu lah." jawab Non dengan begitu santai.

"Weh bujang, disini cuma 2 ranjang. Lu nyuruh gua tidur di lantai apa?." Chandra kembali bertanya sembari berjalan mendekat ke arah mereka.

"Kasurnya kan besar, lu bisa tidur bedua ama si Zena di satu kasur. Tapi kalo lu mau tidur sekasur ama Al juga gapapa sih." ucap Non dengan santainya.

Chandra melebarkan matanya. Dia memukul bahu Non.

"Weh! kalo goblok jangan terlalu natural. Gua cewek ege yakali tidur ama cowok." ujar Chandra yang kembali menaruh tangannya di sakunya.

"Yaudah sih, boleh aja kok. Lagian juga salahku. Aku harusnya menyewa yang 4 kamar. Tapi malah ambil yang 3 kamar." kata Al menyambung pembicaraan mereka.

"Udah lah jan ribut. Gua dah capek mau tidur. Kasian juga si Akira yang dari tadi nge gendong si Zena." Lexi meredakan keadaan.

"Yaudah iya, sekarang mending kalian masuk ke kamar masing-masing. Bersihin diri rapiin barang terus istirahat." ujar Chandra yang kini kembali tenang.

Ada Peniru Diantara Kita [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang